بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم
Lanjutan dari post yang lalu, Sebelumnya telah diberikan beberapa hadits mengenai memandikan jenazah atau Wafatnya Rasulullah SAW, berikut ini beberapa hadits kelanjutanya :
Menshalatkan Jenazah Rasulullah SAW
Setelah jenazah Rasulullah SAW dikafani, kemudian dishalatkan. Tentang menshalatkan jenazah Rasulullah SAW ini, diriwayatkan sebagai berikut :
Muhammad Saw |
Setelah jenazah Rasulullah SAW dikafani, kemudian dishalatkan. Tentang menshalatkan jenazah Rasulullah SAW ini, diriwayatkan sebagai berikut :
Ibnu Ishaq berkata : Setelah selesai persiapan (penguburan) Rasulullah
SAW pada hari Selasa, beliau diletakkan di atas dipan di rumah beliau.
Pada waktu itu kaum muslimin berbeda pendapat tentang di mana beliau
akan dimakamkan. Ada yang berpendapat, “Beliau kita makamkan di masjid
beliau”. Ada lagi yang berpendapat,“Beliau kita makamkan di tempat para
shahabat beliau dimakamkan”. Lalu Abu Bakar berkata, “Sesungguhnya saya
pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,“Tidaklah seorang Nabi
meninggal dunia melainkan ia diqubur dimana ia meninggal”. Kemudian
tempat tidur Rasulullah SAW yang dipakai sewaktu beliau itu meninggal
diangkat, lalu di bawahnya digali lahad untuk qubur beliau SAW.
Kemudian orang-orang masuk pada Rasulullah SAW, mereka menshalatkan jenazah beliau secara bergelombang. Orang-orang laki-laki masuk (menshalatkan beliau), setelah orang-orang laki-laki selesai, lalu para wanita dipersilahkan masuk (untuk menshalatkan beliau), setelah para wanita selesai, lalu anak-anak disuruh masuk (menshalatkan beliau). Mereka menshalatkan jenazah Rasulullah SAW sendiri-sendiri tanpa diimami oleh seseorang. Kemudian jenazah Rasulullah SAW dimakamkan pada malam Rabu, tengah malam. [Sirah Ibnu Hisyam juz 6, hal. 85]
Kemudian orang-orang masuk pada Rasulullah SAW, mereka menshalatkan jenazah beliau secara bergelombang. Orang-orang laki-laki masuk (menshalatkan beliau), setelah orang-orang laki-laki selesai, lalu para wanita dipersilahkan masuk (untuk menshalatkan beliau), setelah para wanita selesai, lalu anak-anak disuruh masuk (menshalatkan beliau). Mereka menshalatkan jenazah Rasulullah SAW sendiri-sendiri tanpa diimami oleh seseorang. Kemudian jenazah Rasulullah SAW dimakamkan pada malam Rabu, tengah malam. [Sirah Ibnu Hisyam juz 6, hal. 85]
Imam Malik juga meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ مَالِكٍ اَنَّهُ بَلَغَهُ اَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ ص تُوُفّيَ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ وَ دُفِنَ يَوْمَ
الثُّلاَثَاءِ وَ صَلَّى النَّاسُ عَلَيْهِ اَفْذَاذًا لاَ يَؤُمُّهُمْ
اَحَدٌ فَقَالَ نَاسٌ: يُدْفَنُ عِنْدَ الْمِنْبَرِ وَ قَالَ آخَرُوْنَ:
يُدْفَنُ بِالْبَقِيْعِ فَجَآءَ اَبُوْ بَكْرٍ الصّدّيْقُ فَقَالَ:
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَا دُفِنَ نَبِيٌّ قَطُّ اِلاَّ فِي
مَكَانِهِ الَّذِي تُوُفّيَ فِيْهِ فَحُفِرَ لَهُ فِيْهِ. فَلَمَّا كَانَ
عِنْدَ غُسْلِهِ اَرَادُوْا نَزْعَ قَمِيْصِهِ فَسَمِعُوْا صَوْتًا
يَقُوْلُ: لاَ تَنْزِعُوا الْقَمِيْصَ، فَلَمْ يُنْزَعِ الْقَمِيْصُ وَ
غُسّلَ وَ هُوَ عَلَيْهِ ص. مالك فى الموطأ 1: 231، رقم: 27
Dari Malik, bahwasanya sampai khabar kepadanya, bahwasanya Rasulullah SAW wafat pada hari Senin, diqubur pada hari Selasa (malam Rabu)
dan orang-orang menshalatkan jenazah beliau sendiri-sendiri, tidak ada
seseorang yang mengimami mereka. (Lalu para shahabat berselisih pendapat
tentang dimana Rasulullah SAW akan dimakamkan). Ada yang berkata,
“Dimakamkan saja di dekat mimbar”. Dan yang lain berkata, “Dimakamkan
saja di Baqi’ ”. Lalu Abu Bakar Ash-Shiddiq datang dan berkata : Saya
pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang Nabi
meninggal dunia melainkan ia diqubur di tempat yang ia meninggal
padanya”. Maka dibuatlah liang qubur di tempat beliau SAW meninggal. Dan
ketika para shahabat akan memandikan jenazah Rasulullah SAW, mereka
akan melepas gamis beliau, mereka mendengar suara, “Jangan kalian lepas
gamis beliau”. Maka gamis beliau tidak dilepas dan beliau SAW dimandikan
dengan memakai gamis”. [HR. Malik dlm. Al-Muwaththa’ juz 1, hal. 231,
no. 27]
Pemakaman Rasulullah SAW
Tentang pemakaman Rasulullah SAW ini diriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: لَمَّا مَاتَ
رَسُوْلُ اللهِ ص اخْتَلَفُوْا فِى اللَّحْدِ وَ الشَّقّ حَتَّى
تَكَلَّمُوْا فِىْ ذلِكَ وَ ارْتَفَعَتْ اَصْوَاتُهُمْ. فَقَالَ عُمَرُ لاَ
تَصْخَبُوْا عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ص حَيًّا وَ لاَ مَيّتًا اَوْ كَلِمَةً
نَحْوَهَا. فَاَرْسَلُوْا اِلَى الشَّقَّاقِ وَ اللاَّحِدِ جَمِيْعًا
فَجَاءَ اللاَّحِدُ فَلَحَدَ لِرَسُوْلِ اللهِ ص ثُمَّ دُفِنَ ص. ابن ماجه
1: 497، رقم: 1558
Dari ‘Aisyah , ia berkata : Ketika
Rasulullah SAW wafat, para shahabat berselisih pendapat akan membuat
liang lahad atau lubang di tengah, sehingga mereka berselisih tentang
hal itu dan suaranya menjadi gaduh. Maka ‘Umar berkata, “Janganlah
kalian berteriak-teriak di sisi Rasulullah SAW, baik ketika beliau masih
hidup maupun setelah beliau wafat”. Atau (‘Umar mengatakan) perkataan
seperti itu, lalu mereka mengutus orang kepada pembuat liang qubur
dengan lubang di tengah, dan pembuat liang lahad, lalu datanglah pembuat
liang lahad, maka dibuatlah liang lahad untuk Rasulullah SAW, kemudian
beliau dimakamkan”. [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 497, no. 1558]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ:
لَمَّا تُوُفّيَ النَّبِيُّ ص كَانَ بِاْلمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَلْحَدُ، وَ
آخَرُ يَضْرَحُ، فَقَالُوْا: نَسْتَخِيْرُ رَبَّنَا وَ نَبْعَثُ
اِلَيْهِمَا، فَاَيُّهُمَا سُبِقَ تَرَكْنَاهُ، فَاُرْسِلَ اِلَيْهِمَا.
فَسَبَقَ صَاحِبُ اللَّحْدِ، فَلَحَدُوْا لِلنَّبِيّ ص. ابن ماجه 1: 496
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Ketika
Nabi SAW wafat, di Madinah ada seorang laki-laki yang biasa menggali
lahad dan yang lain biasa menggali lubang tengah, kemudian mereka (para
shahabat) berkata, “Kami akan memohon kepada Tuhan kami agar dipilihkan,
lalu kami akan mengutus kepada kedua orang itu. Maka siapa diantara
keduanya yang datangnya akhir, maka akan kami tinggalkan”. Lalu
diutuslah kepada mereka berdua, dan penggali lahadlah yang lebih dahulu
datang, maka mereka menetapkan lahad itu untuk Nabi SAW”. [HR. Ibnu
Majah juz 1, hal. 496]
عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ
اَبِيْهِ اَنَّهُ قَالَ: كَانَ بِالْمَدِيْنَةِ رَجُلاَنِ اَحَدُهُمَا
يَلْحَدُ وَ اْلآَخَرُ لاَ يَلْحَدُ، فَقَالُوْا اَيُّهُمَا جَاءَ اَوَّلُ
عَمِلَ عَمَلَهُ فَجَاءَ الَّذِيْ يَلْحَدُ فَلَحَدَ لِرَسُوْلِ اللهِ ص.
مالك فى الموطأ 1: 231، رقم: 28
Dari Hisyam bin ‘Urwah dari ayahnya, ia
berkata : Dahulu di Madinah ada dua orang laki-laki yang satu biasa
membuat lahad pada liang qubur dan yang satunya lagi biasa membuat
lubang di tengah pada liang qubur, yaitu bukan liang lahad. Para
shahabat berkata, “Mana diantara dua orang itu yang datang lebih dahulu,
maka ia yang akan melakukan pekerjaan itu”. Kemudian orang yang biasa
membuat lahad itulah yang datang lebih dahulu, maka dibuatlah lahad
untuk Rasulullah SAW. [HR. Malik dalam Al-Muwathtah’ juz 1, hal. 231,
no. 28]
Ibnu Ishaq juga meriwayatkan sebagai berikut :
Ibnu Ishaq berkata : Menceritakan
kepadaku, Husain bin ‘Abdullah dari ‘Ikrimah dari bnu ‘Abbas, ia berkata
: Ketika para shahabat akan membuat galian untuk qubur Rasulullah SAW,
Abu ‘Ubaidah bin Jarrah adalah orang yang biasa membuat liang qubur
dengan lubang di tengah seperti galian penduduk Makkah. Sedangkan Abu
Thalhah Zaid bin Sahl biasa membuat galian lahad seperti galian penduduk
Madinah, lalu ‘Abbas memanggil dua orang laki-laki dan berkata kepada
salah seorang diantara mereka, “Pergilah kamu kepada Abu ‘Ubaidah bin
Jarrah”. Dan ‘Abbas pun berkata kepada orang yang satunya lagi, Pergilah
kamu kepada Abu Thalhah”. (Lalu ‘Abbas) berdoa’ “Ya Allah, pilihkanlah
untuk (qubur) Rasulullah SAW”. Kemudian orang yang diutus kepada Abu
Thalhah itu mendapatkan Abu Thalhah, lalu ia datang bersamanya (lebih
dahulu), maka dibuatlah lahad untuk Rasulullah SAW. [Sirah Ibnu Hisyam
juz 6, hal. 85]
Orang Yang Mengubur Jenazah Rasulullah SAW
Ibnu Ishaq meriwayatkan sebagai berikut :
Orang-orang yang turun di liang qubur Rasulullah SAW, mereka itu adalah ‘Ali bin Abu Thalib, Fadhl bin ‘Abbas, Qutsam bin ‘Abbas dan Syuqran bekas budak Rasulullah SAW. Aus bin Khauliy berkata kepada ‘Ali bin Abu thalib :
يَا عَلِيُّ اَنْشُدُكَ اللهَ وَ حَظَّنَا مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص
Hai ‘Ali, aku meminta kepadamu dengan nama
Allah dari bagian Rasulullah SAW. Lalu ‘Ali menjawab, “Turunlah”. Lalu
ia turun bersama orang-orang.
Ketika jenazah Rasulullah SAW diletakkan di liang qubur, Syuqran bekas
budak Rasulullah SAW sudah membawa qathifah (kain beludru) yang biasa
dipakai hamparan Rasulullah SAW, lalu ia (menghamparkannya) ikut
dikuburnya di dalam qubur. Ia berkata :
وَ اللهِ لاَ يَلْبَسُهَا اَحَدٌ بَعْدَكَ اَبَدًا
Demi Allah, sesungguhnya tidak boleh seseorangpun sesudah engkau memakai kain itu.
Maka kain beludru tersebut ikut diqubur bersama Rasulullah SAW. [Sirah Ibnu Hisyam juz 6, hal. 87]
Ibnu Ishaq juga meriwayatkan tentang orang-orang yang mengurusi jenazah Rasulullah SAW sebagai berikut :
Berkata Ibnu Ishaq : Setelah Abu Bakar RA dibai’at, kemudian orang-orang mempersiapkan penguburan Rasulullah SAW, yaitu pada hari Selasa. (Ibnu Ishaq) berkata : Menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Abu Bakar, Husain bin ‘Abdullah dan yang lainnya dari teman-teman kami, bahwasanya ‘Ali bin Abu Thalib, ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib, Al-Fadhl bin ‘Abbas, Qutsam bin ‘Abbas, Usamah bin Zaid dan Syuqran bekas budak Rasulullah SAW mereka itulah yang mengurusi memandikan Rasulullah SAW. Pada waktu itu Aus bin Khouliy, salah seorang bani ‘Auf bin Khazraj berkata kepada ‘Ali bin Abu Thalib :
اَنْشُدُكَ اللهَ يَا عَلِيُّ وَ حَظَّنَا مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص. ابن هشام 6: 83
Hai ‘Aliy, dengan nama Allah, aku meminta bagian kami dari Rasulullah SAW (ikut mengurusi jenazah beliau).
Aus adalah salah seorang shahabat Rasulullah SAW dan ia ikut perang
Badr. (‘Ali bin Abu Thalib) berkata, “Masuklah”. Maka iapun masuk lalu
duduk. Dan tibalah sa’at memandikan Rasulullah SAW, lalu ‘Ali bin Abu
Thalib menyandarkan beliau pada dadanya, sedangkan ‘Abbas, Fadhl, Qutsam
ikut membolak-balikkan jenazah beliau. Usamah bin Zaid dan Syuqran
bekas budak beliau menyiramkan air pada jenazah beliau, dan ‘Ali yang
memandikannya, ia menyadarkan jenazah Rasulullah SAW di dadanya, beliau
dimandikan dengan memakai gamis beliau, (‘Ali) menggosoknya di luar baju
beliau, tidak memasukkan tangannya pada Rasulullah SAW. ‘Ali berkata,
“Aku tebusi engkau dengan ayah dan ibuku, alangkah baiknya engkau (ya
Rasulullah), ketika hidup maupun mati”. Dan tidak terlihat dari
Rasulullah SAW sesuatu yang biasa terlihat pada mayyit. [Sirah Ibnu
Hisyam juz 6, hal. 83]
Hari Pemakaman Rasulullah SAW
Tentang hari pemakaman Rasulullah SAW diriwayatkan sebagai berikut:
عَنْ مَالِكٍ اَنَّهُ بَلَغَهُ اَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ ص تُوُفّيَ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ وَ دُفِنَ يَوْمَ
الثُّلاَثَاءِ وَ صَلَّى النَّاسُ عَلَيْهِ اَفْذَاذًا لاَ يَؤُمُّهُمْ
اَحَدٌ. مالك فى الموطأ 1: 231، رقم: 27
Dari Malik, bahwasanya sampai khabar
kepadanya, bahwasanya Rasulullah SAW wafat pada hari Senin, diqubur pada
hari Selasa (malam Rabu) dan orang-orang menshalatkan jenazah beliau
sendiri-sendiri, tidak ada seseorang yang mengimami mereka. [HR. Malik
dalam Al-Muwaththa’ juz 1, hal. 231, no. 27]
عَنْ عَائِشَةَ اُمّ اْلمُؤْمِنِيْنَ
قَالَتْ: مَا عَلِمْنَا بِدَفْنِ رَسُوْلِ اللهِ ص حَتَّى سَمِعْنَا صَوْتَ
اْلمَسَاحِى مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ لَيْلَةَ اْلاَرْبِعَاءِ. احمد 10:
144، رقم 26409
Dari ‘Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata,
“Kami tidak tahu penguburan Rasulullah SAW sehingga kami mendengar suara
orang-orang yang berjalan pada tengah malam, yaitu malam Rabu”. [HR.
Ahmad, juz 10,hal. 144, no. 26409]
Demikianlah Riwayat tentang wafatnya Rasulullah SAW, beliau meninggal pada usia 63 tahun sebagaimana riwayat berikut :
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض يَقُوْلُ:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص لَيْسَ بِالطَّوِيْلِ اْلبَائِنِ وَ لاَ
بِاْلقَصِيْرِ وَ لاَ بِاْلاَبْيَضِ اْلاَمْهَقِ وَ لَيْسَ بِاْلآدَمِ وَ
لَيْسَ بِاْلجَعْدِ اْلقَطَطِ وَ لاَ بِالسَّبْطِ بَعَثَهُ اللهُ عَلَى
رَأْسِ اَرْبَعِيْنَ سَنَةً فَاَقَامَ بِمَكَّةَ عَشْرَ سِنِيْنَ وَ
بِاْلمَدِيْنَةِ عَشْرَ سِنِيْنَ فَتَوَفَّاهُ اللهُ وَ لَيْسَ فِى
رَأْسِهِ وَ لِحْيَتِهِ عِشْرُوْنَ شَعْرَةً بَيْضَاءَ. البخارى 4: 164
Dari Anas bin Malik RA, dia berkata,
"Adalah Rasulullah SAW tidak tinggi jangkung dan tidak pendek, tidak
putih muthlaq dan tidak sawo matang, tidak keriting dan tidak lurus.
Beliau diutus oleh Allah (menjadi rasul) di awal usia 40 th, lalu beliau
tetap tinggal di Makkah selama 10 th dan di Madinah selama 10 th, lalu
Allah mewafatkan beliau sedang di kepala dan jenggot beliau tidak
mencapai 20 rambut yang berwarna putih". [HR. Bukhari juz 4, hal. 164]
Keterangan :
Pada hadits diatas disebutkan bahwa Nabi SAW tinggal di Makkah selama 10 tahun semenjak menjadi Nabi, dan beliau wafat dalam usia 60 tahun, itu adalah bilangan yang dibulatkan. Adapun bilangan yang lebih rinci sebagaimana riwayat berikut ini :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَسُوْلَ
اللهِ ص مَكَثَ بِمَكَّةَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَ تُوُفّيَ وَ هُوَ ابْنُ
ثَلاَثٍ وَ سِتّيْنَ. مسلم 4: 1826
Dari Ibnu 'Abbas bahwasanya Rasulullah SAW
tinggal di Makkah (semenjak menjadi Nabi) selama 13 tahun, dan beliau
wafat dalam usia 63 tahun. [HR. Muslim juz 4, hal. 1826]
سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar