Kaum Muhajirin
Muhajirin secara bahasa berarti orang-orang yang pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam konteks sirah Nabawiyyah, kaum Muhajirin adalah penduduk Makkah yang telah memeluk agama Isam dan hijrah (pindah) bersama Nabi Muhammad SAW ke Madinah pada tahun 622 M. Dalam hijrah ini kaum Muhajirin terpencar-pencar karena tidak berangkat bersama-sama. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kecurigaan kaum kafir Quraisy.
Kaum Anshar
Anshar adalah sebutan untuk suatu kaum yang mengikuti hijrah Rasulullah SAW dari Makkah menuju Madinah. Sesampainya di Madinah, mereka disambut dengan baik oleh masyarakat di sana. Secara bahasa Anshar berarti “Penolong” dan mayoritas kaum Anshar terdiri Bani Khazraj dan Bani ‘Aus.
Kedatangan Rasulullah SAW di kota Madinah ternyata membawa perubahan yang sangat besar bagi perkembangan Islam. Paling tidak, beliau berhasil menjadi juru damai bagi dua suku asli penduduk Madinah, yaitu suku ‘Aus dan Khazraj. Rasulullah SAW mempersaudarakan, menyatukan, dan mendamaikan mereka dengan ikatan iman dan Islam serta persaudaraan Islamiyah. Sehingga terhapuslah di hati mereka militansi kesukuan yang sempit.
Bani Nadhir
Bani Nadhir adalah sekelompok orang Yahudi yang bertetangga dengan kaum Muslim di Madinah. Mereka telah mengadakan perjanjian damai dan tolong-menolong dengan kaum Muslim seperti termaktub dalam Piagam Madinah. Namun, karakternya yang jahat membuat mereka membatalkan janji dengan kaum Muslim. Mereka berusaha membunuh Rasulullah SAW dengan cara menjatuhkan batu dari loteng ketika beilau sedang bertamu bersama beberapa sahabat di salah satu rumah Yahudi Bani Nadhir.
Bani Qainuqa’
Yahudi Bani Qainuqa’ adalah kaum Yahudi pertama yang mengkhianati Piagam Madinah. Mereka menggoda seorang wanita ‘Arab yang datang ke tempat perdagangan Yahudi Bani Qainuqa’. Kain pentup wanita tersebut sampai tersingkap karena ulah mereka hingga auratnya terlihat. Seorang lelaki Muslim menolongnya hingga berhasil membunuh salah seorang kaum Bani Nadhir. Akibatnya, lelaki Muslim itu dikeroyok sampai akhirnya terbunuh. Tindakan tersebut menyebabkan kemarahan kaum Muslim sehingga terjadilah peperangan antara kaum Muslim dan orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’.
Bani Quraizhah
Ketika Perang Ahzab berkecamuk, komunitas Yahudi Bani Quraizhah seharusnya membela dan mempertahankan kota Madinah dari serangan pasukan Ahzab (koalisi kafir) bersama-sama kaum Muslim. Namun, yang terjadi sebaliknya. Mereka justru membantu pasukan koalisi kafir.
Perubahan Nama dari Yastrib ke Madinah
Dalam Piagam Madinah yang dibuat oleh Rasulullah SAW, tak ditemukan nama Madinah. Saat itu, beliau masih menggunakan nama Yastrib.
Mengapa beliau mengganti Yastrib menjadi Madinah ?
Menurut Rasulullah SAW, nama Yastrib berasal dari kata tatsrib yang artinya “celaan” atau “makian”. Yastrib juga berasal dari kata tsarab yang artinya “hancur”. Jelas sekali kedua kata tersebut tak memiliki arti positif. Karena itu, beliau lebih senang menyebut Yastrib dengan nama lain, yaitu Madinah (Ibnu Hisyam dan Ibnu Majah). Selain Madinah, beliau sering menyebut Yastrib dengan Thibah, dan Thabah.
Sumber: Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury
Muhajirin secara bahasa berarti orang-orang yang pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam konteks sirah Nabawiyyah, kaum Muhajirin adalah penduduk Makkah yang telah memeluk agama Isam dan hijrah (pindah) bersama Nabi Muhammad SAW ke Madinah pada tahun 622 M. Dalam hijrah ini kaum Muhajirin terpencar-pencar karena tidak berangkat bersama-sama. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kecurigaan kaum kafir Quraisy.
Kaum Anshar
Anshar adalah sebutan untuk suatu kaum yang mengikuti hijrah Rasulullah SAW dari Makkah menuju Madinah. Sesampainya di Madinah, mereka disambut dengan baik oleh masyarakat di sana. Secara bahasa Anshar berarti “Penolong” dan mayoritas kaum Anshar terdiri Bani Khazraj dan Bani ‘Aus.
Kedatangan Rasulullah SAW di kota Madinah ternyata membawa perubahan yang sangat besar bagi perkembangan Islam. Paling tidak, beliau berhasil menjadi juru damai bagi dua suku asli penduduk Madinah, yaitu suku ‘Aus dan Khazraj. Rasulullah SAW mempersaudarakan, menyatukan, dan mendamaikan mereka dengan ikatan iman dan Islam serta persaudaraan Islamiyah. Sehingga terhapuslah di hati mereka militansi kesukuan yang sempit.
Bani Nadhir
Bani Nadhir adalah sekelompok orang Yahudi yang bertetangga dengan kaum Muslim di Madinah. Mereka telah mengadakan perjanjian damai dan tolong-menolong dengan kaum Muslim seperti termaktub dalam Piagam Madinah. Namun, karakternya yang jahat membuat mereka membatalkan janji dengan kaum Muslim. Mereka berusaha membunuh Rasulullah SAW dengan cara menjatuhkan batu dari loteng ketika beilau sedang bertamu bersama beberapa sahabat di salah satu rumah Yahudi Bani Nadhir.
Bani Qainuqa’
Yahudi Bani Qainuqa’ adalah kaum Yahudi pertama yang mengkhianati Piagam Madinah. Mereka menggoda seorang wanita ‘Arab yang datang ke tempat perdagangan Yahudi Bani Qainuqa’. Kain pentup wanita tersebut sampai tersingkap karena ulah mereka hingga auratnya terlihat. Seorang lelaki Muslim menolongnya hingga berhasil membunuh salah seorang kaum Bani Nadhir. Akibatnya, lelaki Muslim itu dikeroyok sampai akhirnya terbunuh. Tindakan tersebut menyebabkan kemarahan kaum Muslim sehingga terjadilah peperangan antara kaum Muslim dan orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’.
Bani Quraizhah
Ketika Perang Ahzab berkecamuk, komunitas Yahudi Bani Quraizhah seharusnya membela dan mempertahankan kota Madinah dari serangan pasukan Ahzab (koalisi kafir) bersama-sama kaum Muslim. Namun, yang terjadi sebaliknya. Mereka justru membantu pasukan koalisi kafir.
Perubahan Nama dari Yastrib ke Madinah
Dalam Piagam Madinah yang dibuat oleh Rasulullah SAW, tak ditemukan nama Madinah. Saat itu, beliau masih menggunakan nama Yastrib.
Mengapa beliau mengganti Yastrib menjadi Madinah ?
Menurut Rasulullah SAW, nama Yastrib berasal dari kata tatsrib yang artinya “celaan” atau “makian”. Yastrib juga berasal dari kata tsarab yang artinya “hancur”. Jelas sekali kedua kata tersebut tak memiliki arti positif. Karena itu, beliau lebih senang menyebut Yastrib dengan nama lain, yaitu Madinah (Ibnu Hisyam dan Ibnu Majah). Selain Madinah, beliau sering menyebut Yastrib dengan Thibah, dan Thabah.
Sumber: Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury
Tidak ada komentar:
Posting Komentar