Dalam berbagai sumber, baik hadis maupun keterangan para ulama yang
termuat dalam kitab-kitab kuning (istilah santri bagi kitab yang
kertasnya berwama kuning) banyak sekali lafazh-lafazh shalawat. Seperti
yang terhimpun dalam kitab Muktashar fî Ma’ânî Asmâ Allâh al-Husnâ, dalam bâb Ash-Shalâh ‘alâ al-Nabi, karangan Al-Ustâdz Mahmûd al-Sâmî, dan kitab Afdhalu al-Shalawâti ‘alâ Sayyidi al-Sâdâti, karangan Yûsuf bin Ismâ’îl al-Nabhânî.
Untuk itu dibawah ini adalah sebagian lafazh-lafazh shalawat tersebut baik yang bersumber dari hadis maupun kitab-kitab, berikut penjelasannya.
.
1. Artinya: “Ya Allah, wahai Tuhanku, muliakan oleh-Mu akan Muhammad,
Nabi yang tidak pandai menulis dan membaca. Dan muliakan pulalah
kiranya akan isterinya, ibu segala orang yang mukmin, akan keturunannya
dan segala ahli rumahnya, sebagaimana engkau telah memuliakan Ibrahim
dan keluarga Ibrahim diserata alam. Bahwasanya Engkau, wahai Tuhanku,
sangat terpuzi dan sangat mulia.” (HR. Muslim dan Abû Dâud dari Abû Hurairah).
.
2. Artinya: “Ya Allah, wahai Tuhanku muliakan oleh-Mu akan
Muhammad dan akan keluargaya sebagaimana Engkau memuliakan keluarga
Ibrahim dan berilah berkat olehmu kepada Muhammad dan keluarganya
sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim, bahwasanya Engkau
sangat terpuji lagi sangat mulia diserata alam.” (HR.Muslim dan Abî
Mas’ûd).
.
3. Artinya: “Ya Allah, wahai Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan
Muhammad dan akan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memuliakan
keluarga Ibrahim bahwasanya Engkau sangat terpuji dan sangat mulia. Ya
Allah, wahai Tuhanku, berikan berkat oleh-Mu akan Muhammad dan
keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberi berkat kepada Ibrahim;
bahwasanya Engkau sangat terpuji dan sangat mulia.” (HR. Bukhârî dari
Abû Sa’îd, Ka’ab Ibn ‘Ujrah).
.
4. Artinya: “Ya Allah, wahai Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan
Muhammad, hamba-Mu dan Rasul-Mu, Sebagaimana Engkau telah memuliakan
Ibrahim; dan berilah berkat oleh-Mu kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi berkat kepada Ibrahim dan
keluarga Ibrahim.” (HR. Al-Bukhârî dan Abû Sa’îd).
.
5. Artinya: “Ya Allah, wahai Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan
Muhammad, isteri-isterinya dan keturunannya, sebagajmana Engkau telah
memuliakan keluarga Ibrahim. Dan beri berkatlah oleh-Mu kepadq Muhammad
dan isteri-isterinya serta keturunan-keturunannya, sebagaimana Engkau
telah memberikan berkat kepada keluarga Ibrahim: bahwasanya Engkau
sungguh sangat terpuji dan amat mulia.” (HR. Al-Bukhârî dari Abû Hamîd
Al-Sa’îdi).
.
Berkata Al-Nawâwî dalam Al-Adzkâr: “lafazh sha-lawat yang paling utama dibaca, ialah lafazh shalawat yang lengkap ini.
6. Artinya: “Ya
Allah, wahai Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan Muhammad hamba-Mu dan
pesuruh-Mu, Nabi yang ummi dan muliakanlah oleh-Mu akan keluarga
Muhammad, jsleri-isterjnya dan keturunannya sebagajmana Engkau telah
memuliakan Ibrahim dan keluarganya; dan berilah berkat oleh-Mu akan
Muhammad, Nabi yang ummi dan akan keluarganya, isteri-isterinya dan
keturunannya, se-bagaimana Engkau telah memberikan berkat kepada Ibrahim
dan keluarganya, diserata alam, hanya engkau sajalah yang sangat
terpuji dan sangat mulia.”
.
Lafazh-lafazh shalawat yang ringkas, ialah lafazh-lafazh yang diriwayatkan oleh Abû Dâud dan Al-Nasâ’i, yaitu :
7. Artinya: “Ya Allah, wahai Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan Muhammad dan akan keluarganya.” (HR. Al-Nasâ’i dari Zaid ibn Kharijah).
.
8. Artinya: “Ya Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan Muhammad Nabi
yang ummi dan akan keluarganya.” (HR. Abû Dâud dari ‘Uqbah bin ‘Amir).
.
9. Artinya: “Wahai Tuhanku, limpahkanlah kiranya
shalawat-shalawat-Mu dan rahmat-Mu serta berkat-Mu atas peng-hulu segala
Rasul, ikutan segala orang yang taqwa, pe-nutup semua Nabi, yaitu:
Muhammad, hamba-Mu dan rasul-Mu, imam segala kebajikan, pemimpin
kebaikan dan utusan pembawa rahmat. Wahai Tuhanku, tempatkanlah dia pada
suatu maqam yang dirindukannya oleh orang yang dahulu.” (HR. Ibnu Mâjah
dari ‘Abdullah Ibn Mas’ûd).
.
Berkata Al-Sayuthî dalam Al-Hirz al-Ma’ânî: “Saya telah membaca keterangan Al-Subkî yang diterimanya dari ayahnya di dalam Al-Thabaqat, katanya: Sebaik-baiknya shalawat untuk dibaca dalam bershalawat, ialah bunyi shalawat yang dibaca di dalam tasyahhud (yang diriwayat-kan oleh Bukhârî dan Muslim). Maka barangsiapa mem-bacanya, dipandanglah ia telah bershalawat dengan sem-purna, dan barangsiapa membaca selainnya, maka mereka tetap berada dalam keraguan, karena bunyi lafazh-lafazh yang diriwayatkan oleh Bukhârî Muslim itu, adalah lafazh shalawat yang sering diajar oleh Nabi sendiri dan yang sering disuruh supaya kita membacanya.”
Dalam tasyahud akhir, Imam Syâfi’i r.a. menganggap shalawat atas Nabi Saw. sebagai salah satu dari rukun salat. Beliau biasa memakai shalawat sebagai berikut:
10. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada jun-junan
kami, Muhammad, dan kepada keluarga junjunan kami, Muhammad, sebagaimana
Engkaau telah melimpahkan shalawat kepada junjunan kami Ibrahim dan
keluarga Ibrahim, berkatilah pula junjunan kami Muhammad, dan keluarga
junjunan kami, Muhammad, sebagai-mana Engkau telah memberkati junjunan
kami, Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji
lagi Maha Mulia.”
Selain itu, beliau juga suka memakai sighat shalawat lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Malik di dalam kitab Al-Muwattha’. Shalawat di atas juga diriwayatkan oleh Abû Dâud, Al-Turmudzî, Al-Nasâ’i, dan Al-Bayhaqi dari Ibn Mas’ûd, dengan ditambah lafal Sayyidinâ untuk Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim.
Tambahan lafal sayyidina boleh jadi sebagai adab dari beliau atau mungkin pula mengikuti ucapan Rasulullah Saw. dalam salah satu sabdanya yang mengatakan:
Artinya: “Berdirilah kalain untuk menyebut sayyid (penghulu) kalian! “
Rasulullah Saw. juga bersabda, ditunjukan kepada Sa’ad bin Mu’adz:
Artinya: “Aku adalah sayyid (penghulu) manusia dan tidak sombong”.
Dalam hal ini Imam Syâfi’î r.a., telah mengamalkan shalawat yang dianggap oleh beliau paling sahih sanadnya.
.
11. Artinya: “Semoga Allah Swt. Mencurahkan shalawat kepada Muhammad “
Penjelasan:
Imam Al-Sya’rânî menuturkan bahwa Nabi Saw. Bersabda:
“Barangsiapa yang membaca shalawat ini, berarti ia telah membukakan bagi dirinya tujuh puluh pintu rahmat, dan ditanamkan Allah kecintaan kepada dirinya dalam hati umat manusia.”
Diceritakan, seorang penduduk negeri Syam datang meng-hadap Rasulullah Saw seraya berkata, “Ya Rasulullah, ayah saya sudah sangat tua, namun beliau ingin sekali melihat Anda.”
Rasulullah menjawab, “Bawa dia kemari!”
Orang itu berkata, “la buta, tidak bisa melihat.”
Rasulullah lalu bersabda, “Katakanlah kepadanya supaya ia mengucapkan Shallallâhu ‘alâ Muhammdin selama tujuh minggu setiap malam. Semoga ia akan melihatku dalam mimpi dan dapat meriwayatkan hadis dariku.”
Anjuran Rasulullah itu ditruti oleh orang tersebut. Benar saja, ternyata ia bisa bermimpi melihat Rasulullah Saw. Serta meriwayatkan hadis dari beliau.
.
12. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad dan Keluarganya.”
Penjelasan:
Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Barangsiapa yang meng-ucapkan Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa Sallim ketika ia berdiri, dosa-dosanya akan diampuni sebelum ia duduk. Barangsiapa yang mengucapkannya ketika duduk, dosa-dosanya akan diampuni sebelum ia berdiri. “
.
13. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah Shalawat atas Muhammad, hamba dan nabi-Mu, nabi yang ummi.”
Penjelasan :
Imam Al-Ghazali di dalam kitab Al-Ihyâ’ mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasku pada malam Jumat se-banyak delapan puluh kali, Allah akan mepgampuni dosa-dosanya selama delapan puluh tahun.”
Kemudian ditanyakan, “Ya Rasulullah, bagaimana cara memberi shalawat kepadamu itu?”
Rasulullah menjawab, ‘Allâhumma shalli ‘alâ Muhamadin ‘abdika wa Nabiyyika al-Nabiyyi al-Ummî.”
Diriwayatkan bahwa, barangsiapa yang membacanya setiap hari dan setip malam sebanyak 500 kali, niscaya dia tidak akan mati sebelum berjumpa dengan Nabi Saw. dalam keadaan sadar.
.
14. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah sealawat atas Muham-mad dan
kelurga Muuhammad sehingga tidak tersisa lagi satu shalawat pun;
sayangilah Muhammad dan keluarga Muhammad sehingga tidak lagi tersisa
satu rahmatpun; berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad sehingga tidak
lagi tersisa satu berkahpun; dan limpahkanlah kese-jahteraan kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad sehingga tidak lagi tersisa satu
kesejahteraan pun.”
Penjelasan:
Al-Fasi berkata, “Shalawat ini disebutkan oleh Jabar dari sahabat Ibn ‘Umar r.a. Disebutkannya pula keutamaan yang besar dari shalawat ini dan kebajikan bagi seorang laki-laki yang mengucapakannya dihadapan nabi Saw.”
.
15. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad, dan tempatkanlah ia ditempat yang dekat dengan-Mu di Hari Kiamat.”
Penjelasan :
Shalawat ini dikemukakan oleh Al-Thabrânî, Ahmad, Al-Bazzar, dan Ibn ‘Ashim dari sahabat Ruwayfi bin Tsabit al-Anshari. Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasku dengan shalawat ini, berarti ia berhak mendapatkan syafa’atku.”
.
16. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada ruh Muhammad
di alam ruh, kepada jasadnya di alam jasad, dan kepada kuburnya di alam
kubur.”
Penjelasan :
Imam Al-Sya’rânî menutrkan bahwa Nabi Saw. telah ber-sabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasku dengan cara yang dikemukakan dalam shalawat ini, ia akan melihatku di alam mimpi. Barangsiapa yang me-lihatku di alam mimpinya, ia akan melihatku di Hari Kiamat. Baranggiapa yang melihatku di Hari Kiamat, aku akan memberinya syafaat. Barangsiapa yang aku beri syafaat, niscaya ia akan minum dari telagaku dan di-haramkan jasadnya oleh Allah dari neraka.
.
17. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Mu-hammad
dan kepada keluarga Muhammad, di kalangan orang-orang dulu maupun
orang-orang setelahnya, serta di alam arwah sampai Hari Kiamat.”
Penjelasan :
Imam Al-Sya’rânî menuturkan bahwa seorang laki-laki menghadap Rasulullah Saw. ketika beliau sedang duduk di dalam masjid. Orang itu berkata, Assalâmu ‘alaykum, wahai ahli kemuliaan!”
Orang itu lalu didudukkan oleh Nabi Saw di tengah-tengah. yaitu antara beliau dan Abu Bakar r.a. Orang-orang yang hadir ketika itu menjadi heran menyaksikan hal itu hingga Nabi Saw. menjelaskan. “Jibril a.s. telah datang kepadaku memberitahukan bahwa orang ini telah memberi shalawat kepadaku dengan shalawat yang belum pemah dibaca oleh seorang pun sebelumnya.”
Lalu Abu Bakar bertanya. “Bagaimana shalawatnya ya Rasulullah? Kemudian Rasulullah Saw. menyebutkan sha-lawat tersebut di atas.
.
18. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam atas
Muhammad-hamba-Mu, Nabi-Mu, dan Rasul-Mu, Nabi yang ummi; juga atas
keluarganya, isteri-isterinya, dan ketu-runannya, sebanyak jumlah
makhluk-Mu, keridhaan diri-Mu, hiasan Arsy-Mu, dan tinta kalimat-Mu.”
Penjelasan:
Al-Hafizh Al-Sakhâwî menuturkan, seandainya seseorang bersumpah bahwa ia akan mengucapkan shalawat yang paling utama, maka shalawat ini telah membebaskan ia dari sumpahnya itu.
Pen-syarah kitab Dalâ’il mengatakan, bahwa lafal shalawat ini diambil dari hadis Ummul Mukminin. Juwairiyah.
.
19. Artinya: “Ya Allah, limpahkilnlah shalawat atas junjunan
kami, Muhammad, dengan suatu shalawat yang menye-babkan kami selamat
dari semua ketakutan dan malapetaka, yang menyebabkan Engkau menunaikan
semua hajat kami, yang menyebabkan Engkau me-nyucikan kami dari semua
kejahatan, yang menyebabkan Engkau mengangkat kami ke derajat yang
tinggi di sisi-Mu, dan yang menyebabkan Engkau menyampaian semua
cita-cita kami berupa kebaikan-kebakan dunia dan akhirat.”
Penjelasan:
Shalawat di atas disebutkan di dalam kitab Dalâ’il. Dalam syarah kitab tersebut disebutkan riwayat dari Hasan bin ‘Ali Al-Aswânî. Ia berkata, “Barangsiapa yang membaca shalawat ini dalarn setiap perkara penting atau bencana sebanyak seribu kali, niscaya Allah akan melepaskan bencana itu darinya, dan menyampaikan apa yang diinginkannya.”
.
20. Artinya: “Ya Allah limpahkanlah shalawat atas junjunan kami,
Muhammad– samudera cahaya-Mu, tambang ra-hasia-Mu, singgasana
kerajaan-Mu, imam hadrat-Mu, bingkai kerajaan-Mu, perbendaharaan
rahmat-Mu, dan jalan syariat-Mu,yang mendapat kelezatan dengan
tauhid-Mu, insan yang menjadi sebab segala yang maujud, penghulu para
makhluk-Mu, yang memperoleh pancaran sinar cahaya-Mu- dengan shalawat
yang kekal sekekal diri-Mu, yang tetap sebagaimana tetap-Mu, dan yang
tidak ada akhir di balik ilmu-Mu; juga dengan shalawat, yang
meridhakan-Mu dan meridhakannya serta meridhakan kami dengannya, duhai
Tuhan semesta alam.”
Penjelasan :
Shalawat ini dinamakan shalawat ‘Cahaya Kiamat’. Sha-lawat ini disebut demikian karena banyaknya cahaya yang akan diperoleh oleh orang yang membacanya pada Hari Kiamat kelak.”
Sayyid Ahmad Al-Shâwî dan yang lainnya mengatakan, shalawat ini saya dapatkan tertulis di atas sebongkah batu dengan tulisan qudrati.
Di dalam syarah atas kitab Dalâ’il disebutkan, sebagian pemuka para wali mengatakan, bahwa shalawat ini berbanding dengan 14.000 shalawat lainnya.
.
21. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad
sebanyak jumlah orang yang bershalawat kepadanya,limpahkanlah shalawat
kepada Muhammad sebanyak jumlah orang yang tidak bershalawat kepadanya,
limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sebagaimana shalawat yang Engkau
perintahkan kepadanya, lim-pahkanlah shalawat kepada Muhammad
sebagaimana Engkau suka agar dibacakan shalawat atasnya, dan
lim-pahkanlah pula shalawat kepada Muahammd sebagaimana seharusnya
shalawat atasnya.”
Shalawat di atas dinamakan Al-Shalât al-’Adâdiyyah.
.
22. Artinya: “Ya Allah, limpakanlah shalawat atas Nabi kami,
Muhammad, selama orang-orang yang ingat menyebut-Mu dan orang-orang yang
lalai melupakan untuk menyebut-Mu “
Penjelasan:
Shalawat ini dan shalawat sebelumnya (?) adalah dua sighat shalawat dari Imam Al-Syâfi’i r.a. Berkaitan dengan shalawat sebelumnya (?) telah dice-ritakan di dalam syarah atas kitab Dalâ’il, bahwa Imam Al-Syâfi’i pernah bermimpi bertemu seseorang, lalu dikatakan kepadanya, “Apa yang telah diperbuat Allah atas diri Anda?”
Imam Al-Syâfi’i menjawab, Allah telah mengampuni diriku.”
“Dengan amal apa?” orang itu bertanya lagi.
“Dengan lima kalimat yang aku pergunakan untuk memberi shalawat kepada Nabi Saw.,” Jawab Imam Al-Syafi’i.
“Bagaimana bunyinya?”
Lantas beliau mengucapkan shalawat tersebut di atas.
Sedangkan berkaitan dengan shalawat ini (?), Al- Mazânî bertutur sebagai berikut:
Saya bermimpi melihat Imam Al-Syâfi’i. Lalu saya bertanya pada beliau, “Apa yang telah diperbuat Allah terhadap diri Anda?”
Beliau menjawab, Allah telah mengampuni diriku berkat shalawat yang aku cantumkan di dalam kitab Al-Risâlah, yaitu: Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin kullama dza-karaka al-Dzâkirûna wa Shalli ‘alâ Muhammadin kullamâ ghafala ‘an dzikrik al-Ghâfilûna.”
Sementara itu, Imam Al-Ghazali di dalam kitab Al-Ihyâ’ menuturkan hal berkut:
Abu Al-Hasan Al-Syâfi’i menuturkan, “Saya telah bermimpi melihat Rasulullah Saw., lalu saya bertanya, “Ya Rasulullah, dengan apa Al-Syâfi’i diberi pahala dari sebab ucapannya dalam kitab Al-Risâlah: Washallallâhu ‘alâ muhammaddin kullamâ dzakara al-Dzdâkirûn waghafala ‘an dzikrik al-ghâfilûn?’ Rasulullah meniawab: ‘la tidak ditahan untuk dihisab.”‘
.
23. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas cahaya di
antara segala cahaya, rahsia di antara segala rahasia, pe-nawar duka,
dan pembuka pintu kemudahan, yakni Say-yidina Muhammad, manusia pilihan,
juga kepada ke-luarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak
jumlah kenikmatan Allah dan karunia-Nya.”
Penjelasan:
Shalawat ini bersumber dari Sayyid Ahmad Al-Badawi r.a., Sayyid Ahmad Ruslan mengomentari shalawat ini, “Sha-lawat ini sangat mujarab untuk menunaikan hajat, mengusir kesusahan, menolak bencana, dan memperoleh ca-haya; bahkan sangat manjur untuk segala keperluan.”
.
24. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam atas
Muhammad, Nabi yang ummi; juga kepada keluarga dan para sahabatnya,
sebanyak jumlah apa Yang Engkau ketahui, seindah apa Yang Engkau
ketahui, dan sepenuh apa Yang Engkau ketahui.”
Penjelasan:
Shalawat ini bersumber dari Sayyid Syamsuddin Muham-mad Al-Hanafi r.a. (Sultan Hanafi). la termasuk salah seorang keturunan Abu Bakar Al-Shiddiq r.a. la telah menjabat kedudukan sebagai kutub para wali (quthb awliya) selama 46 tahun 3 bulan dan beberapa hari. Selama masa jabatannya itu, ia merupakan quthb ghawts mufrad jam’i.
Banyak sekali cerita-cerita berkenaan dengan riwayat hidup dan karamahnya: Di antaranya ia tidak pernah ber-diri satu kali pun bila menyambut kedatangan para raja. Bahkan, jika ada salah searang di antara raja-raja itu datang kepadanya, raja tersebut merendahkan diri di hadapannya, duduk dengan sopan tanpa menaleh ke kiri dan ke kanan selama berada di hadapan beliau.
.
25. Artinya: “Ya Allah limpahkan shalawat, salam, dan berkah,
kepada Muhammad– cahaya zat dan rahasia yang berjalan di malam hari–di
dalam seluruh asma dan sifat.”
Penjelasan:
Shalawat di atas bersumber dari Sayyidina Abu Al-Hasan Al-Syadzili r.a. ia berbanding dengan seratus ribu shalawat lainnya. Ada yang mengatakan bahwa shalawat ini berguna untuk melepaskan kesulitan.
.
26. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah
atas Sayyidina Muuammad–pembuka hal-hal yang terkunci; penutup
perkara-perkara yang sudah berlalu; penolong kebenaran dengan kebenaran;
dan penunjuk jalan kepada jalan-Mu yang lurus. Semoga Allah senan-tiasa
melimpahkan shalawat kepadanya, juga kepada keluarga dan para
sahabatnya, sesuai dengan derajat dan kedudukannya yang tinggi.”
Penjelasan:
Shalawat di atas berasal dari Sayyid Abu Al-Mukarim Syaikh Muhammad Syamsuddin bin Abi Al-Hasan Al-Bakri r.a.
Di antara khasiat shalawat ini adalah, bahwa bagi siapa saja yang membacanya, walaupun hanya satu kali seumur hidupnya, ia tidak akan masuk neraka. Sebagian ulama Maroko mengatakan, bahwa shalawat ini turun ke atasnya dalam satu sahifah dari Allah. Ada pula yang mengatakan bahwa, satu kali shalawat ini menyamai sepuluh ribu-bahkan ada yang menyatakan pula enamratus ribu–shalawat lainnya.
Barangsiapa yang men-dawam-kan (membiasakan secara rutin) membacanya selama empat puluh hari, Allah akan mengampuninya dari segala dosanya. Barangsiapa yang membacanya sebanyak seribu kali pada malam Kamis, Jumat atau Senin, ia akan berkumpul dengan Nabi Saw. Akan tetapi, sebelumnya hendaklah ia melakukan salat sunnah empat rakaat: Pada rakaat pertama ia membaca Surah Al-Fâtihah dan Al-Qadr. Pada rakaat kedua sesudah Al-Fâtihah ia membaca Surah Al-Zalzalah. Pada rakaat ketiga sesudah Al-Fâtihah ia membaca Surah Al-Kafirun. Pada rakaat keempat sesudah Al-Fâtihah ia membaca Surah Al-Mu’awwidzatayn (surah Al-Falaq dan Al-Nâs). Hendaklah ia membakar kemenyan Arab ketika membaca shalawat tersebut.
.
27. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina
Muhammad, sebanyak apa yang ada di dalam pe-ngetahuan Allah, dengan
shalawat yang kekal seba-gaimana kekalnya kerajaan Allah.”
Penjelasan:
Sayyid Ahmad Al-Sakhâwî, dengan menukil dari ulama lainnya mengatakan bahwa shalawat tersebut di atas me-nyamai 600,000 shalawat lainnya. Shalawat ini dikenal dengan sebutan, “Shalawat Kebahagiaan”.
Sedangkan Syaikh Dahlan memberikan komentamya, “Shalawat ini merupakan sighat shalawat yang sempurna. Orang yang membacanya secara rutin tiap-tiap hari Jumat sebanyak seribu kali akan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat.”
.
28. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah,
kepada sayyidina Muhamamd dan keluarganya; sebanyak kesempurnaan Allah
dan segala yang sesuai dengan sesuai dengan kesempurnaan-Nya itu.”
Penjelasan:
Shalawat ini dikenal di kalangan ahli tarekat sebagai shalawat “Kamaliyah”. Mereka telah memilih shalawat tersebut sebagai wirid karena pahalanya yang tidak terhingga.
Ada yang menyatakan bahwa shalawat ini menyamai pahala 14.000 shalawat lainnya.
.
29. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah
kepada penghulu kami, Muhammad-Nabi yang ummi, yang terkasih, yang
tinggi kedudukannya, dan yang besar wibawanya; juga kepada keluarga dan
para sahabatnya.”
Penjelasan:
Tentang shalawat ini, ada yang mengatakan bahwa Nabi Saw. bershalawat atas dirinya dengan shalawat tersebut.
.
30. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada
Sayyidina Muuhammad dan keluarga Sayyidina Muhammad, di dalam setiap
kejapan mata dan tarikan napas, serta sebanyak jumlah ilmu yang Engkau
miliki.”
Penjelasan:
Shalawat ini diterima oleh Maulana Syaikh Al-Hindi dari Nabi Saw. Di antara keistimewaannya adalah: jika Anda membacanya secara rutin, Anda akan memperoleh ilmu dan rahasia langsung dari Nabi Saw.
.
31. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan
kesejahteraan yang paripurna kepada junjunan kami, Muhammad, yang dengan
perantaraan beliau itu dilepaskan semua ikatan, dilenyapkan segala
kesusahan, di-tunaikan segenap kebutuhan, diperoleh segala keinginan,
dicapai akhir yang baik, dan diberi minum dari awan berkat wajahnya yang
mulia, juga kepada keluarga dan para sahabatnya, dalam setiap kejapan
mata dan tarikan napas, sebanyak jumlah pengetahuan yang Engkau miliki.”
Penjelasan:
Shalawat ini lebih dikenal dengan sebutan “shalawat Tafrijiyah”. Tentang shalawat ini, Imam Al-Qurthubi me-nuturkan bahwa, barangangsiapa yang membacanya secara rutin setiap hari sebanyak 41 kali atau 100 kali atau lebih, Allah akan melenyapkan kecemasan dan kesusahan-nya, menghilangkan kesulitan dan penyakitnya, memudah-kan urusannya, menerangi hatinya, meninggikan kedudukannya, memperbaiki keadaannya, meluaskan rezeki-nya, dan membukakan baginya segala pintu kebaikan, dan lain-lain.
.
32. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad-hamba
dan Rasul-Mu serta Nabi yang ummi; atas keluarga Muhammad dan para
isterinya, ibu kaum Mukmin, serta atas keturunan dan
keluarganya-sebagai-mana Engkau telah melimpahkan shalawat itu kepada
Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Di alam raya ini se-sungguhnya Engkau Maha
terpuji lagi Maha Mulia.
Ya Allah berkatilah Muhammad–hamba dan rasul-Mu serta Nabi yang ummi; jugakeluarga dan para isterinya, ibu kaum Mukmin serta keturunan dan Ahli Baitnya– se-bagaimana Engkautelah memberkati Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Di alam raya ini sesungnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
Penjelasan:
Shalawat ini bersumber dari hadis yang sahih.
.
33. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat, berkah, dan
rahmat-Mu kepada Muuhammad-hamba, Nabi, dan utusan-Mu; Nabi yang ummi,
penghulu para rasul, imam orang-orang yang bertakwa, dan penutup para
Nabi; Imam kebaikan dan panglima kebaikan, serta rasul rahmat, juga
kepada isteri-isterinya, ibu kaum beriman, dan kepada keturunan dan Ahli
Baitnya; kepada keluarga dan para sahabatnya, para penolong dan para
pe-ngikutnya, serta umat dan para pencintanya-sebagaimana Engkau telah
melimpahkan shalawat, berkah, rahmat kepada Ibrahim dan keluarga
Ibrahim. Di alam raya ini sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia.
Limpahkanlah pula shalawat, berkah, dan rahmat atas kami bersama mereka, dengan shalauwat-Mu yang paling utama dan berkah-Mu yang paling suci; selama orang-orang yang ingat menyebut nama-Mu dan orang-orang yang lalai melupakan-Mu; sebanyak jumlah yang genap dan yang ganjil; sebanyak jumlah kalimat-Mu yang sem-purna dan diberkahi; dan sebanyak jumlah makhluk-Mu, keridhaan diri-Mu, perhiasan arsy-Mu, dan tintakalimat-Mu–shalawat yang kekal sekekal diri-Mu.
Ya Allah, bangkitkanlah dia pada Hari Kiamat kelak pada derajat kedudukan yang terpuji, yang diinginkan oleh orang-orang dulu maupun orang-orang setelahnya; tem-patkanlah dia pada tempat yang dekat dengan-Mu pada Hari Kiamat; perkenankanlah syafaatnya yang besar; angkatlah derajatnya yang tinggi; dan berikanlah ke-padanya semua permintaannya di akhirat dan di dunia, sebagaimana yang telah Engkau berikan kepada Ibrahim dan Musa.
Ya Allah, jadikanlah kecintaannya di dalam kalangan mereka yang disucikan, kasih-sayangnya di kalangan mereka yang didekatkan, dan sebutannya di dalam ka-langan mereka yang ditinggikan. Berikanlah pahala yang setimpal kepadanya dari kami sesuai dengan haknya, dengan sebaik-baik pahala yang Engkau berikan kepada para Nabi dan umatnya. Berikanlah kebaikan kepada semua nabi. Shalawat dari Allah dan kaum Mukmin senantiasa terlimpah kepada Muhammad, Nabi yang ummi. Salam sejahtera tercurah atasmu, duhai Baginda Nabi, serta rahmat Allah, berkah-Nya, ampunan-Nya, dan keridhaan-Nya.
Ya Allah, sampaikanlah salam kami kepadanya, balaslah salam kami olehnya, tetapkanlah pada umat dan ke-turunannya amal perbuatan yang akan menyenangkan hatinya. Duhai Tuhan semesta alam.”
Penjelasan:
Shalawat ini adalah shalawat yang dikumpulkan oleh Al-Hâfizh Al-Sakhâwî di dalam kitab Al-Qawl al-Badî’. Disebutkan pula oleh Ibn Al-Hajar di dalam Al-Durr al-Mandhûdh bahwa ia menghim pun segala lafal yang diriwayatkan.
.
34. Artinya: “Ya Allah limpahkanlah shalawat dan salam atas
junjunann kami Muhammad, Nabi yang ummi; juga kepada keluarga dan para
sahabatnya, selama orang-orang yang ingat menyebut-Mu dan orang-orang
yang lalai melupakan-Mu sebanyak apa yang diliputi oleh ilmu Allah,
dituliskan oleh qalam Allah, diterapkan dalam hukum Allah, dan seluas
ilmu Allah; sebanyak jumlah segala sesuatu, berlipat gandanya segala
sesuatu, dan sepenuh segala sesuatu; serta sebanyak makhluk Allah,
perhiasan arsy Allah, keridhaan Allah, tinta kalimat Allah; seerta semua
yang telah terjadi, yang akan terjadi, dan semua yang ada di dalam ilmu
Allah dengan shalawat yang menghabiskan seluruh bilangan dan meliputi
seluruh batasan; juga dengan shalawat yang berkesinambungan dengan
kekalnya kerajaan Allah dan abadi dengan keabadian Allah.”
Penjelasan:
Shalawat ini disebutkan oleh Syaikh Al-Dayrabi di dalam Mujarrabat-nya. Ia termasuk sighat yang sangat bagus sekali untuk memberi shalawat kepada Nabi Saw.
Ada yang berpendapat bahwa orang yang membacanya secara rutin selama sepuluh malam, tiap-tiap malam sebanyak seratus kali, pada saat hendak berbaring tidur di tempat tidurnya, sambil menghadap kiblat dan dalam keadaan suci yang sempurna, akan bermimpi melihat Nabi Saw.
.
35. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada
Sayyidina Muhammad, serta keluarga dan para sahabatnya, sebanyak jumlah
huruf yang digariskan oleh qalam.”
Penjelasan:
Shalawat ini disebutkan oleh pengarang kitab Bughyah al-Mustarsidîn, Mufti Hadramaut, Sayyid Syarif ‘Abdurrahman bin Muhammad Ba’alawi.
Di antara faedah shalawat ini disebutkan diungkapkan oleh Quthb Al-Baddad. la mengatakan bahwa yang menjadikan seseorang meninggal dunia dalam keadaan baik (khusnul khâtimah) adalah jika tiap-tiap selesai mengerjakan salat maghrib ia mengucapkan, “Astaghfirullâh alladzî lâ ilâha illâ huwa al-hayy al-qayyûm, alladzî lâ yamûtu wa atûbu ilayh, rabbigh-firlî,” kemudian diikuti oleh pembacaan shalawat di atas. Barangsiapa yang membaca kalimat-kalimat di atas sebelum berbicara tentang yang lainnya, niscaya ia akan meninggal dalam keadaan beriman.
.
36. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada
junjunan kami, Muhammad-hamba, Nabi, dan Rasul-Mu, Nabi yang ummi; juga
kepada keluarga Muhammad, dengan shalawat yang menjadikan kerelaan bagi
kami dan penunaian bagi haknya. Berikanlah ke-padanya wasilah dan maqam
yang terpuji yang telah Engkau janjikan. Balaslah ia dari kami dengan
balasan yang sepantasnya; dan balaslah ia dengan balasan yang paling
baik daripada balasan yang telah Engkau berikan kepada seorang nabi dari
umatnya. Limpahkanlah pula shalawat-Mu atas semua saudara-saudaranya
dari go-longan para nabi, shiddiqun, syuhada, dan orang-orang salih.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad di kalangan umat terdahulu, dan limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sampai Hari Kiamat.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada ruh Muhammad di dalam alam ruh, limpahkanlah shalawat kepada jasadnya di dalam alam jasad, dan limpahkanlah kepada kuburnya di dalam alam kubur, jadikanlah semulia-mulia shalawat-Mu, setinggi-tinggi berkah-Mu, selembut-lembut kasih sayang-Mu dan ridha-Mu kepada Muhammad-hamba, Nabi, dan Rasul-Mu, serta berikanlah kesejahteraan yang banyak kepadanya.”
Penjelasan:
Shalawat tersebut di atas dikemukakan oleh lmam Al-’Ârif Syihabuddin Ahmad Al-Suhrawardi di dalam kitabnya, ‘Awârif al-Ma’ârif; telah pula dikemukakan oleh Syaikh Nabhay di dalam kitabnya, Afdhal al-Shalawâti ‘an-Sayyidi al-Sâdâti, yang di dalamnya diterangkan banyak sekali faedah untuk masing-masing bagian darinya.
Diriwayatkan dari Al-Faqih Al-Shâlih ‘Umar bin Sa’id bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat tersebut setiap hari 33 kali, Allah akan membukakan baginya (pintu) antara kuburnya dan kuburku.”
.
37. Artinya: “Shalawat Allah, malaikat-Nya, para nabi-Nya, dan
seluruh makhluk-Nya, semoga senantiasa tercurah kepada Muhammad dan
keluarga Muhammad, atasnya serta atas mereka tercurah salam, rahmat, dan
berkah Allah.”
Penjelasan:
Shalawat di atas bersumber dari Imam ‘Alî bin Abî Thalib k.w., kemudian diwartakan oleh Abû Mûsâ Al-Madînî r.a.
.
38. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada orang yang
ruhnya menjadi mihrab arwah, malaikat, dan seluruh alam. Ya Allah,
limpahkanlah shalawat kepada orang yang menjadi imam para nabi dan
seluruh alam. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada orang yang menjadi
pemimpin penduduk surga, yaitu hamba-hamba Allah yang beriman.”
Penjelasan:
Shalawat ini adalah shalawat Sayyidah Fathimah Al-Zahra’. Pengarang kitab Al-Ibrîz, Sayyid ‘Abdul ‘Azîz Al-Dabbâgh, telah banyak membicarakan shalawat ini di dalam kitabnya tersebut. Yang ingin mengetahui tentang shalawat ini secara lebih luas dapat meneliti kitab tersebut.
.
39. Artinya: “Ya Allah, Tuhan yang selalu memberikan karunia
kepada manusia Tuhan yang selalu membukakan tangan-Nya lebar-lebar
dengan pemberian; Tuhan yang mempunyai pemberian-pemberian yang mulia
limpah-kanlah shalawat atas Muhmmad, sebaik-baik manusia, dengan
penghormatan; ampunilah pula kami, duhai Tuhan Yang Maha Tinggi di sore
ini.”
Penjelasan:
Shalawat ini bersumber dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas r.a. Dan dikemukakan oleh Abû Mûsâ Al-Madînî r.a.
.
40. Artinya: “Ya Allah limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan
atas keluarganya, sahabat-sahabatnya, anak-anaknya, isteri-isterinya,
keturunannya, Ahli Baitnya, para penolongnya, para pengikutnya, para
pencintanya, dan umatnya; dan jadikanlah kami bersama mereka semua duhai
Tuhan Yang paling penyayang di antara semua penyayang.”
Penjelasan:
Shalawat ini dikemukakan di dalam kitab Al-Syifâ’ dari Hasan Al-Bashri. Beliau berkata, “Barangsiapa yang ingin minum dari piala dengan minuman telaga Rasulullah Saw., hendaklah ia membaca shalawat itu.”
.
41. Artinya: “Semoga Allah melimpahkan shalawat kepada Sayyidina
Muhammad, selama orang-orang yang ingat menyebut nama-Nya dan selama
orang-orang yang lalai melupakan-Nya, Semoga Dia melimpahkan shalawat
ke-padanya di kalangan orang-orang terdahulu dan setelahnya, dengan
shalawat yang paling utama, paling banyak, dan paling baik daripada
shalawat yang dilim-pahkan-Nya kepada salah seorang dari ummatnya dengan
shalawatnya kepadanya. Salam sejahtera atasnya, teriring rahmat Allah
dan berkah-Nya. Semoga Allah membalasnya dari kami dengan balasan yang
lebih baik daripada balasan-nya kepada rasul dari orang-orang yang
diutus kepadanya. Sebab, dia telah melepaskan kami dari ke-binasaan, dan
menjadikan kami sebaik-baik ummat yang dikeluarkan bagi manusia,
beragama dengan agamanya yang telah diridhai dan dipilih oleh para
malaikat-Nya dan orang-orang yang telah diberi-Nya nikmat di antara
makhluk-Nya. Oleh karena itu, tidaklah kami mendapat nikmat -baik yang
nyata maupun yang tersembunyi, yang kami peroleh dengannya dalam urusan
agama dan dunia, dan diangkatkannya keburukan dari kami di dalam
keduanya atau di dalam salah satu dari keduanya- melainkan Muhammad
Saw.-lah yang menjadi sebabnya; yang memimpin kepada kebaikannya; yang
menunjukkan kepada tuntunannya; yang membebaskan dari kebinasaan dan
tempat-tempat jahat, yang mengingatkan, sebab-sebab yang mendatangkan
kebinasaan; yang tegak me-laksanakan nasihat, tuntunan, dan peringatan
darinya. Semoga shalawat dan salam Allah selalu tercurah kepada
Sayyidina Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Dia telah mencurahkan
shalawat kepada Ibrahim dan ke-luarganya, serta sebagaimana Dia telah
mehmpahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim; Sesungguhnya
Dia Maha terpuji lagi Maha muha.”
Penjelasan:
Shalawat di atas bersumber dari Imam Al-Syâfi’i r.a. Dan mempunyai penyempurnaan di dalam Al-Risâlah oleh Imam Al-Syâfi’i. Shalawat ini banyak sekali faedahnya, terutama bila dibaca sesudah membacaa Shalawat Nurul Qiyâmah, Yaitu shalawat nomor 16.
.
42. Artinya: ” Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam atas
pemimpin para pemimpin dan tujuan dari semua keinginan, Muhammad,
kekasih-Mu yang dimuliakan; juga atas keluarga dan para sahabatnya”.
Penjelasan:
Shalawat ini bersumber dari Sayyidi Abu Thahir bin Sayyid ‘Alî Wafâ’.
.
43. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidina
Muhammad, yang dengannya kegelapan menjadi terang. Ya Allah,
limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muham-mad, yang diutus dengan
rahmat bagi setiap umat. Ya Allah limpahkanlah shalawat atas Sayyidina
Muhammad, yang dipilih untuk memimpin risalah sebelum diciptakan Lawh
dan Qalam. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muhammad, yang
disifati dengan akhlak dan perangai yang utama. Ya Allah, limpahkanlah
shalawat atas Sayyidina Muhammad. yang dikhususkan dengan kalimat yang
menyuruh dan hikmah tertentu. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada
Sayyidina Muhammad, yang tidak dilanggar kehorrmtan di majelisnya, dan
tidak dibiarkan orang yang menganiayanya. Ya Allah, limpah-kanlah
shalawat kepada Sayyidina Muhammad, yang bisa berjalan dinaungi oleh
awan kemana dia menuju. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina
Muhammad yang dipuji oleh Tuhan kemuliaan dimasa lalu. Ya Allah,
limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, yang dilimpahi shalawat
oleh Allah di dalam Kitab-Nya yang sempurna dan kita diperintahkan-Nya
supaya ber-shalawat kepadanya. Semoga Shalawat Allah selalu dicurahkan
kepadanya; kepada keluarganya, sahabat-sa-habatnya,
isteri-isterinya–selama hujan turun dengan
deras dan selama orang-orang berdosa mendapat uluran kemurahan. Semoga Allah melimpahkan kepadanya salam sejahtera, kehormatan, dan kemuliaan.”
Penjelasan:
Shalawat di atas bersumber dari Sayyid Al-Faklhani, pengarang kitab Al-Fajr Al-Munîr fî Al-Shalâh ‘ala Al-Basyîr Al-Nadzîr.
.
44. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada
junjunan kami Muhammad, juga kepada ke-luargaya, saahabat-sahabatnya
sebanyak jumlah, apa-apa yang diliputi oleh ilmu-Mu, digariskan oleh
qalam-Mu, dan ditetapkan dalam hukum-Mu terhadap makhluk-Mu; Curahkanlah
kelembutan-Mu di dalam seluruh urusan kami dan kaum muslimin.”
.
45. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina
Muhammad, keluarganya sahabatnya-dengan, dan para shalawat yang melebihi
shalawat-shalawat yang diucapkan oleh orang-orang yang bershalawat dari
sejak permulaan masa sampai akhirnya; seperti keutamaan Allah atas
makhluk-Nya, sepenuh neraca dan penghabisan ilmu.”
Penjelasan:
Shalawat ini dan shalawat sebelumnya ( ? ) ada di dalam kitab Masâlik al-Hunafâ. Tentang shalawat ini, Imam Al-Ghazali, mengutip perkataan Al-Qastalani, mengatakan, “Kedua shalawat ini dibaca bersama shalawat no.32 (?) supaya mendapatkan keutamaan yang tidak terhingga.”
.
46. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada
Sayyidina Muhammad, sebanyak jumlah huruf-huruf di dalam Al-Quran;
limpahkanlah shalawat dan salam, kepada Muhammad, sebanyak jumlah
tiap-tiap huruf yang dilipatgandakan sejuta; dan limpahkanlah sha-lawat
dan salam kepada sayyidina Muhammad, sebanyak jumlah tiap-tiap seribu
yang dilipatgandakan.”
.
47. Artinya: “Ya Allah, limpahkan shalawat kepada Sayyidina
Muhammad, dengan shalawat yang bertemu dengan cahayanya. Ya Allah,
limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, dengan shalawat yang
bergandengan dengan sebutan dan yang disebutnya. Ya Allah, limpahkanlah
shalawat kepada Sayyidina Muhammad, dengan shalawat yang menerangi
kuburnya dengan seterang-terangnya. Ya Allah, limpahkanlah shalawat
kepada Sayyidina Muhammad, dengan shalawlat yang melapangkan dadanya dan
menyebabkan kegembiraannya. Limpahkanlah pula shalawat kepada semua
saudaranya dari golongan para nabi dan wali, dengan shalawat sebanyak
jumlah cahaya dan kemunculannya.”
Penjelasan:
Shalawat ini dan shalawat sebelumnya ( ?) dikemukakan oleh Al-Qastalani di dalam kitab Masâlik al-Hunafâ’. Beliau menghimpun sepuluh shalawat yang tidak dinisbahkan kepada seorangpun.
Untuk itu dibawah ini adalah sebagian lafazh-lafazh shalawat tersebut baik yang bersumber dari hadis maupun kitab-kitab, berikut penjelasannya.
.
.
.
.
.
.
Berkata Al-Nawâwî dalam Al-Adzkâr: “lafazh sha-lawat yang paling utama dibaca, ialah lafazh shalawat yang lengkap ini.
.
Lafazh-lafazh shalawat yang ringkas, ialah lafazh-lafazh yang diriwayatkan oleh Abû Dâud dan Al-Nasâ’i, yaitu :
.
.
.
Berkata Al-Sayuthî dalam Al-Hirz al-Ma’ânî: “Saya telah membaca keterangan Al-Subkî yang diterimanya dari ayahnya di dalam Al-Thabaqat, katanya: Sebaik-baiknya shalawat untuk dibaca dalam bershalawat, ialah bunyi shalawat yang dibaca di dalam tasyahhud (yang diriwayat-kan oleh Bukhârî dan Muslim). Maka barangsiapa mem-bacanya, dipandanglah ia telah bershalawat dengan sem-purna, dan barangsiapa membaca selainnya, maka mereka tetap berada dalam keraguan, karena bunyi lafazh-lafazh yang diriwayatkan oleh Bukhârî Muslim itu, adalah lafazh shalawat yang sering diajar oleh Nabi sendiri dan yang sering disuruh supaya kita membacanya.”
Dalam tasyahud akhir, Imam Syâfi’i r.a. menganggap shalawat atas Nabi Saw. sebagai salah satu dari rukun salat. Beliau biasa memakai shalawat sebagai berikut:
Selain itu, beliau juga suka memakai sighat shalawat lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Malik di dalam kitab Al-Muwattha’. Shalawat di atas juga diriwayatkan oleh Abû Dâud, Al-Turmudzî, Al-Nasâ’i, dan Al-Bayhaqi dari Ibn Mas’ûd, dengan ditambah lafal Sayyidinâ untuk Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim.
Tambahan lafal sayyidina boleh jadi sebagai adab dari beliau atau mungkin pula mengikuti ucapan Rasulullah Saw. dalam salah satu sabdanya yang mengatakan:
Rasulullah Saw. juga bersabda, ditunjukan kepada Sa’ad bin Mu’adz:
Dalam hal ini Imam Syâfi’î r.a., telah mengamalkan shalawat yang dianggap oleh beliau paling sahih sanadnya.
.
Penjelasan:
Imam Al-Sya’rânî menuturkan bahwa Nabi Saw. Bersabda:
“Barangsiapa yang membaca shalawat ini, berarti ia telah membukakan bagi dirinya tujuh puluh pintu rahmat, dan ditanamkan Allah kecintaan kepada dirinya dalam hati umat manusia.”
Diceritakan, seorang penduduk negeri Syam datang meng-hadap Rasulullah Saw seraya berkata, “Ya Rasulullah, ayah saya sudah sangat tua, namun beliau ingin sekali melihat Anda.”
Rasulullah menjawab, “Bawa dia kemari!”
Orang itu berkata, “la buta, tidak bisa melihat.”
Rasulullah lalu bersabda, “Katakanlah kepadanya supaya ia mengucapkan Shallallâhu ‘alâ Muhammdin selama tujuh minggu setiap malam. Semoga ia akan melihatku dalam mimpi dan dapat meriwayatkan hadis dariku.”
Anjuran Rasulullah itu ditruti oleh orang tersebut. Benar saja, ternyata ia bisa bermimpi melihat Rasulullah Saw. Serta meriwayatkan hadis dari beliau.
.
Penjelasan:
Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Barangsiapa yang meng-ucapkan Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa Sallim ketika ia berdiri, dosa-dosanya akan diampuni sebelum ia duduk. Barangsiapa yang mengucapkannya ketika duduk, dosa-dosanya akan diampuni sebelum ia berdiri. “
.
Penjelasan :
Imam Al-Ghazali di dalam kitab Al-Ihyâ’ mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasku pada malam Jumat se-banyak delapan puluh kali, Allah akan mepgampuni dosa-dosanya selama delapan puluh tahun.”
Kemudian ditanyakan, “Ya Rasulullah, bagaimana cara memberi shalawat kepadamu itu?”
Rasulullah menjawab, ‘Allâhumma shalli ‘alâ Muhamadin ‘abdika wa Nabiyyika al-Nabiyyi al-Ummî.”
Diriwayatkan bahwa, barangsiapa yang membacanya setiap hari dan setip malam sebanyak 500 kali, niscaya dia tidak akan mati sebelum berjumpa dengan Nabi Saw. dalam keadaan sadar.
.
Penjelasan:
Al-Fasi berkata, “Shalawat ini disebutkan oleh Jabar dari sahabat Ibn ‘Umar r.a. Disebutkannya pula keutamaan yang besar dari shalawat ini dan kebajikan bagi seorang laki-laki yang mengucapakannya dihadapan nabi Saw.”
.
Penjelasan :
Shalawat ini dikemukakan oleh Al-Thabrânî, Ahmad, Al-Bazzar, dan Ibn ‘Ashim dari sahabat Ruwayfi bin Tsabit al-Anshari. Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasku dengan shalawat ini, berarti ia berhak mendapatkan syafa’atku.”
.
Penjelasan :
Imam Al-Sya’rânî menutrkan bahwa Nabi Saw. telah ber-sabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasku dengan cara yang dikemukakan dalam shalawat ini, ia akan melihatku di alam mimpi. Barangsiapa yang me-lihatku di alam mimpinya, ia akan melihatku di Hari Kiamat. Baranggiapa yang melihatku di Hari Kiamat, aku akan memberinya syafaat. Barangsiapa yang aku beri syafaat, niscaya ia akan minum dari telagaku dan di-haramkan jasadnya oleh Allah dari neraka.
.
Penjelasan :
Imam Al-Sya’rânî menuturkan bahwa seorang laki-laki menghadap Rasulullah Saw. ketika beliau sedang duduk di dalam masjid. Orang itu berkata, Assalâmu ‘alaykum, wahai ahli kemuliaan!”
Orang itu lalu didudukkan oleh Nabi Saw di tengah-tengah. yaitu antara beliau dan Abu Bakar r.a. Orang-orang yang hadir ketika itu menjadi heran menyaksikan hal itu hingga Nabi Saw. menjelaskan. “Jibril a.s. telah datang kepadaku memberitahukan bahwa orang ini telah memberi shalawat kepadaku dengan shalawat yang belum pemah dibaca oleh seorang pun sebelumnya.”
Lalu Abu Bakar bertanya. “Bagaimana shalawatnya ya Rasulullah? Kemudian Rasulullah Saw. menyebutkan sha-lawat tersebut di atas.
.
Penjelasan:
Al-Hafizh Al-Sakhâwî menuturkan, seandainya seseorang bersumpah bahwa ia akan mengucapkan shalawat yang paling utama, maka shalawat ini telah membebaskan ia dari sumpahnya itu.
Pen-syarah kitab Dalâ’il mengatakan, bahwa lafal shalawat ini diambil dari hadis Ummul Mukminin. Juwairiyah.
.
Penjelasan:
Shalawat di atas disebutkan di dalam kitab Dalâ’il. Dalam syarah kitab tersebut disebutkan riwayat dari Hasan bin ‘Ali Al-Aswânî. Ia berkata, “Barangsiapa yang membaca shalawat ini dalarn setiap perkara penting atau bencana sebanyak seribu kali, niscaya Allah akan melepaskan bencana itu darinya, dan menyampaikan apa yang diinginkannya.”
.
Penjelasan :
Shalawat ini dinamakan shalawat ‘Cahaya Kiamat’. Sha-lawat ini disebut demikian karena banyaknya cahaya yang akan diperoleh oleh orang yang membacanya pada Hari Kiamat kelak.”
Sayyid Ahmad Al-Shâwî dan yang lainnya mengatakan, shalawat ini saya dapatkan tertulis di atas sebongkah batu dengan tulisan qudrati.
Di dalam syarah atas kitab Dalâ’il disebutkan, sebagian pemuka para wali mengatakan, bahwa shalawat ini berbanding dengan 14.000 shalawat lainnya.
.
Shalawat di atas dinamakan Al-Shalât al-’Adâdiyyah.
.
Penjelasan:
Shalawat ini dan shalawat sebelumnya (?) adalah dua sighat shalawat dari Imam Al-Syâfi’i r.a. Berkaitan dengan shalawat sebelumnya (?) telah dice-ritakan di dalam syarah atas kitab Dalâ’il, bahwa Imam Al-Syâfi’i pernah bermimpi bertemu seseorang, lalu dikatakan kepadanya, “Apa yang telah diperbuat Allah atas diri Anda?”
Imam Al-Syâfi’i menjawab, Allah telah mengampuni diriku.”
“Dengan amal apa?” orang itu bertanya lagi.
“Dengan lima kalimat yang aku pergunakan untuk memberi shalawat kepada Nabi Saw.,” Jawab Imam Al-Syafi’i.
“Bagaimana bunyinya?”
Lantas beliau mengucapkan shalawat tersebut di atas.
Sedangkan berkaitan dengan shalawat ini (?), Al- Mazânî bertutur sebagai berikut:
Saya bermimpi melihat Imam Al-Syâfi’i. Lalu saya bertanya pada beliau, “Apa yang telah diperbuat Allah terhadap diri Anda?”
Beliau menjawab, Allah telah mengampuni diriku berkat shalawat yang aku cantumkan di dalam kitab Al-Risâlah, yaitu: Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin kullama dza-karaka al-Dzâkirûna wa Shalli ‘alâ Muhammadin kullamâ ghafala ‘an dzikrik al-Ghâfilûna.”
Sementara itu, Imam Al-Ghazali di dalam kitab Al-Ihyâ’ menuturkan hal berkut:
Abu Al-Hasan Al-Syâfi’i menuturkan, “Saya telah bermimpi melihat Rasulullah Saw., lalu saya bertanya, “Ya Rasulullah, dengan apa Al-Syâfi’i diberi pahala dari sebab ucapannya dalam kitab Al-Risâlah: Washallallâhu ‘alâ muhammaddin kullamâ dzakara al-Dzdâkirûn waghafala ‘an dzikrik al-ghâfilûn?’ Rasulullah meniawab: ‘la tidak ditahan untuk dihisab.”‘
.
Penjelasan:
Shalawat ini bersumber dari Sayyid Ahmad Al-Badawi r.a., Sayyid Ahmad Ruslan mengomentari shalawat ini, “Sha-lawat ini sangat mujarab untuk menunaikan hajat, mengusir kesusahan, menolak bencana, dan memperoleh ca-haya; bahkan sangat manjur untuk segala keperluan.”
.
Penjelasan:
Shalawat ini bersumber dari Sayyid Syamsuddin Muham-mad Al-Hanafi r.a. (Sultan Hanafi). la termasuk salah seorang keturunan Abu Bakar Al-Shiddiq r.a. la telah menjabat kedudukan sebagai kutub para wali (quthb awliya) selama 46 tahun 3 bulan dan beberapa hari. Selama masa jabatannya itu, ia merupakan quthb ghawts mufrad jam’i.
Banyak sekali cerita-cerita berkenaan dengan riwayat hidup dan karamahnya: Di antaranya ia tidak pernah ber-diri satu kali pun bila menyambut kedatangan para raja. Bahkan, jika ada salah searang di antara raja-raja itu datang kepadanya, raja tersebut merendahkan diri di hadapannya, duduk dengan sopan tanpa menaleh ke kiri dan ke kanan selama berada di hadapan beliau.
.
Penjelasan:
Shalawat di atas bersumber dari Sayyidina Abu Al-Hasan Al-Syadzili r.a. ia berbanding dengan seratus ribu shalawat lainnya. Ada yang mengatakan bahwa shalawat ini berguna untuk melepaskan kesulitan.
.
Penjelasan:
Shalawat di atas berasal dari Sayyid Abu Al-Mukarim Syaikh Muhammad Syamsuddin bin Abi Al-Hasan Al-Bakri r.a.
Di antara khasiat shalawat ini adalah, bahwa bagi siapa saja yang membacanya, walaupun hanya satu kali seumur hidupnya, ia tidak akan masuk neraka. Sebagian ulama Maroko mengatakan, bahwa shalawat ini turun ke atasnya dalam satu sahifah dari Allah. Ada pula yang mengatakan bahwa, satu kali shalawat ini menyamai sepuluh ribu-bahkan ada yang menyatakan pula enamratus ribu–shalawat lainnya.
Barangsiapa yang men-dawam-kan (membiasakan secara rutin) membacanya selama empat puluh hari, Allah akan mengampuninya dari segala dosanya. Barangsiapa yang membacanya sebanyak seribu kali pada malam Kamis, Jumat atau Senin, ia akan berkumpul dengan Nabi Saw. Akan tetapi, sebelumnya hendaklah ia melakukan salat sunnah empat rakaat: Pada rakaat pertama ia membaca Surah Al-Fâtihah dan Al-Qadr. Pada rakaat kedua sesudah Al-Fâtihah ia membaca Surah Al-Zalzalah. Pada rakaat ketiga sesudah Al-Fâtihah ia membaca Surah Al-Kafirun. Pada rakaat keempat sesudah Al-Fâtihah ia membaca Surah Al-Mu’awwidzatayn (surah Al-Falaq dan Al-Nâs). Hendaklah ia membakar kemenyan Arab ketika membaca shalawat tersebut.
.
Penjelasan:
Sayyid Ahmad Al-Sakhâwî, dengan menukil dari ulama lainnya mengatakan bahwa shalawat tersebut di atas me-nyamai 600,000 shalawat lainnya. Shalawat ini dikenal dengan sebutan, “Shalawat Kebahagiaan”.
Sedangkan Syaikh Dahlan memberikan komentamya, “Shalawat ini merupakan sighat shalawat yang sempurna. Orang yang membacanya secara rutin tiap-tiap hari Jumat sebanyak seribu kali akan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat.”
.
Penjelasan:
Shalawat ini dikenal di kalangan ahli tarekat sebagai shalawat “Kamaliyah”. Mereka telah memilih shalawat tersebut sebagai wirid karena pahalanya yang tidak terhingga.
Ada yang menyatakan bahwa shalawat ini menyamai pahala 14.000 shalawat lainnya.
.
Penjelasan:
Tentang shalawat ini, ada yang mengatakan bahwa Nabi Saw. bershalawat atas dirinya dengan shalawat tersebut.
.
Penjelasan:
Shalawat ini diterima oleh Maulana Syaikh Al-Hindi dari Nabi Saw. Di antara keistimewaannya adalah: jika Anda membacanya secara rutin, Anda akan memperoleh ilmu dan rahasia langsung dari Nabi Saw.
.
Penjelasan:
Shalawat ini lebih dikenal dengan sebutan “shalawat Tafrijiyah”. Tentang shalawat ini, Imam Al-Qurthubi me-nuturkan bahwa, barangangsiapa yang membacanya secara rutin setiap hari sebanyak 41 kali atau 100 kali atau lebih, Allah akan melenyapkan kecemasan dan kesusahan-nya, menghilangkan kesulitan dan penyakitnya, memudah-kan urusannya, menerangi hatinya, meninggikan kedudukannya, memperbaiki keadaannya, meluaskan rezeki-nya, dan membukakan baginya segala pintu kebaikan, dan lain-lain.
.
Ya Allah berkatilah Muhammad–hamba dan rasul-Mu serta Nabi yang ummi; jugakeluarga dan para isterinya, ibu kaum Mukmin serta keturunan dan Ahli Baitnya– se-bagaimana Engkautelah memberkati Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Di alam raya ini sesungnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
Penjelasan:
Shalawat ini bersumber dari hadis yang sahih.
.
Limpahkanlah pula shalawat, berkah, dan rahmat atas kami bersama mereka, dengan shalauwat-Mu yang paling utama dan berkah-Mu yang paling suci; selama orang-orang yang ingat menyebut nama-Mu dan orang-orang yang lalai melupakan-Mu; sebanyak jumlah yang genap dan yang ganjil; sebanyak jumlah kalimat-Mu yang sem-purna dan diberkahi; dan sebanyak jumlah makhluk-Mu, keridhaan diri-Mu, perhiasan arsy-Mu, dan tintakalimat-Mu–shalawat yang kekal sekekal diri-Mu.
Ya Allah, bangkitkanlah dia pada Hari Kiamat kelak pada derajat kedudukan yang terpuji, yang diinginkan oleh orang-orang dulu maupun orang-orang setelahnya; tem-patkanlah dia pada tempat yang dekat dengan-Mu pada Hari Kiamat; perkenankanlah syafaatnya yang besar; angkatlah derajatnya yang tinggi; dan berikanlah ke-padanya semua permintaannya di akhirat dan di dunia, sebagaimana yang telah Engkau berikan kepada Ibrahim dan Musa.
Ya Allah, jadikanlah kecintaannya di dalam kalangan mereka yang disucikan, kasih-sayangnya di kalangan mereka yang didekatkan, dan sebutannya di dalam ka-langan mereka yang ditinggikan. Berikanlah pahala yang setimpal kepadanya dari kami sesuai dengan haknya, dengan sebaik-baik pahala yang Engkau berikan kepada para Nabi dan umatnya. Berikanlah kebaikan kepada semua nabi. Shalawat dari Allah dan kaum Mukmin senantiasa terlimpah kepada Muhammad, Nabi yang ummi. Salam sejahtera tercurah atasmu, duhai Baginda Nabi, serta rahmat Allah, berkah-Nya, ampunan-Nya, dan keridhaan-Nya.
Ya Allah, sampaikanlah salam kami kepadanya, balaslah salam kami olehnya, tetapkanlah pada umat dan ke-turunannya amal perbuatan yang akan menyenangkan hatinya. Duhai Tuhan semesta alam.”
Penjelasan:
Shalawat ini adalah shalawat yang dikumpulkan oleh Al-Hâfizh Al-Sakhâwî di dalam kitab Al-Qawl al-Badî’. Disebutkan pula oleh Ibn Al-Hajar di dalam Al-Durr al-Mandhûdh bahwa ia menghim pun segala lafal yang diriwayatkan.
.
Penjelasan:
Shalawat ini disebutkan oleh Syaikh Al-Dayrabi di dalam Mujarrabat-nya. Ia termasuk sighat yang sangat bagus sekali untuk memberi shalawat kepada Nabi Saw.
Ada yang berpendapat bahwa orang yang membacanya secara rutin selama sepuluh malam, tiap-tiap malam sebanyak seratus kali, pada saat hendak berbaring tidur di tempat tidurnya, sambil menghadap kiblat dan dalam keadaan suci yang sempurna, akan bermimpi melihat Nabi Saw.
.
Penjelasan:
Shalawat ini disebutkan oleh pengarang kitab Bughyah al-Mustarsidîn, Mufti Hadramaut, Sayyid Syarif ‘Abdurrahman bin Muhammad Ba’alawi.
Di antara faedah shalawat ini disebutkan diungkapkan oleh Quthb Al-Baddad. la mengatakan bahwa yang menjadikan seseorang meninggal dunia dalam keadaan baik (khusnul khâtimah) adalah jika tiap-tiap selesai mengerjakan salat maghrib ia mengucapkan, “Astaghfirullâh alladzî lâ ilâha illâ huwa al-hayy al-qayyûm, alladzî lâ yamûtu wa atûbu ilayh, rabbigh-firlî,” kemudian diikuti oleh pembacaan shalawat di atas. Barangsiapa yang membaca kalimat-kalimat di atas sebelum berbicara tentang yang lainnya, niscaya ia akan meninggal dalam keadaan beriman.
.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad di kalangan umat terdahulu, dan limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sampai Hari Kiamat.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada ruh Muhammad di dalam alam ruh, limpahkanlah shalawat kepada jasadnya di dalam alam jasad, dan limpahkanlah kepada kuburnya di dalam alam kubur, jadikanlah semulia-mulia shalawat-Mu, setinggi-tinggi berkah-Mu, selembut-lembut kasih sayang-Mu dan ridha-Mu kepada Muhammad-hamba, Nabi, dan Rasul-Mu, serta berikanlah kesejahteraan yang banyak kepadanya.”
Penjelasan:
Shalawat tersebut di atas dikemukakan oleh lmam Al-’Ârif Syihabuddin Ahmad Al-Suhrawardi di dalam kitabnya, ‘Awârif al-Ma’ârif; telah pula dikemukakan oleh Syaikh Nabhay di dalam kitabnya, Afdhal al-Shalawâti ‘an-Sayyidi al-Sâdâti, yang di dalamnya diterangkan banyak sekali faedah untuk masing-masing bagian darinya.
Diriwayatkan dari Al-Faqih Al-Shâlih ‘Umar bin Sa’id bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat tersebut setiap hari 33 kali, Allah akan membukakan baginya (pintu) antara kuburnya dan kuburku.”
.
Penjelasan:
Shalawat di atas bersumber dari Imam ‘Alî bin Abî Thalib k.w., kemudian diwartakan oleh Abû Mûsâ Al-Madînî r.a.
.
Penjelasan:
Shalawat ini adalah shalawat Sayyidah Fathimah Al-Zahra’. Pengarang kitab Al-Ibrîz, Sayyid ‘Abdul ‘Azîz Al-Dabbâgh, telah banyak membicarakan shalawat ini di dalam kitabnya tersebut. Yang ingin mengetahui tentang shalawat ini secara lebih luas dapat meneliti kitab tersebut.
.
Penjelasan:
Shalawat ini bersumber dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas r.a. Dan dikemukakan oleh Abû Mûsâ Al-Madînî r.a.
.
Penjelasan:
Shalawat ini dikemukakan di dalam kitab Al-Syifâ’ dari Hasan Al-Bashri. Beliau berkata, “Barangsiapa yang ingin minum dari piala dengan minuman telaga Rasulullah Saw., hendaklah ia membaca shalawat itu.”
.
Penjelasan:
Shalawat di atas bersumber dari Imam Al-Syâfi’i r.a. Dan mempunyai penyempurnaan di dalam Al-Risâlah oleh Imam Al-Syâfi’i. Shalawat ini banyak sekali faedahnya, terutama bila dibaca sesudah membacaa Shalawat Nurul Qiyâmah, Yaitu shalawat nomor 16.
.
Penjelasan:
Shalawat ini bersumber dari Sayyidi Abu Thahir bin Sayyid ‘Alî Wafâ’.
.
deras dan selama orang-orang berdosa mendapat uluran kemurahan. Semoga Allah melimpahkan kepadanya salam sejahtera, kehormatan, dan kemuliaan.”
Penjelasan:
Shalawat di atas bersumber dari Sayyid Al-Faklhani, pengarang kitab Al-Fajr Al-Munîr fî Al-Shalâh ‘ala Al-Basyîr Al-Nadzîr.
.
.
Penjelasan:
Shalawat ini dan shalawat sebelumnya ( ? ) ada di dalam kitab Masâlik al-Hunafâ. Tentang shalawat ini, Imam Al-Ghazali, mengutip perkataan Al-Qastalani, mengatakan, “Kedua shalawat ini dibaca bersama shalawat no.32 (?) supaya mendapatkan keutamaan yang tidak terhingga.”
.
.
Penjelasan:
Shalawat ini dan shalawat sebelumnya ( ?) dikemukakan oleh Al-Qastalani di dalam kitab Masâlik al-Hunafâ’. Beliau menghimpun sepuluh shalawat yang tidak dinisbahkan kepada seorangpun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar