Sabtu, 27 September 2014

Profesi Nabi Muhammad SAW

Profesi Nabi Muhammad SAW (bagian 1)

Pengantar
Istilah Profesi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ barangkali akan menimbulkan perdebatan. Namun tulisan ini tidak dimaksudkan untuk memicu debat, karena  yang dimaksud profesi dalam tulisan ini adalah pekerjaan/mata pencaharian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  untuk menghasilkan harta yang pernah beliau lakukan. Lebih tepatnya, tulisan ini sebenarnya hendak mengupas aspek sumber pemasukan harta Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang pernah tercatat dalam sejarah selama peri kehidupan beliau. Tentu topik  ini cukup layak dibahas, minimal menjadi jawaban dari sebuah pertanyaan; Jika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menghabiskan umurnya untuk perjuangan dakwah, berjihad, mengajar,  memenangkan  Dienullah dan meninggikan kalimatNya sepanjang hidup, lalu bagaimana cara beliau memenuhi kebutuhan sehari-hari, nafkah istri, dan orang-orang yang ditanggung? Mudah-mudahan dengan tulisan ringan ini kita lebih mengenal beliau dan bertambahlah cinta dalam hati kepada beliau.
Dari cinta kita bermula, sebelum akhirnya awali segala.


Pembahasan
Ada beberapa sumber penghasilan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang tercatat dalam sejarah selama beliau hidup. Diantaranya;

1.Bekerja Sebagai Penggembala Kambing
Sebelum Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diangkat menjadi Nabi dan Rasul, beliau pernah bekerja sebagai penggembala kambing dengan upah beberapa Qiroth. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (8/ 21)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan dia mengembalakan kambing”. Para sahabat bertanya: “Termasuk engkau juga?” Maka Beliau menjawab: “Ya, aku pun mengembalakannya dengan upah beberapa Qiroth untuk  penduduk Makkah”. (H.R.Bukhari)
Dalam hadis di atas,  Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjelaskan bahwa semua Nabi adalah penggembala kambing. Ketika para shahabat menanyakan apakah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ juga penggembala kambing, maka beliau menginformasikan sesuatu yang selama ini belum pernah mereka ketahui yaitu bahwa beliau pernah menjadi seorang penggembala kambing ketika beliau masih di Makkah. Beliau menggembala kambing-kambing milik penduduk Makkah dengan upah beberapa Qiroth atas jasa menggembala.
Qiroth dalam hadis ini bermakna ukuran berat perak yang setara dengan 0,2475 gram perak (sebagian ulama memahami Qiroth adalah ukuran berat emas). Jika harga satu gram perak Rp 24.873,95 (berdasarkan info dalam situs http://lantakanemas.com tgl 27 Jumada Al-Ula 1433 H/ 19 April 2012), maka Satu Qiroth perak kira-kira senilai dengan Rp 6.156,3026.  Atau anggaplah bulat Rp 6.000,- Suwaid, salah satu perawi hadis ini menjelaskan bahwa penghitungan upah menggembala yang dimaksud adalah satu Qiroth untuk satu kambing. Jika kita asumsikan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menggembala 3-10 kambing berarti upah beliau kira-kira berkisar antara Rp.18.000,- Rp. 60.000,- . Jika makna Qiroth yang disebutkan dalam riwayat tersebut adalah ukuran berat untuk emas, tentu konversi nilainya lebih besar lagi, karena harga emas per gram berdasarakan info pada situs yang sama Rp. 585.000 dengan ukuran satu Qiroth emas setara dengan 0,212 gram emas.
Oleh karena itu riwayat ini menunjukkan bahwa penggembala kambing adalah salah satu pekerjaan yang pernah dijalani Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai sumber penghasilan harta untuk mencukupi kebutuhan. Artinya beliau pernah bekerja di bidang jasa, karena menggembala kambing dengan kompensasi upah termasuk akad Ijaroh (perkontrakan), yaitu akad pertukaran antara jasa/manfaat menggembala dengan kompensasi harta berupa satu Qiroth perkambing.
2.Berdagang
Berdagangnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ adalah sesuatu yang masyhur. Keterlibatan pertama dalam perdagangan beliau adalah saat diajak pamannya ke Syam dalam usia remaja, kemudian ketika tumbuh menjadi pemuda dewasa beliau bekerjasama dengan Khadijah memperdagangkan barang jualannya dengan akad Mudhorobah. Ibnu Hisyam menulis dalam  kitabnya;
سيرة ابن هشام ت السقا (1/ 187)
قَالَ ابْنُ إسْحَاقَ: وَكَانَتْ خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ امْرَأَةً تَاجِرَةً ذَاتَ شَرَفٍ وَمَالٍ.
سيرة ابن هشام ت السقا (1/ 188)
تَسْتَأْجِرُ الرِّجَالَ فِي مَالِهَا وَتُضَارِبُهُمْ  إيَّاهُ، بِشَيْءٍ تَجْعَلُهُ لَهُمْ، وَكَانَتْ قُرَيْشٌ قَوْمًا تُجَّارًا، فَلَمَّا بَلَغَهَا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا بَلَغَهَا، مِنْ صَدْقِ حَدِيثِهِ، وَعِظَمِ أَمَانَتِهِ، وَكَرَمِ أَخْلَاقِهِ، بَعَثَتْ إلَيْهِ فَعَرَضَتْ عَلَيْهِ أَنْ يَخْرُجَ فِي مَالٍ لَهَا إلَى الشَّامِ تَاجِرًا، وَتُعْطِيهِ أَفَضْلَ مَا كَانَتْ تُعْطِي غَيْرَهُ مِنْ التُّجَّارِ، مَعَ غُلَامٍ لَهَا يُقَالُ لَهُ مَيْسَرَةَ، فَقَبِلَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهَا، وَخَرَجَ فِي مَالِهَا ذَلِكَ، وَخَرَجَ مَعَهُ غُلَامُهَا مَيْسَرَةُ حَتَّى قَدِمَ الشَّامَ.
Ibnu Ishaq berkata: Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang yang mulia dan kaya. Beliau mengkontrak para lelaki untuk menjalankan hartanya dan  bekerjasama dengan akad Mudhorobah dengan mereka atas kesepakatan upah tertentu. Orang-orang Quraisy adalah kaum pedagang. Ketika Khadijah mendengar kejujuran ucapan Nabi, besarnya sifat amanat dan kemuliaan akhlaknya, Khadijah mengirimkan utusan untuk menawari beliau mengelola hartanya menuju Syam menjadi pedagang. Khadijah memberi beliau kompensasi  yang paling menguntungkan dari semua kompensasi yang pernah diberikan kepada para pedagang. Misi dagang itu ditemani orang  Khadijah yang bernama Maisaroh.  Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَmenerima tawaran bisnis tersebut dan keluar untuk mengelola harta Khadijah dan Maisaroh ikut keluar menemani Nabi hingga sampai di negeri Syam (Sirah Ibnu Hisyam, vol.1 hlm 187-188)
3.Ghanimah
Setelah peristiwa berdaganggya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ke Syam, maka Khadijah menikah dengan beliau. Tidak lama kemudian, beliau diangkat menjadi Nabi. Kemudian beliau berjuang  menyampaikan Risalah kenabian hingga wafatnya Khadijah. Tidak lama sesudah wafatnya Khadijah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pun berhijrah ke Madinah.  Di Madinah, beliau memfokuskan dirinya menjalankan tugas-tugas kenabian sekaligus menjadi kepala negara yang mengurusi urusan rakyatnya. Kemudian  Allah mewajibkan jihad (perang untuk meninggikan Kalimatullah), dan memberi beliau rizki dari sebagian Ghanimah (harta rampasan) dari peperangan-peperangan yang dimenangkan kaum Muslimin. Allah berfirman;
{وَاعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ } [الأنفال: 41]
Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang , Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah dan untuk Rasul (Al-Anfal; 41)
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sendiri pernah mengatakan bahwa setelah Jihad diwajibkan, Allah memberinya rizki dari pintu Jihad. Ahmad meriwayatkan;
مسند أحمد (10/ 404)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُعِثْتُ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللَّهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي
Dari Ibnu Umar ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diutus dengan pedang hingga Allah yang sembah dan tiada sekutu bagi-Nya, rizkiku dijadikan di bawah bayang-bayang tombakku (H.R.Ahmad)
Kehalalan Ghanimah bagi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memang diantara keistimewaan dan kekhususan beliau yang tidak diberikan kepada Nabi-Nabi yang lain. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (2/ 218)
جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ لِي الْغَنَائِمُ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ
Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorangpun dari Nabi-Nabi sebelumku; aku ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka sepanjang sebulan perjalanan, bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan suci; maka dimana saja seorang dari ummatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat. Dihalalkan harta rampasan untukku, para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia, dan aku diberikah (hak) syafa’at”.(H.R.Bukhari)
Sebelum Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diutus, Ghanimah diharamkan bagi umat-umat terdahulu. Semua Ghanimah yang didapatkan disambar api yang diturunkan Allah dari  langit yang kemudian menghabiskannya. At-Tirmidzi meriwayatkan;
سنن الترمذى (10/ 350)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَمْ تَحِلَّ الْغَنَائِمُ لِأَحَدِ سُودِ الرُّءُوسِ مِنْ قَبْلِكُمْ كَانَتْ تَنْزِلُ نَارٌ مِنْ السَّمَاءِ فَتَأْكُلُهَا
Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Harta rampasan perang itu tidak dihalalkan bagi seorangpun sebelum kalian karena dulu langsung dilalap api yang turun dari langit. (H.R.At-Tirmidzi)
4.Fai’
Sumber rizki Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang lain setelah beliau berhijrah ke Madinah adalah Fai’.  Fai’ juga semakna dengan Ghanimah. Perbedaannya, jika Ghanimah adalah harta rampasan yang diperoleh setelah dilakukan peperangan, maka Fai’ adalah harta rampasan yang diperoleh tanpa peperangan. Allah menerangkan dalam Al-Quran bahwa Fai’ adalah salah satu hak Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . Allah berfirman;
{ مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ} [الحشر: 7]
Apa saja Fai’ (harta rampasan) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, dan untuk Rasul (Al-Hasyr; 7)
(bersambung)

Profesi Nabi Muhammad SAW (bagian 2)

5.Hadiah
Sumber rizki Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang lain adalah Hadiah-hadiah. Para Shahabat karena kecintaan mereka kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan inginnya mereka dicintai Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mereka memberikan hadiah-hadiah. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkenan menerima hadiah-hadiah tersebut dan berusaha membalasnya. Bukhari meriwayatkan;

صحيح البخاري (9/ 36)
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَيُثِيبُ عَلَيْهَا
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha berkata: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerima pemberian hadiah dan membalasnya” (H.R.Bukhari)
Beliau berkenan menerima hadiah meski sesuatu yang remeh seperti bagian betis yang tipis. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (9/ 12)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ دُعِيتُ إِلَى ذِرَاعٍ أَوْ كُرَاعٍ لَأَجَبْتُ وَلَوْ أُهْدِيَ إِلَيَّ ذِرَاعٌ أَوْ كُرَاعٌ لَقَبِلْتُ
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seandainya aku diundang untuk jamuan makan sebesar satu paha depan (kambing) atau satu paha belakangnya, pasti aku penuhi dan seandainya aku diberi hadiah makanan satu paha depan (kambing) atau satu paha belakang pasti aku terima”. (H.R.Bukhari)
Beliau juga pernah menerima hadiah keju dan lemak;
صحيح البخاري (9/ 23)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
أَهْدَتْ أُمُّ حُفَيْدٍ خَالَةُ ابْنِ عَبَّاسٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقِطًا وَسَمْنًا وَأَضُبًّا فَأَكَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْأَقِطِ وَالسَّمْنِ وَتَرَكَ الضَّبَّ تَقَذُّرًا قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَأُكِلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ كَانَ حَرَامًا مَا أُكِلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata: “Ummu Hufaid, bibi dari Ibnu ‘Abbas menghadiahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keju, minyak samin dan daging biawak. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memakan keju dan minyak samin tapi membiarkan daging biawak karena tidak menyukainya”. Ibnu ‘Abbas berkata: “Semua itu dihidangkan pada makanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seandainya diharamkan tentu tidak akan dihidangkan pada makanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam “. (H.R.Bukhari)

Bahkan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ juga menerima hadih dari orang  kafir. Beliau pernah menerima hadiah Baghal dari raja Aylah. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (10/ 416)
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ
غَزَوْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبُوكَ وَأَهْدَى مَلِكُ أَيْلَةَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَغْلَةً بَيْضَاءَ وَكَسَاهُ بُرْدًا وَكَتَبَ لَهُ بِبَحْرِهِمْ
Dari Abu Humaid as-Sa’idiy berkata; “Kami ikut perang Tabuk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu raja Aylah memberi hadiah seekor baghal berwarna putih kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Beliau (membalas) dengan memakaikan burdah kepada raja itu dan menetapkan baginya untuk tetap berkuasa atas negerinya”. (H.R.Bukhari)
Beliau juga pernah menerima hadiah pakaian bagus dari raja yang bernama Ukaidir dari negeri  yang bernama Dumatul Jandal. Muslim meriwayatkan;
صحيح مسلم (12/ 244)
 عَنْ أَنَسٍ أَنَّ أُكَيْدِرَ دُومَةِ الْجَنْدَلِ أَهْدَى لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُلَّةً
Dari Anas bahwa Ukaidir Dumatul Jandal memberi hadiah pakaian sutera kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (H.R.Muslim)
Hanya saja, meski beliau menerima hadiah, namun  beliau tidak berkenan menerima Shodaqoh. Perbedaan hadiah dengan Shodaqoh adalah; Hadiah itu pemberian yang mngandung unsur memuliakan, mengagungkan, cinta, kasih sayang dan simpati, sementara Shodaqoh itu dimaksudkan untuk Taqorrub kepada Allah, membersihkan diri dari kotoran dosa dan diberikan kepaad orang yang membutuhkan. Dalil yang menunjukkan Nabi berkenan menerima hadiah tetapi tidak berkenan menerima Shodaqoh adalah hadis berikut;
سنن أبى داود – م (4/ 296)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَلاَ يَأْكُلُ الصَّدَقَةَ
Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerima hadiah namun tidak makan Shodaqoh (H.R.Abu Dawud)

6.Hibah
Sumber rizki Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang lain adalah Hibah-Hibah. Hibah adalah pemberian secara mutlak. Semua jenis pemberian (termasuk shodaqoh dan hadiah) bisa disebut hibah, tetapi hibah tidak bisa disebut hadiah atau shodaqoh. Hibah lebih umum daripada hadiah atau Shadaqoh. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menerima hibah sebagaimana menerima hadiah. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah menerima pemberian pangkal paha kelinci. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (9/ 19)
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
أَنْفَجْنَا أَرْنَبًا بِمَرِّ الظَّهْرَانِ فَسَعَى الْقَوْمُ فَلَغَبُوا فَأَدْرَكْتُهَا فَأَخَذْتُهَا فَأَتَيْتُ بِهَا أَبَا طَلْحَةَ فَذَبَحَهَا وَبَعَثَ بِهَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِوَرِكِهَا أَوْ فَخِذَيْهَا قَالَ فَخِذَيْهَا لَا شَكَّ فِيهِ فَقَبِلَهُ قُلْتُ وَأَكَلَ مِنْهُ قَالَ وَأَكَلَ مِنْهُ ثُمَّ قَالَ بَعْدُ قَبِلَهُ
Dari Anas radliallahu ‘anhu berkata: “Kami pernah menggebah kelinci di lembah Marru Azh-Zhohran, orang-orang berusaha menangkapnya hingga mereka keletihan. Kemudian aku bisa menangkapnya lalu aku bawa menghadap Abu Tholhah. Maka dia menyembelihnya kemudian dikirim daging paha depannya atau paha belakangnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia (Anas) berkata: “Daging pahanya dan tidak diragukan lagi. Lalu Beliau menerimanya”. Aku bertanya: “Apakah Beliau memakannya?”. Dia berkata: “Ya Beliau memakannya”. Kemudian dia sambung: “Setelah menerimanya”. (H.R.Bukhari)
Beliau juga pernah menerima pemberian hasil upah meruqyah. Imam Muslim meriwayatkan;
صحيح مسلم (11/ 204)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانُوا فِي سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَيِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِيَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَهَا وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلَّا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَتَبَسَّمَ وَقَالَ وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ثُمَّ قَالَ خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِي بِسَهْمٍ مَعَكُمْ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ كِلَاهُمَا عَنْ غُنْدَرٍ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَقَالَ فِي الْحَدِيثِ فَجَعَلَ يَقْرَأُ أُمَّ الْقُرْآنِ وَيَجْمَعُ بُزَاقَهُ وَيَتْفِلُ فَبَرَأَ الرَّجُلُ

Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa beberapa orang sahabat melakukan perjalanan jauh dan berhenti untuk istirahat pada salah satu perkampungan ‘Arab, lalu mereka minta dijamu oleh penduduk kampung itu. Tetapi penduduk enggan menjamu mereka. Penduduk bertanya kepada para sahabat; ‘Adakah di antara tuan-tuan yang pandai mantera? Kepala kampung kami digigit serangga.’ Menjawab seorang sahabat; ‘Ya, ada! Kemudian dia mendatangi kepala kampung itu dan memanterainya dengan membaca surat Al Fatihah. Maka kepala kampung itu pun sembuh. Kemudian dia diberi upah kurang lebih tiga puluh ekor kambing. Tetapi dia enggan menerima seraya mengatakan; ‘Tunggu! Aku akan menanyakannya lebih dahulu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, apakah aku boleh menerimanya.’ Lalu dia datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menanyakannya hal itu, katanya; ‘Ya, Rasulullah! Demi Allah, aku telah memanterai seseorang dengan membacakan surat Al Fatihah.’ Beliau tersenyum mendengar cerita sahabatnya dan bertanya: ‘Bagaimana engkau tahu Al Fatihah itu mantera? ‘ Kemudian sabda beliau pula: ‘Terimalah pemberian mereka itu, dan berilah aku bagian bersama-sama denganmu. (H.R.Muslim)
Beliau juga pernah menerima pemberian segelas air susu dari Ummu Al-Fadhl yang ingin mengetahui apakah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang berpuasa ataukah tidak. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (17/ 318)
عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ قَالَتْ
شَكَّ النَّاسُ فِي صِيَامِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَرَفَةَ فَأَرْسَلْتُ إِلَيْهِ بِإِنَاءٍ فِيهِ لَبَنٌ فَشَرِبَ
Dari Ummu Fadl dia berkata; Orang-orang ragu mengenai puasa ‘Arafah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, oleh karena itu aku mengirim semangkuk susu kepada beliau, lalu beliau meminumnya. (H.R.Bukhari)
Seorang wanita Yahudi juga pernah memberinya daging kambing matang yang diterima beliau namun setelah itu diketahui ternyata daging kambing tersebut beracun. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (9/ 81)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ يَهُودِيَّةً أَتَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَاةٍ مَسْمُومَةٍ فَأَكَلَ مِنْهَا فَجِيءَ بِهَا فَقِيلَ أَلَا نَقْتُلُهَا قَالَ لَا فَمَا زِلْتُ أَعْرِفُهَا فِي لَهَوَاتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu bahwa, ada seorang wanita Yahudi yang datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa seekor kambing yang telah diracun lalu Beliau memakannya. Kemudian wanita itu diringkus dengan bukti daging tersebut dan dikatakan; “Tidak sebaiknyakah kita bunuh saja?” Beliau menjawab: “Jangan”. Sejak itu aku senantiasa aku melihat bekas racun tersebut pada langit-langit mulut  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (H.R.Bukhari)
Demikianlah penjelasan sumber-sumber rizki Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Mudah-mudahan bermanfaat. Allahumma Shalli ‘Ala Muhammad Wa ‘ala Ali Muhammad.
Wallahua’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar