Kamis, 11 September 2014

Kisah Nabi Ibrohim punya anak Ismal dan Ishaq

Ibrahim 31 - 40

Surah Ibrahim
Kembali ke Daftar Surah                               Kembali ke Surah Ibrahim

http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=2&SuratKe=14#Top
31. Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: `Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan.(QS. 14:31)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ibrahim 31
قُلْ لِعِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا يُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خِلَالٌ (31)
Pada ayat ini Allah SWT. memerintahkan kaum Muslimin agar mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan yang menghasilkan pahala yang dapat membahagiakan manusia dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi. Perbuatan-perbuatan itu ialah:
1. Mendirikan salat.
2. Menafkahkan sebagian harta yang telah dianugerahkan Allah swt.
Allah SWT. memerintahkan kepada kaum Muslimin mendirikan salat karena salat itu tiang agama sebagaimana sabda Nabi saw.:

الصلاة عماد الدين فمن أقامها فقد أقام الدين ومن تركها فقد هدم الدين
Artinya:
Salat itu adalah tiang agama, barang siapa yang mendirikannya, maka sesungguhnya ia telah mendirikan agama dan barang siapa yang meninggalkannya, maka sesungguhnya ia telah meruntuhkan agama.
(H.R Baihaqi dari Umar bin Khatab)
Seseorang yang taat dan selalu mendirikan salat adalah orang yang suci jasmani dan rohaninya karena salat itu mencegah orang yang mengerjakannya melakukan perbuatan keji dan perbuatan yang terlarang sebagaimana firman Allah SWT.:

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (45)
Artinya:
Dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q.S Al Ankabut: 45)
Dan firman Allah SWT.:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (15)
Artinya:
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) dan dia ingat nama Tuhannya lalu dia salat.
(Q.S Al A'la: 14-15)
Perbuatan hamba yang pertama kali dihisab Allah di hari kiamat ialah salat. Jika baik salat seorang hamba, maka baiklah perbuatannya, sebaliknya jika buruk salatnya atau tidak mengerjakannya, maka buruk dan rusak pulalah seluruh pahala amalnya yang lain.
Rasulullah saw. bersabda:

أول ما يحاسب عليه العبد يوم القيامة الصلاة فإن صلحت صلح سائر عمله وإن فسدت فسد سائر عمله
Artinya:
Perbuatan hamba yang pertama kali dihisab Allah pada hari kiamat ialah salat. Maka jika baik amalan salat itu, baik pulalah seluruh amalnya, dan jika rusak amalan salat itu, rusak pulalah seluruh amalnya.
(H.R Tabrani)
Bahkan Allah SWT. menegaskan, bahwa orang yang selalu mengerjakan salat itu adalah orang yang menjadi pewaris surga Firdaus di akhirat nanti sebagaimana firman-Nya:

وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (9) أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (10) الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (11)
Artinya:
Dan orang-orang yang memelihara salatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya.
(Q.S Al Mu'minun: 9-11)
Mendirikan salat berarti mengerjakan salat terus-menerus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan agama, lengkap dengan syarat-syarat dan rukun-rukunnya disertai dengan khusyuk dan ikhlas.
Dan juga Allah SWT. memerintahkan kepada orang-orang yang beriman menafkahkan sebagian harta yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka sebelum datang hari kiamat, yaitu hari yang pada hari itu semua pintu tobat telah ditutup, tidak satu dosa pun yang dapat ditebus walaupun ditebus dengan emas sepenuh bumi ini; tidak ada lagi seorang teman karib pun yang dapat menolong dan tidak seorang pun yang dapat menyelamatkan dan memberikan bantuan termasuk anak-anak dan cucu-cucu. Allah swt. berfirman:

فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنْكُمْ فِدْيَةٌ وَلَا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
Artinya:
Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir.
(Q.S Al Hadid: 15)
Dan firman Allah swt.:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ (254)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.
(Q.S Al Baqarah: 254)
Orang-orang yang terlepas dari azab hari kiamat itu orang-orang yang selama hidup di dunia mengerjakan amal-amal saleh, suka bersedekah, sehingga hatinya suci dan bersih serta rela terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya nanti. Allah SWT. berfirman:

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)
Artinya:
(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
(Q.S Asy Syu'ara: 88-89)
Suka menafkahkan harta merupakan pencerminan dari pribadi muslim yang sesungguhnya sebagai seorang yang telah menyerahkan diri, harta dan kehidupannya kepada agama semata-mata untuk mencari keridaan Allah SWT. Dan merupakan perwujudan dari rasa syukur kepada Allah yang telah melimpahkan nikmat-Nya yang tidak terhingga banyaknya yang timbul dari sanubarinya. Terhadap orang yang mensyukuri nikmat Allah, maka Dia akan menambah lagi nikmat lebih banyak dari nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya.
Sebaliknya sifat tidak suka menafkahkan sebagian harta yang telah dianugerahkan Allah adalah pencerminan pribadi orang-orang kafir yang ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya serta pencerminan dari rasa ingkar terhadap nikmat Allah karena mereka merasa bahwa segala yang mereka peroleh itu semata-mata karena hasil jerih payahnya sendiri bukan karunia Allah. Dengan sikap yang demikian berarti mereka telah zalim terhadap dirinya sendiri. Zalim terhadap dirinya sendiri ialah karena tidak lagi mendapat tambahan nikmat dari Allah bahkan mereka ditimpa azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Zalim terhadap orang lain ialah karena tidak mau memberikan atau mengeluarkan hak orang lain yang ada dalam hartanya. Zalim terhadap masyarakat yang ada di sekitarnya bahkan kadang-kadang mengganggu kepentingan dan hubungan baik yang telah dijalin dalam masyarakat. Bahkan dari ayat ini terpaham bahwa orang yang kikir dan tidak mau membelanjakan sebagian hartanya itu adalah orang yang congkak dan sombong. Karena merasa dirinya telah mampu mengatasi segala macam kesulitan yang dihadapinya, termasuk kesulitan dan malapetaka yang akan menimpanya di hari kiamat nanti. Mereka merasa tidak lagi memerlukan tambahan nikmat dan pertolongan Allah baik di dunia dan di akhirat.
Membelanjakan harta dalam agama Islam ada beberapa bentuk:
1. Membelanjakan harta untuk nafkah diri sendiri, anak-anak dan kerabat serta istri.
2. Membelanjakan harta untuk menunaikan sedekah wajib, seperti zakat dan fitrah.
3. Membelanjakan harta untuk sedekah sunah.
Membelanjakan harta untuk nafkah istri dan kerabat serta untuk menunaikan nafkah wajib merupakan suatu kewajiban yang ditetapkan agama atas orang-orang yang beriman, dan ketentuan-ketentuannya tersebut di dalam ayat-ayat Alquran dan Hadis-hadis Nabi. Sedang sedekah sunah yang diberikan untuk kepentingan umum dan kepentingan untuk meninggikan kalimat Allah dikategorikan sebagai amal jariah, yaitu sedekah atau amal yang tidak akan putus pahalanya walaupun orang yang memberi sedekah itu telah meninggal dunia selama sedekah itu memberikan manfaatnya.
Dalam pada itu pemberian sedekah wajib, sedekah sunah dan nafkah itu haruslah diiringi dengan niat yang ikhlas semata-mata dilakukan untuk mencari keridaan Allah, terjauh dari sifat ria, ingin dipuji dan disanjung oleh sesama manusia. Karena itu Allah menyerahkan kepada manusia bagaimana cara sebaiknya memberi harta itu kepada orang yang berhak menerimanya, sehingga membuahkan pahala dari sisi Allah. Jika ia khawatir akan timbul rasa ria dalam hatinya, maka ia boleh memberikan harta itu secara sembunyi tidak diketahui orang. Bila ingin perbuatannya ditiru orang lain, maka ia boleh pula memberikan hartanya itu dengan terang-terangan.
Hendaklah kaum Muslimin ingat, bahwa harta itu pada hakikatnya adalah milik Allah. Dianugerahkannya kepada manusia agar mereka dapat melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah selama mereka hidup di dunia. Karena itu jika seseorang telah memperoleh harta dan telah melebihi keperluannya, hendaklah dinafkahkannya kepada yang berhak menerimanya.
32. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.(QS. 14:32)
Surah Ibrahim 32
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْأَنْهَارَ (32)
Amatlah banyak nikmat yang telah dilimpahkan Allah SWT. kepada hamba-Nya. Di antara nikmat yang banyak itu ialah:
Allah SWT. Yang Maha Agung yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu yang ada menerangkan bahwa yang telah menciptakan langit dan bumi yang kejadiannya jauh lebih besar dan lebih sulit dari kejadian manusia, yang selalu disaksikan dan diperhatikan manusia pada keduanya terdapat pelajaran dan manfaat. Langit berupa ruang angkasa yang tidak terhingga luas dan besarnya; di dalamnya terdapat benda-benda angkasa berupa planet-planet yang tidak terhitung jumlahnya; masing-masing berjalan menurut garis edar yang telah ditentukan, mengikuti hukum-hukum yang ditetapkan Allah SWT. Tidak ada satu pun dari planet-planet itu yang tidak mengikuti hukum itu karena tidak mengikuti hukum-hukum yang telah ditetapkan itu berarti kehancuran bagi seluruh planet-planet itu. Jika direnungkan, diperhatikan dan dipelajari tata ruang angkasa yang rapi dan teratur itu akan terasalah ketidak adanya arti manusia dan semakin terasa pula keagungan dan kebesaran Penciptanya.
Demikian pula Allah swt. yang menciptakan bumi yang merupakan salah satu dari planet-planet ruang angkasa tempat manusia hidup dan berdiam, tempat mempersiapkan diri sebelum mengalami hidup yang sebenarnya di akhirat nanti. Permukaan bumi ditumbuhi tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam dengan buahnya yang beraneka ragam pula yang berguna dan bermanfaat bagi manusia. Di dalam perut bumi terdapat barang tambang yang beraneka ragam. Semuanya itu diciptakan Allah swt. untuk manusia.
Dialah yang menurunkan hujan yang berasal dari uap air dan menjadi awan. Awan itu dihalaunya dengan angin ke tempat tertentu hingga menjadi mendung yang hitam pekat kemudian berubah dan jatuh sebagai hujan menyirami permukaan bumi. Dengan siraman hujan itu tumbuh dan suburlah tumbuh-tumbuhan kemudian menjadi besar, berbunga dan berbuah sebagaimana firman Allah swt.:

وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ
Artinya:
Dan kamu lihat bumi ini kering kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
(Q.S Al Hajj: 5)
Dan firman Allah SWT.:

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّى (53)
Artinya:
Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.
(Q.S Taha: 53)
Allah SWT. menjelaskan yang demikian itu agar manusia mengetahui betapa besar kekuasaan-Nya dalam mengatur hidup dan kehidupan di permukaan bumi ini dan betapa besar nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia. Bagi manusia yang suka memperhatikan kejadian hujan, tumbuhnya tumbuh-tumbuhan serta proses kehidupan di permukaan bumi ini akan mengetahui betapa tingginya nilai hukum Allah dan betapa luas ilmu-Nya yang berlaku secara tetap, tiada henti-hentinya sampai kepada waktu yang ditentukan-Nya. Dan Allah memerintahkan manusia memperhatikan air yang diminumnya itu agar mereka bersyukur sebagaimana firman-Nya:

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (68) أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (69) لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ (70)
Artinya:
Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?"
(Q.S Al Waqi'ah: 68-70)
Allah SWT. menaklukkan bahtera bagi manusia ialah memberikan kemampuan kepada manusia membuat bahtera itu, menjadikan bahtera itu dapat mengapung di permukaan air dan dapat berlayar ke tempat yang dikehendakinya membawanya ke segenap penjuru dunia. Dan Allah SWT. menaklukkan lautan bagi manusia sehingga laut itu dapat dilayari kapal-kapal yang mengangkut segala keperluan mereka sebagaimana firman Allah SWT.:

وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (41) وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ (42)
Artinya:
Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu.
(Q.S Yasin: 41-42)
Dengan bahtera itu pula manusia bersenang-senang berlayar dengan hembusan angin yang sepoi basah. Dengan kapal itu pula mereka mencari nafkah, menangkap ikan yang tidak terhingga banyaknya, mencari hasil-hasil lautan, mencari barang tambang yang tidak ternilai harganya. Semuanya itu merupakan nikmat Allah kepada manusia.
Allah menundukkan sungai-sungai bagi manusia, seperti memberi kemampuan untuk membendungnya dan mengalirkannya untuk kepentingan pertanian, merubah arus air yang deras itu menjadi sumber tenaga yang bermanfaat, seperti kincir air, arus listrik. Sungai dapat juga berfungsi jalan raya yang dilalui kapal-kapal dan merupakan urat nadi perdagangan. Untuk memperpendek lalu-lintas sungai maka manusia membuat terusan-terusan yang menghubungkan antara sungai yang satu dengan sungai yang lain, antara lautan yang satu dengan lautan yang lain. Air sungai yang kotor dapat dibersihkan sehingga dapat menjadi air minum yang sangat diperlukan.
33. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.(QS. 14:33)
Surah Ibrahim 33
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ (33)
Demikian pula sebagai nikmat Allah SWT. kepada manusia ialah Dia telah menaklukkan bagi manusia matahari dan bulan, yaitu menjadikan matahari dan bulan terus-menerus berjalan mengelilingi garis edarnya yang menimbulkan terang dan gelap yang berfaedah bagi hidup dan kehidupan makhluk. Dengan tetapnya matahari dan bulan, demikian juga planet-planet yang lain berjalan mengelilingi garis edarnya akan terhindarlah terjadinya benturan yang dahsyat antara planet-planet yang ada di cakrawala sebagaimana firman Allah SWT.:

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ (39) لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (40)
Artinya:
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke mazilah yang terakhir) kembalilah ia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
(Q.S Yasin: 39-40)
Adanya garis edar yang terus-menerus dilalui oleh tiap-tiap planet itu, telah memberi jalan kepada manusia sampai ke bulan, memberi kemungkinan yang besar bagi manusia untuk berusaha mencapai planet-planet yang lain. Dengan perantara garis edar itu pula manusia dapat menempatkan satelit-satelit yang dapat digunakan untuk kepentingan umat manusia, seperti untuk mengetahui keadaan cuaca, untuk memperlancar hubungan dan telekomunikasi dan sebagainya sehingga hubungan antar negara yang semula dirasakan jauh, maka sekarang dirasakan bertambah dekat.
Allah SWT. menundukkan pula bagi manusia siang dan malam. Siang dapat digunakan manusia sebagai tempat berusaha, beramal, bermasyarakat dan malam dapat dijadikan waktu untuk beristirahat dari kelelahan setelah berusaha di siang hari. Allah berfirman:

وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (73)
Artinya:
Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.
(Q.S Al Qasas: 73)
34. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).(QS. 14:34)
Surah Ibrahim 34
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (34)
Sebagai nikmat Allah juga ialah Dia telah menyediakan bagi manusia segala yang diperlukannya, baik dimintanya kepada Allah atau tidak dimintanya karena Allah telah menciptakan langit dan bumi ini untuk manusia. Dia menundukkan bagi manusia segala sesuatu yang ada sehingga dapat digunakan dan dimanfaatkan kapan ia kehendaki. Kadang-kadang manusia sendiri tidak mengetahui apa yang menjadi keperluan pokoknya, tanpa keperluan itu ia tidak akan hidup, atau dapat mencapai cita-citanya. Keperluan seperti itu tetap dianugerahkan Allah kepadanya sekali pun tanpa dimintanya. Ada pula bentuk keperluan manusia yang lain yang tidak mungkin didapat kecuali dengan berusaha dan berdoa, karena itu diperlukan usaha manusia untuk memperolehnya.
Amatlah banyak nikmat Allah SWT. yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia, jika ada yang ingin menghitungnya tentu tidak akan sanggup menghitungnya. Karena itu hendaknya setiap manusia mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT. dengan jalan menaati segala perintah-Nya dan tidak melakukan hal-hal yang menjadi larangan-Nya. Mensyukuri nikmat Allah yang wajib dilakukan oleh manusia itu bukanlah sesuatu yang diperlukan oleh Allah SWT. Allah Maha Kaya, tidak memerlukan sesuatu pun dari manusia, tetapi kebanyakan manusia sangat zalim dan mengingkari nikmat yang telah diberikan kepadanya.
35. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata:` Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.(QS. 14:35)
Surah Ibrahim 35 - 36
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ (35) رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (36)
Pada ayat-ayat ini Allah SWT. memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menyampaikan kepada umatnya kisah di waktu Nabi Ibrahim berdoa kepada Tuhannya agar doa itu menjadi iktibar dan pelajaran bagi orang Arab waktu itu, karena Ibrahim a.s. itu adalah cikal bakal dan asal keturunan mereka. Doa itu ialah: "Ya Tuhan kami, jadikanlah negeri Mekah ini, negeri yang aman dan tenteram, negeri yang sentosa, terpelihara dari peperangan dan serangan musuh." Doa Nabi Ibrahim itu dikabulkan Tuhan, dan Dia telah menjadikan negeri Mekah dan sekitarnya menjadi tanah dan tempat yang aman bagi orang-orang yang berada di sana. Di negeri itu dilarang menumpahkan darah, menganiaya orang, membunuh binatang dan menebang tumbuh-tumbuhan yang berada di sana.
Allah berfirman:

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ (67)
Artinya:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri Mekah) tanah suci yang aman sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah?
(Q.S Al Ankabut; 67)
Orang-orang Arab dan orang-orang yang berdiam di sekitar Jazirah Arab, sejak dahulu hingga sekarang tetap memandang suci dan menghormati tanah haram itu. Bangsa Arab dahulu adalah bangsa yang terkenal sebagai bangsa yang merasa terhina seandainya mereka tidak dapat menuntut bela atas pembunuhan atau penganiayaan yang dilakukan oleh seseorang atau suatu kabilah terhadap anggota kabilahnya atau terhadap kabilahnya sendiri. Penuntutan bela itu merupakan suatu kewajiban suci untuk membela kehormatan kabilahnya yang telah ternoda itu. Karena itu mereka akan mengadakan penuntutan bela pada setiap kesempatan yang mungkin mereka lakukan. Kecuali jika mereka bertemu di tanah haram, mereka tidak akan melakukan penuntutan bela. Mereka menunggu di luar tanah haram. Setelah musuhnya itu keluar dari tanah haram barulah mereka melakukan pembalasan dendam itu.
Demikian pula tanah haram itu dihormati dan terpelihara dari maksud jahat orang-orang yang hendak menghancurkan Kakbah dan mengotorinya. Sebagaimana yang pernah dilakukan dan dialami oleh Abrahah, gubernur Ethiopia dan tentaranya. Abrahah yang beragama Nasrani itu dapat menaklukkan Yaman yang beragama Yahudi. Ia bermaksud mengembangkan agama Nasrani di Yaman dan menciptakan Yaman menjadi pusat agama Nasrani di Jazirah Arab. Dalam pada itu mengetahui pula bahwa orang-orang di Jazirah Arab sangat menghormati Kakbah. Karena itu ia ingin memalingkan perhatian orang dari menghormati dan mengunjungi Kakbah kepada menghormati dan mengunjungi suatu tempat atau bangunan yang ada di Yaman. Untuk memenuhi keinginannya itu dibuatlah sebuah gereja besar dan megah di Yaman, namun penduduk Jazirah Arab tidak tertarik minatnya untuk mengunjungi apalagi menghormati bangunan tersebut. Karena itu timbullah amarah Abrahah, maka disiapkannyalah pasukan tentara yang mengendarai gajah untuk menyerbu Mekah dan menghancurkan Kakbah. Sekalipun ia dan tentaranya tidak mendapat perlawanan sedikit pun dari orang Mekah waktu itu, tetapi Allah SWT. menghancurkan Abrahah dengan tentaranya sampai mereka cerai-berai.
Peristiwa kehancuran Abrahah dan bala tentaranya sewaktu menyerang Mekah ini dilukiskan Allah SWT. dalam firman-Nya:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
Artinya:
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kakbah) itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
(Q.S Al Fil: 1-5)
Pada hadis-hadis Rasulullah saw. banyak diterangkan tentang penetapan tanah Mekah sebagai tanah haram. Bahkan pada hadis yang diriwayatkan Bukhari dijelaskan bahwa tanah Mekah telah ditetapkan Allah sebagai tanah haram sejak Allah menciptakan langit dan bumi:

عن صفية بنت شيبة قالت: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يخطب عام الفتح فقال: يأيها الناس إن الله حرم مكة يوم خلق السموات والأرض. فهي حرام إلى يوم القيامة لا يعضد شجرها ولا ينفر صيدها ولا يأخذ حوطتها إلا منشد
Artinya:
Dari Safiyah binti Syaibah, ia berkata: "Aku mendengar Rasulullah saw. berkhutbah pada hari penaklukan Mekah, beliau berkata: "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah mengharamkan Mekah pada hari penciptaan langit dan bumi, maka Dia mengharamkannya sampai hari kiamat, tidak boleh dipotong tumbuh-tumbuhannya, tidak boleh diburu binatangnya dan tidak boleh diambil barang temuannya kecuali orang yang empunya yang mencarinya.
(H.R Bukhari)
Dalam pada itu Nabi Muhammad saw. pernah berdoa kepada Allah SWT. agar Madinah dijadikan juga sebagai tanah haram. Doa itu diucapkan Rasulullah pada waktu kaum Muslimin menghadap beliau pada permulaan musim buah-buahan untuk menghadiahkan buah-buahan itu kepada beliau. Tatkala beliau memegang buah-buahan yang diberikan itu beliau berdoa:

اللهم إبراهيم عبدك وخليلك ونبيك وإني عبدك ونبيك ,إنه دعاك لمكة، وإني أدعوك للمدينة بمثل ما دعاك لمكة ومثله معه
Artinya:
Wahai Tuhan, sesungguhnya Ibrahim adalah hamba Engkau dan orang yang Engkau dekatkan kepada Engkau, dan juga Nabi Engkau. Demikian pula aku adalah hamba dan Nabi Engkau. Sesungguhnya Ibrahim telah berdoa kepada Engkau untuk Mekah dan sesungguhnya aku berdoa pula untuk Madinah seperti ia mendoakan kepada Engkau untuk Mekah dan semisalnya."
(H.R Muslim dari Abu Hurairah)
Dan Ibrahim berdoa agar ia dan keturunannya dihindarkan Allah SWT. dari perbuatan menyembah berhala karena perbuatan itu menyesatkan manusia dari jalan yang benar ke jalan yang salah. Selanjutnya Ibrahim menerangkan barang siapa di antara anak cucunya itu yang mengikutinya, yaitu beriman kepada Allah dengan sepenuh hati, memurnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada Allah semata, itulah orang-orang yang mengikuti agamanya. Sebaliknya barang siapa di antara anak cucunya itu yang tidak mengikuti agamanya, tidak mengikuti petunjuk Allah yang telah disampaikannya, maka Allah Maha Pengampun, Maha kekal rahmat-Nya, Maha Penerima tobat dengan menuntun manusia ke jalan yang benar.
Hal ini berarti bahwa barang siapa yang mengakui sebagai pengikut Nabi Ibrahim tentulah ia menganut agama yang berdasarkan tauhid, mengakui bahwa Tuhan itu Esa tidak beranak, tidak dilahirkan atau diciptakan, tidak berserikat dengan sesuatu pun sebagaimana pengakuan penganut-penganut agama yang menyatakan bahwa asal agama mereka ialah agama Nabi Ibrahim. Mustahil jika sesuatu agama menyatakan pengikut agama Ibrahim padahal mereka mempersekutukan Allah, tidak memurnikan ketaatan dan ketundukan kepada Allah semata.
Doa Nabi Ibrahim ini tidak seluruhnya dikabulkan Allah, karena banyak pula anak cucunya yang durhaka kepada Allah di samping banyak pula yang beriman, bahkan ada pula yang diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
Pada ayat yang lalu Allah SWT. menerangkan bahwa setelah Nabi Ibrahim diangkat menjadi Nabi dan Rasul, ia pun berdoa pula agar anak-cucunya di kemudian hari diangkat pula menjadi Nabi dan Rasul tetapi Allah SWT. menjawab bahwa tidak seluruh doa Nabi Ibrahim itu dikabulkan Tuhan, karena orang-orang yang zalim walaupun anak seorang Nabi dan Rasul mustahil diangkat menjadi Nabi dan Rasul seperti bapak dan kakeknya. Allah SWT. berfirman:

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ (124)
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah atau larangan), lalu Ibrahim menunaikannya, Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia." Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku." Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim."
(Q.S Al Baqarah: 124)
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kaum Muslimin dilarang mengangkat orang-orang zalim sebagai pemimpin-pemimpin yang akan mengurus urusan mereka. Yang akan diangkat menjadi pemimpin itu hendaklah orang-orang yang masih berjiwa bersih, suka mengerjakan amal-amal yang saleh, melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya.
36. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 14:36)
Surah Ibrahim 35 - 36
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ (35) رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (36)
Pada ayat-ayat ini Allah SWT. memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menyampaikan kepada umatnya kisah di waktu Nabi Ibrahim berdoa kepada Tuhannya agar doa itu menjadi iktibar dan pelajaran bagi orang Arab waktu itu, karena Ibrahim a.s. itu adalah cikal bakal dan asal keturunan mereka. Doa itu ialah: "Ya Tuhan kami, jadikanlah negeri Mekah ini, negeri yang aman dan tenteram, negeri yang sentosa, terpelihara dari peperangan dan serangan musuh." Doa Nabi Ibrahim itu dikabulkan Tuhan, dan Dia telah menjadikan negeri Mekah dan sekitarnya menjadi tanah dan tempat yang aman bagi orang-orang yang berada di sana. Di negeri itu dilarang menumpahkan darah, menganiaya orang, membunuh binatang dan menebang tumbuh-tumbuhan yang berada di sana.
Allah berfirman:

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ (67)
Artinya:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri Mekah) tanah suci yang aman sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah?
(Q.S Al Ankabut; 67)
Orang-orang Arab dan orang-orang yang berdiam di sekitar Jazirah Arab, sejak dahulu hingga sekarang tetap memandang suci dan menghormati tanah haram itu. Bangsa Arab dahulu adalah bangsa yang terkenal sebagai bangsa yang merasa terhina seandainya mereka tidak dapat menuntut bela atas pembunuhan atau penganiayaan yang dilakukan oleh seseorang atau suatu kabilah terhadap anggota kabilahnya atau terhadap kabilahnya sendiri. Penuntutan bela itu merupakan suatu kewajiban suci untuk membela kehormatan kabilahnya yang telah ternoda itu. Karena itu mereka akan mengadakan penuntutan bela pada setiap kesempatan yang mungkin mereka lakukan. Kecuali jika mereka bertemu di tanah haram, mereka tidak akan melakukan penuntutan bela. Mereka menunggu di luar tanah haram. Setelah musuhnya itu keluar dari tanah haram barulah mereka melakukan pembalasan dendam itu.
Demikian pula tanah haram itu dihormati dan terpelihara dari maksud jahat orang-orang yang hendak menghancurkan Kakbah dan mengotorinya. Sebagaimana yang pernah dilakukan dan dialami oleh Abrahah, gubernur Ethiopia dan tentaranya. Abrahah yang beragama Nasrani itu dapat menaklukkan Yaman yang beragama Yahudi. Ia bermaksud mengembangkan agama Nasrani di Yaman dan menciptakan Yaman menjadi pusat agama Nasrani di Jazirah Arab. Dalam pada itu mengetahui pula bahwa orang-orang di Jazirah Arab sangat menghormati Kakbah. Karena itu ia ingin memalingkan perhatian orang dari menghormati dan mengunjungi Kakbah kepada menghormati dan mengunjungi suatu tempat atau bangunan yang ada di Yaman. Untuk memenuhi keinginannya itu dibuatlah sebuah gereja besar dan megah di Yaman, namun penduduk Jazirah Arab tidak tertarik minatnya untuk mengunjungi apalagi menghormati bangunan tersebut. Karena itu timbullah amarah Abrahah, maka disiapkannyalah pasukan tentara yang mengendarai gajah untuk menyerbu Mekah dan menghancurkan Kakbah. Sekalipun ia dan tentaranya tidak mendapat perlawanan sedikit pun dari orang Mekah waktu itu, tetapi Allah SWT. menghancurkan Abrahah dengan tentaranya sampai mereka cerai-berai.
Peristiwa kehancuran Abrahah dan bala tentaranya sewaktu menyerang Mekah ini dilukiskan Allah SWT. dalam firman-Nya:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
Artinya:
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kakbah) itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
(Q.S Al Fil: 1-5)
 
Pada hadis-hadis Rasulullah saw. banyak diterangkan tentang penetapan tanah Mekah sebagai tanah haram. Bahkan pada hadis yang diriwayatkan Bukhari dijelaskan bahwa tanah Mekah telah ditetapkan Allah sebagai tanah haram sejak Allah menciptakan langit dan bumi:

عن صفية بنت شيبة قالت: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يخطب عام الفتح فقال: يأيها الناس إن الله حرم مكة يوم خلق السموات والأرض. فهي حرام إلى يوم القيامة لا يعضد شجرها ولا ينفر صيدها ولا يأخذ حوطتها إلا منشد
Artinya:
Dari Safiyah binti Syaibah, ia berkata: "Aku mendengar Rasulullah saw. berkhutbah pada hari penaklukan Mekah, beliau berkata: "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah mengharamkan Mekah pada hari penciptaan langit dan bumi, maka Dia mengharamkannya sampai hari kiamat, tidak boleh dipotong tumbuh-tumbuhannya, tidak boleh diburu binatangnya dan tidak boleh diambil barang temuannya kecuali orang yang empunya yang mencarinya.
(H.R Bukhari)
Dalam pada itu Nabi Muhammad saw. pernah berdoa kepada Allah SWT. agar Madinah dijadikan juga sebagai tanah haram. Doa itu diucapkan Rasulullah pada waktu kaum Muslimin menghadap beliau pada permulaan musim buah-buahan untuk menghadiahkan buah-buahan itu kepada beliau. Tatkala beliau memegang buah-buahan yang diberikan itu beliau berdoa:

اللهم إبراهيم عبدك وخليلك ونبيك وإني عبدك ونبيك ,إنه دعاك لمكة، وإني أدعوك للمدينة بمثل ما دعاك لمكة ومثله معه
Artinya:
Wahai Tuhan, sesungguhnya Ibrahim adalah hamba Engkau dan orang yang Engkau dekatkan kepada Engkau, dan juga Nabi Engkau. Demikian pula aku adalah hamba dan Nabi Engkau. Sesungguhnya Ibrahim telah berdoa kepada Engkau untuk Mekah dan sesungguhnya aku berdoa pula untuk Madinah seperti ia mendoakan kepada Engkau untuk Mekah dan semisalnya."
(H.R Muslim dari Abu Hurairah)
Dan Ibrahim berdoa agar ia dan keturunannya dihindarkan Allah SWT. dari perbuatan menyembah berhala karena perbuatan itu menyesatkan manusia dari jalan yang benar ke jalan yang salah. Selanjutnya Ibrahim menerangkan barang siapa di antara anak cucunya itu yang mengikutinya, yaitu beriman kepada Allah dengan sepenuh hati, memurnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada Allah semata, itulah orang-orang yang mengikuti agamanya. Sebaliknya barang siapa di antara anak cucunya itu yang tidak mengikuti agamanya, tidak mengikuti petunjuk Allah yang telah disampaikannya, maka Allah Maha Pengampun, Maha kekal rahmat-Nya, Maha Penerima tobat dengan menuntun manusia ke jalan yang benar.
Hal ini berarti bahwa barang siapa yang mengakui sebagai pengikut Nabi Ibrahim tentulah ia menganut agama yang berdasarkan tauhid, mengakui bahwa Tuhan itu Esa tidak beranak, tidak dilahirkan atau diciptakan, tidak berserikat dengan sesuatu pun sebagaimana pengakuan penganut-penganut agama yang menyatakan bahwa asal agama mereka ialah agama Nabi Ibrahim. Mustahil jika sesuatu agama menyatakan pengikut agama Ibrahim padahal mereka mempersekutukan Allah, tidak memurnikan ketaatan dan ketundukan kepada Allah semata.
Doa Nabi Ibrahim ini tidak seluruhnya dikabulkan Allah, karena banyak pula anak cucunya yang durhaka kepada Allah di samping banyak pula yang beriman, bahkan ada pula yang diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
Pada ayat yang lalu Allah SWT. menerangkan bahwa setelah Nabi Ibrahim diangkat menjadi Nabi dan Rasul, ia pun berdoa pula agar anak-cucunya di kemudian hari diangkat pula menjadi Nabi dan Rasul tetapi Allah SWT. menjawab bahwa tidak seluruh doa Nabi Ibrahim itu dikabulkan Tuhan, karena orang-orang yang zalim walaupun anak seorang Nabi dan Rasul mustahil diangkat menjadi Nabi dan Rasul seperti bapak dan kakeknya. Allah SWT. berfirman:

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ (124)
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah atau larangan), lalu Ibrahim menunaikannya, Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia." Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku." Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim."
(Q.S Al Baqarah: 124)
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kaum Muslimin dilarang mengangkat orang-orang zalim sebagai pemimpin-pemimpin yang akan mengurus urusan mereka. Yang akan diangkat menjadi pemimpin itu hendaklah orang-orang yang masih berjiwa bersih, suka mengerjakan amal-amal yang saleh, melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya.
37. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.(QS. 14:37)
Surah Ibrahim 37
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37)
Ayat ini menerangkan saat Ibrahim a.s. akan kembali ke Palestina menemui istrinya Sarah meninggalkan istrinya Hajar dan putranya Ismail yang masih kecil di Mekah, di tengah-tengah padang pasir yang tandus tanpa ditemani oleh seorang manusia pun, tanpa bekal untuk keluarganya yang ditinggalkan. Waktu itulah ia berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, mohon agar keluarganya itu dilindungi dan diselamatkan dari segala bahaya dan bencana yang mungkin akan menimpanya.
Ibrahim a.s. adalah Nabi dan Rasul yang diutus menyeru raja Namruz, raja Babilonia dan rakyatnya agar mereka mengikuti agama Allah. Setelah menerima siksaan, halangan dan ancaman dari raja Namruz dan pengikut-pengikutnya Ibrahim meninggalkan Babilonia dan akhirnya menetap di Palestina bersama istrinya Sarah dan pembantu istrinya seorang wanita yang bernama Hajar. Karena Sarah wanita yang mandul, maka Ibrahim a.s. tidak mempunyai seorang putra pun sedang umurnya telah menginjak masa tua. Sekalipun demikian keinginannya untuk mempunyai seorang putra tetap merupakan cita-cita yang selalu diidam-idamkannya. Karena itu dinikahinyalah pembantu istrinya bernama Hajar itu setelah mendapat izin dan persetujuan dari Sarah. Dari pernikahan itu lahirlah seorang putra yang bernama Ismail dan dengan kelahiran itu pula terkabullah cita-cita Ibrahim yang diingininya selama ini.
Kesayangan Ibrahim kepada putranya Ismail dan bertambah cintanya kepada Hajar menimbulkan rasa cemas dan iri hati pada diri Sarah. Cemas karena khawatir akan berkurang cinta Ibrahim kepadanya, iri hati karena ia sendiri tidak dapat memenuhi keinginan Ibrahim untuk memperoleh seorang putra sebagai penerus hidupnya, sedang pembantunya Hajar dapat memenuhi keinginan suaminya itu. Oleh Sarah perasaan hatinya itu disampaikan kepada suaminya Ibrahim, dan meminta dengan sangat agar Ibrahim membawa dan menjauhkan Hajar dan putranya Ismail daripadanya, sehingga ia tidak lagi melihat kebahagiaan Hajar dan semakin bertambah dewasanya Ismail. Ibrahim dapat merasakan betapa dalam cintanya kepada Sarah. Ia pun khawatir kalau-kalau Sarah merana jika permintaan itu tidak dikabulkan. Karena itu Ibrahim pun mengabulkan permintaan Sarah itu. Maka dibawanya Hajar dan putranya Ismail yang masih kecil itu berjalan mengikuti arah yang dikehendaki oleh kaki untanya tanpa tujuan dalam keadaan hiba dan terharu mengingat nasib yang akan dialami oleh istrinya dan putranya nanti. Dalam keadaan yang demikian, tanpa disadarinya sampailah ia ke daerah yang asing baginya, suatu daerah yang terletak di antara bukit-bukit batu yang gersang yang sekarang bernama kota Mekah.
Pada waktu itu Mekah merupakan daerah dataran rendah padang pasir yang belum didiami oleh seorang manusia pun. Tidak ditemukan suatu sumber air. Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa di tempat itu terdapat sepohon kayu, dan di bawah pohon kayu itulah Ibrahim dan keluarganya berteduh dan melepaskan lelah dari perjalanan yang jauh dari Palestina sampai ke Mekah sekarang ini.
Setelah beberapa hari Ibrahim menemani Hajar dan putranya di tempat itu, ia pun teringat kepada istrinya Sarah yang ditinggalkannya di Palestina. Akan kembali ke Palestina itu, ia tak sampai hati pula meninggalkan Hajar dan putranya. Dalam keadaan demikian ia pun memutuskan akan kembali ke Palestina dan meminta persetujuan dari Hajar. Di waktu ia meminta persetujuan dan kerelaan hati Hajar, maka Hajar bertanya kepada Ibrahim: "Apakah Allah yang memerintahkan kepadamu agar aku ditempatkan di daerah sunyi lagi tandus ini?" Ibrahim menjawab: "Benar." Hajar menjawab: "Jika demikian Dia (Allah) tidak menyia-nyiakan kita."
Maka berangkatlah Ibrahim ke Palestina menemui istrinya Sarah dan meninggalkan istri dan putranya Ismail yang masih kecil di tempat itu di tengah-tengah panas matahari membakar padang pasir tanpa rumah tempat berteduh, tanpa perbekalan yang cukup, kecuali sekendi air untuk pelepas haus. Maka sampailah Hajar dan putranya kepada suatu tempat, yang waktu itu semua perbekalan dan air minum telah habis. Putranya Ismail menangis kehausan sedang air susunya tidak mengalir lagi. Ia bermaksud mencari air, dan ditidurkannyalah putranya di bawah pohon tempat ia berteduh itu. Ia pun pergi ke mana saja yang dianggapnya ada air, namun ia tidak menemukannya setetes pun. Ia pun pergi ke mana saja, tanpa disadarinya ia telah berlari-lari kecil pulang balik tujuh kali antara bukit Safa dan bukit Marwah tetapi ia belum juga memperoleh air barang setetes pun. Maka dengan rasa sedih dan putus asa, ia kembali ke tempat putranya yang ditinggalkan. Waktu itu Ismail sedang menangis kehausan sambil memukul-mukulkan kakinya ke tanah. Maka Hajar pun berdoa menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.
Dalam keadaan yang demikian, Ibrahim yang sedang melanjutkan perjalanannya ke Palestina, ingat akan istri dan putranya yang ditinggalkan, ingat akan nasib yang mungkin sedang dideritanya, karena diperkirakan makanan dan air yang ia tinggalkan telah habis maka ia pun berdoa sebagai yang terpaham dalam ayat itu: "Wahai Tuhanku, aku telah menempatkan sebagian keturunanku, yaitu istri dan anakku Ismail, yang akan melanjutkan keturunanku di lembah padang pasir yang tandus lagi gersang, di dekat tempat akan didirikan Kakbah rumah-Mu nanti yang dihormati, yang Engkau akan melarang manusia mencemarkan kehormatannya, dan yang akan Engkau jadikan daerah sekitarnya sebagai daerah haram, yaitu dilarang di tanah itu berperang dan menumpahkan darah."
Doa Ibrahim dan istrinya Hajar itu dikabulkan Tuhan. Maka waktu itu juga terpancarlah air dari tanah bekas pukulan kaki anaknya Ismail yang sedang menangis itu. Maka di saat itu pula timbullah pada diri Hajar rasa syukur kepada Allah atas rahmat-Nya yang tiada terhingga dan timbullah dalam hatinya harapan akan kelangsungan hidupnya dan putranya lalu diminumkannya air itu kepada putranya Ismail. Karena khawatir air itu habis dan lenyap kembali ke dalam pasir, maka ia mengumpulkan air itu dengan tangannya seraya berkata: "Zam Zam! (Berkumpullah! Berkumpullah!)" Dan terkumpullah air itu tidak kering-kering sampai sekarang dan bernama telaga Zamzam.
Dengan adanya telaga Zamzam di tempat itu, banyaklah orang yang lewat meminta air ke sana. Tatkala Bani Jurhum melihat adanya sumber air di tempat itu, maka mereka minta izin kepada Hajar tinggal bersama di sana, dan Hajar pun mengabulkan permintaan itu. Sejak itu mulailah kehidupan di daerah yang tandus itu, semakin hari semakin banyak pendatang yang menetap. Akhirnya timbullah negeri dan kebudayaan, sehingga daerah tersebut menjadi tempat jalan lintas perdagangan antara barat dan timur.
Setelah Ismail dewasa, ia pun menikah dengan salah seorang wanita Bani Jurhum, pendatang baru itu, yang kemudian menurunkan keturunan yang merupakan cikal bakal negeri itu. Keturunan itu berkembang biak, mendiami negeri Mekah dan sekitarnya. Dari keturunan Ismail inilah nanti lahir Nabi Muhammad di kemudian hari sebagai Nabi dan Rasul Allah yang penghabisan.
Dalam ayat di atas selanjutnya diterangkan bahwa Ibrahim a.s. berdoa kepada Tuhan agar memelihara keturunannya yang ada di Mekah, menjadikan mereka sebagai orang-orang taat mengerjakan salat, menghambakan dan menundukkan dirinya kepada Tuhan agar memelihara keturunannya itu, menjadikan hati manusia cenderung, cinta dan kasih kepada keturunannya itu diberi rezeki, didatangkan bahan makanan, buah-buahan ke negeri yang tandus itu, karena di negeri itu tidak mungkin hidup tumbuh-tumbuhan yang diperlukan sebagai bahan makanan.
Doa Nabi Ibrahim dikabulkan Allah SWT., terbukti sejak dahulu hingga sekarang banyak manusia yang mengunjungi Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah, melihat bekas peninggalan-peninggalan dan perjuangan Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya. Demikian pula banyak didatangkan ke bumi yang tandus itu pelbagai macam barang keperluan yang diperlukan penghuni negeri itu, seperti bahan makanan, buah-buahan, barang pakaian sampai barang mewah. Doa Nabi Ibrahim ini akan lebih nyata terlihat dengan ditemukannya emas hitam (minyak tanah) di negeri itu yang tidak ternilai harganya sehingga Saudi Arabia dewasa ini termasuk salah satu negara yang terkaya di dunia.
Penganugerahan karunia yang berlipat ganda itu ditegaskan dalam firman Allah SWT.:

أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آمِنًا يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقًا مِنْ لَدُنَّا وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (57)
Artinya:
Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
(Q.S Al Qasas: 57)
Allah SWT. menganugerahkan rezeki dan kekayaan yang banyak kepada penduduk dan negeri Arab itu agar penduduk negeri itu mensyukuri nikmat Allah dengan menjaga Baitullah, melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya.
Dari ayat ini dipahamkan bahwa segala sesuatu yang diperoleh selama hidup di dunia ini adalah untuk keperluan beribadat kepada Tuhan dengan hasil yang diperoleh itu dapat disempurnakan pelaksanaan perintah-perintah Allah dan penghentian larangan-Nya, bukan semata-mata untuk kepentingan dan kesenangan diri sendiri.
38. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.(QS. 14:38)
Surah Ibrahim 38
رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ (38)
Selanjutnya Nabi Ibrahim berdoa: "Wahai Tuhan kami sesungguhnya Engkau mengetahui segala yang tersimpan dalam hati kami termasuk di dalamnya segala yang tersirat dan tergores dalam hati kami, Engkau mengetahui pula segala yang kami ucapkan dan nyatakan termasuk di dalamnya doa-doa yang telah kami panjatkan kepada Engkau, tidak ada sesuatu pun yang tidak Engkau ketahui segala yang ada di bumi maupun di langit, karena semuanya itu hanya Engkaulah yang menciptakan, memiliki dan mengaturnya, perkenankanlah doa kami. Ya Tuhan kami."
Ayat ini mengajarkan kepada kaum Muslimin cara-cara berdoa yang baik sesuai dengan ketentuan agama, yaitu berdoa dengan hati yang bersih, penuh keyakinan akan kebesaran dan kekuasaan Allah dan isi doa itu melukiskan keinginan untuk menyempurnakan penghambaan diri kepada Tuhan, bukan untuk mencapai sesuatu cita-cita untuk kepentingan dan kesenangan diri dan merugikan orang lain. Doa yang dimohonkan Nabi Ibrahim itu tidak sedikit pun tergambar di dalamnya hanyalah agar Tuhan menjadikannya dan anak-cucunya hamba Allah yang taat agar anak-cucunya itu diberi rezeki sehingga dengan rezeki itu mereka dapat menyempurnakan penghambaan dirinya kepada Allah, dan dengan rezeki itu pula mereka dapat membela dan mengembangkan agama Allah serta menjadi pelayan dan khadam Kakbah rumah Allah.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 38
رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ (38)
(Ya Rabb kami! Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan) apa yang kami tidak lahirkan (dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada yang tersembunyi bagi Allah) huruf min di sini adalah zaidah (sesuatu pun, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit) ayat ini dapat diartikan kalam Rabb dan dapat pula dianggap sebagai doa Nabi Ibrahim.
39. Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.(QS. 14:39)
Surah Ibrahim 39
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ (39)
Ibrahim a.s. memanjatkan puja kepada Allah Tuhan semesta alam yang telah menganugerahkan kepadanya dua orang putra yang terbaik, di saat-saat ia dan istrinya telah tua bangka, tidak mungkin mempunyai putra lagi, bahkan istrinya Sarah telah putus asa dan merasa dirinya tidak mungkin lagi mempunyai anak. Waktu itulah ia dianugerahi putra yang bernama Ishak dan sebelumnya ia telah dianugerahi putra dari istrinya Hajar.
Sekali pun Sarah telah sangat tua dan tidak mungkin lagi melahirkan anak, tetapi keinginan mempunyai putra itu selalu menjadi idamannya, lebih-lebih setelah mendengar Ismail telah bertambah dewasa, selalu ditengok oleh suaminya Ibrahim ke tempat ia dibesarkan di Mekah yang sangat jauh jaraknya dari Palestina. Timbul rasa iri hatinya kepada Hajar, bekas pembantunya. Apalagi setelah dinikahi oleh suaminya Ibrahim atas seizinnya pula. Ditambah pemikiran Sarah kenapa pembantunya dikaruniai Allah SWT. seorang putra, kenapa dia sendiri belum juga lagi dianugerahi. Maka rasa iri itu semakin lama semakin besar. Dalam keadaan demikianlah malaikat datang kepada dua orang suami istri yang telah tua bangka itu, menyampaikan perintah Allah untuk memberitahukan berita gembira bahwa mereka akan dianugerahi Allah seorang putra yang bernama Ishak, seorang anak laki-laki yang akan diangkat-Nya menjadi Nabi dan Rasul di kemudian hari.
Berita itu diterima oleh Ibrahim terutama Sarah dengan rasa heran tidak percaya tetapi penuh harapan. Ia hampir tidak percaya kepada kenyataan ini tetapi penuh harapan. Ia hampir tidak percaya pada berita itu, karena umurnya telah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan anak, dan menurut lazimnya wanita yang seumur dia itu mustahil melahirkan anak. Sekali pun demikian ia juga mempunyai harapan karena berita itu berasal dari Tuhan Yang Maha Esa yang disampaikan oleh malaikat pesuruh-Nya. Ia yakin dan percaya bahwa Tuhan kuasa menciptakan yang dikehendaki-Nya; semua mudah bagi Tuhan.
Penyampaian berita oleh malaikat kepada Ibrahim dan Sarah bahwa mereka akan mempunyai putra dilukiskan dalam firman Allah SWT.:

وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ (71) قَالَتْ يَا وَيْلَتَا أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ (72) قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ رَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ (73)
Artinya:
Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir putranya) Yakub. Istrinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh." Para malaikat berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keperkasaan-Nya, dicurahkan atas kamu hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah."
(Q.S Hud: 71-73)
Dan firman Allah SWT.:

قَالُوا لَا تَوْجَلْ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ عَلِيمٍ (53) قَالَ أَبَشَّرْتُمُونِي عَلَى أَنْ مَسَّنِيَ الْكِبَرُ فَبِمَ تُبَشِّرُونَي (54) قَالُوا بَشَّرْنَاكَ بِالْحَقِّ فَلَا تَكُنْ مِنَ الْقَانِطِينَ (55) قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ (56)
Artinya:
Mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim. Berkata Ibrahim: "Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini?" Mereka menjawab: "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa." Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya kecuali orang-orang yang sesat."
(Q.S Al Hijr: 53-56)
Dan Ibrahim memanjatkan puji dan syukur kepada Allah Yang Maha Pemurah atas anugerah-Nya yang lain, yaitu mengabulkan doa-doanya seperti menjadikan tanah Mekah dan sekitarnya sebagai tanah haram, menjadikan dia dan sebagian keturunannya orang yang saleh bahkan mengangkat dua orang putranya Ismail dan Ishak menjadi Nabi dan Rasul.
Apa yang dirasakan Ibrahim a.s. waktu memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan ini dapat dimaklumi, betapa bahagianya ia dan keluarganya setelah berusaha dengan keras, mengalami cobaan-cobaan yang sangat berat, mendapat halangan dan rintangan dari bapak dan kaumnya dan sebagainya kemudian pada saat umurnya dan istrinya semakin tua, ia melihat semua hasil usahanya itu hampir semua yang pernah dimohonkannya kepada Tuhan dahulu dikabulkannya bahkan cita-citanya memperoleh keturunan yang semula dirasakannya tidak akan mungkin terwujud lagi kemudian atas kehendak Tuhan Yang Maha Pemurah akhirnya terkabul juga, maka lahirlah putra yang kedua yaitu Ishak.
40.Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.(QS. 14:40)
Surah Ibrahim 40
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ (40)
Pada ayat ini dilukiskan lagi pernyataan syukur Ibrahim pada Allah atas segala rahmat-Nya itu, ia bertambah tunduk dan patuh kepada Allah, ia berdoa agar Allah menjadikan keturunannya selalu mengerjakan salat, tidak pernah lalai mengerjakannya sedikit pun, sempurna rukun-rukun dan syarat-syaratnya, sempurna pula hendaknya mengerjakan sunah-sunahnya serta penuh ketundukan dan kekhusyukan.
Dalam ayat ini Ibrahim a.s. berdoa agar keturunannya selalu mengerjakan salat karena salat itu adalah pembeda antara mukmin dan kafir dan merupakan pokok ibadat yang diperintahkan Allah. Orang yang selalu mengerjakan salat akan mudah baginya mengerjakan ibadat-ibadat lain, demikian pula dapat mengerjakan amal-amal saleh. Dalam pada itu salat dapat menyucikan jiwa dan raga, karena salat itu dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar sebagaimana firman Allah SWT.:

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (45)
Artinya:
Dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q.S Al Ankabut: 45)
Ibrahim a.s. memohon kepada Allah SWT. agar Allah menerima ibadah-ibadahnya. Keinginan beribadat kepada Tuhan ini lebih diutamakannya dari keinginan mengikuti kehendak bapaknya sebagaimana firman Allah SWT.:

وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا (48)
Artinya:
Dan aku akan menjauhkan diri daripadamu dan dari apa yang kamu seru selain Allah dan aku akan berdoa kepada Tuhanku mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.
(Q.S Maryam: 48)
Yang dimaksud dengan doa dalam ayat ini adalah ibadat. Rasulullah saw. menyatakan bahwa doa itu adalah ibadat. Kemudian beliau membaca firman Allah SWT:

إِنَّ الَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَ (206)
Artinya:
Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nyalah mereka bersujud.
(Q.S Al A'raf; 206)

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 40
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ (40)
(Ya Rabbku! Jadikanlah aku orang-orang yang tetap mendirikan salat dan) jadikan pula (anak cucuku) orang-orang yang tetap mendirikannya. Nabi Ibrahim sengaja di dalam doanya ini memakai ungkapan min yang menunjukkan makna sebagian karena Allah swt. telah memberitahukan kepadanya bahwa di antara anak cucunya itu terdapat orang yang kafir (Ya Rabb kami! Kabulkanlah doaku) semua doa yang telah disebutkan tadi.
Surah Ibrahim
Kembali ke Daftar Surah                               Kembali ke Surah Ibrahim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar