بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم
Sebelumnya telah diberikan beberapa hadits mengenai keaadan sebelum meninggalnya atau Wafatnya Rasulullah SAW, berikut ini beberapa hadit kelanjutanya :
Muhammad Saw |
Dalam riwayat lain disebutkan sebagai berikut :
عَنْ عَائِشَةَ رض زَوْجِ النَّبِىّ ص
اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص مَاتَ وَ اَبُوْ بَكْرٍ بِالسُّنْحِ. قَالَ
اِسْمَاعِيْلُ يَعْنِى بِاْلعَالِيَةِ، فَقَامَ عُمَرُ يَقُوْلُ: وَ اللهِ
مَا مَاتَ رَسُوْلُ اللهِ ص. قَالَتْ وَ قَالَ عُمَرُ: وَ اللهِ مَا كَانَ
يَقَعُ فِى نَفْسِى اِلاَّ ذَاكَ وَ لَيَبْعَثَنَّهُ اللهُ فَلَيَقْطَعَنَّ
اَيْدِىَ رِجَالٍ وَ اَرْجُلَهُمْ . فَجَاءَ اَبُوْ بَكْرٍ فَكَشَفَ عَنْ
رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَبَّلَهُ، قَالَ: بِاَبِى اَنْتَ وَ اُمّى طِبْتَ
حَيًّا وَ مَيّتًا، وَ اللهِ الَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ، لاَ يُذِيْقُكَ
اللهُ الْمَوْتَتَيْنِ اَبَدًا. ثُمَّ خَرَجَ فَقَالَ: اَيُّهَا اْلحَالِفُ
عَلَى رِسْلِكَ. فَلَمَّا تَكَلَّمَ اَبُوْ بَكْرٍ جَلَسَ عُمَرُ.
فَحَمِدَ اللهَ اَبُوْ بَكْرٍ وَ اَثْنَى عَلَيْهِ وَ قَالَ: اَلاَ مَنْ
كَانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا ص فَاِنَّ مُحَمَّدًا ص قَدْ مَاتَ، وَ مَنْ
كَانَ يَعْبُدُ اللهَ فَاِنَّ اللهَ حَىٌّ لاَ يَمُوْتُ. وَ قَالَ: اِنَّكَ
مَيّتٌ وَ اِنَّهُمْ مَيّتُوْنَ) وَ قَالَ (وَ مَا مُحَمَّدٌ اِلاَّ
رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ، اَفَاِنْ مَّاتَ اَوْ
قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلى اَعْقَابِكُمْ وَ مَنْ يَّنْقَلِبْ عَلى
عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللهَ شَيْئًا، وَ سَيَجْزِى اللهُ
الشَّاكِرِينَ) قَالَ فَنَشَجَ النَّاسُ يَبْكُوْنَ. البخارى 4: 193
Dari ‘Aisyah RA, istri Nabi SAW bahwasanya
Rasulullah SAW telah wafat, sedangkan Abu Bakar berada di Sunhi.
(Isma’il (perawi) berkata, “Yaitu suatu tempat di perbukitan”). Kemudian
‘Umar berdiri sambil berbicara, “Demi Allah, Rasulullah SAW tidak
mati”. ‘Aisyah mengatakan : Dan ‘Umar berkata, “Demi Allah, tidak ada
yang terlintas di hatiku, kecuali itu. Dan Allah pasti akan menghidupkan
beliau kembali, lalu pasti akan memotong tangan dan kaki orang-orang
laki-laki (yang mengatakan Nabi SAW telah meninggal)”. Selanjutnya Abu
Bakar RA datang, lalu membuka (wajah) Rasulullah SAW dan menciumnya
sambil berkata, “Aku tebusi engkau dengan ayah dan ibuku, engkau adalah orang yang baik, hidup ataupun mati.
Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, Allah tidak akan mencicipkan
kepadamu dua kematian selamanya”. Kemudian Abu Bakar keluar dan berkata
(kepada ‘Umar), “Wahai orang yang bersumpah, jangan tergesa-gesa”.
Setelah Abu Bakar berbicara, maka ‘Umar duduk. Abu Bakar lalu memuji
Allah dan menyanjung-Nya, dan berkata, “Ketahuilah, barangsiapa
menyembah Muhammad SAW, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal. Dan
barangsiapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha hidup, tidak
akan mati, dan Dia berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya kamu akan
mati, dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). [QS. Az-Zumar : 30].
Dan Allah berfirman (yang artinya), “Muhammad itu tidak lain hanyalah
seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.
Apakah jika dia meninggal atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan madlarat kepada Allah sedikitpun. Dan Allah akan memberi
balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. [QS. Ali ‘Imran : 144]. Perawi berkata, “Lalu orang-orang menangis tersedu-sedu”. [HR. Bukhari juz 4, hal. 193]
قَالَ: وَ اجْتَمَعَتِ اْلاَنْصَارُ
اِلَى سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ فِى سَقِيْفَةِ بَنِى سَاعِدَةَ فَقَالُوْا
مِنَّا اَمِيْرٌ وَ مِنْكُمْ اَمِيْرٌ، فَذَهَبَ اِلَيْهِمْ اَبُوْ بَكْرٍ
الصّدّيْقُ وَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ وَ اَبُوْ عُبَيْدَةَ بْنُ
اْلجَرَّاحِ، فَذَهَبَ عُمَرُ يَتَكَلَّمُ فَاَسْكَتَهُ اَبُوْ بَكْرٍ، وَ
كَانَ عُمَرُ يَقُوْلُ: وَ اللهِ مَا اَرَدْتُ بِذلِكَ اِلاَّ اَنّى قَدْ
هَيَّأْتُ كَلاَمًا قَدْ اَعْجَبَنِى خَشِيْتُ اَنْ لاَ يَبْلُغَهُ اَبُوْ
بَكْرٍ، ثُمَّ تَكَلَّمَ اَبُوْ بَكْرٍ فَتَكَلَّمَ اَبْلَغَ النَّاسِ،
فَقَالَ فِى كَلاَمِهِ: نَحْنُ اْلاُمَرَاءُ وَ اَنْتُمُ الْوُزَرَاءُ.
فَقَالَ حُبَابُ بْنُ الْمُنْذِرِ: لاَ وَ اللهِ، لاَ نَفْعَلُ، مِنَّا
اَمِيْرٌ وَ مِنْكُمْ اَمِيْرٌ. فَقَالَ اَبُوْ بَكْرٍ: لاَ، وَ لكِنَّا
اْلاُمَرَاءُ وَ اَنْتُمُ الْوُزَرَاءُ هُمْ اَوْسَطُ الْعَرَبِ دَارًا وَ
اَعْرَبُهُمْ اَحْسَابًا فَبَايِعُوْا عُمَرَ بْنَ اْلخَطَّابِ اَوْ اَبَا
عُبَيْدَةَ. فَقَالَ عُمَرُ: بَلْ نُبَايِعُكَ اَنْتَ، فَاَنْتَ سَيّدُنَا
وَ خَيْرُنَا وَ اَحَبُّنَا اِلَى رَسُوْلِ اللهِ ص. فَاَخَذَ عُمَرُ
بِيَدِهِ فَبَايَعَهُ، وَ بَايَعَهُ النَّاسُ، فَقَالَ قَائِلٌ: قَتَلْتُمْ
سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ. فَقَالَ عُمَرُ: قَتَلَهُ اللهُ. البخارى 4: 194
Perawi berkata, “Shahabat-shahabat Anshar
berkumpul kepada Sa’ad bin ‘Ubadah di bangsal Bani Sa’idah, lalu mereka
berkata, “Dari kami ada seorang pemimpin dan dari kalian ada seorang
pemimpin”. Kemudian berangkatlah Abu Bakar Ash-Shiddiq, ‘Umar bin
Khaththab dan Abu ‘Ubaidah bin Jarrah kepada mereka, lalu ‘Umar
berbicara, kemudian disuruh diam oleh Abu Bakar.. ‘Umar berkata, “Demi
Allah, aku tidak menghendaki hal itu, tetapi saya telah mempersiapkan
suatu pembicaraan yang mena’jubkan diriku, yang aku khawatirkan tidak
disampaikan oleh Abu Bakar”. Kemudian Abu Bakar berbicara dengan
pembicaraan yang sangat tegas. Perkataan yang beliau katakan, “Kami
adalah pemimpin pemerintahan, sedangkan kalian adalah pembantu
(menteri-menteri)”. Lalu Hubab bin Mundzir berkata, “Tidak, demi Allah,
kami tidak akan melakukan, tetapi dari kami ada seorang pemimpin dan
dari kalian ada seorang pemimpin pula”. Abu Bakar berkata, “Tidak,
tetapi kamilah pemimpin pemerintahan, sedangkan kalian sebagai pembantu
(menteri-menteri). Mereka (suku Quraisy) adalah bangsa ‘Arab yang paling
tengah tempat tinggalnya dan yang paling murni keturunan ‘Arabnya. Maka
berjanji setialah kalian kepada ‘Umar bin Khaththab atau Abu ‘Ubaidah”.
‘Umar berkata, “Bahkan kami berjanji setia kepadamu (wahai Abu Bakar).
Engkau adalah pemimpin kami, orang yang terbaik diantara kami dan paling
dicintai oleh Rasulullah SAW diantara kami”. Lalu ‘Umar menjabat
tangannya dan berjanji setia kepadanya, lalu orang-orang pun berjanji
setia kepadanya. Ada seseorang berkata, “Kalian membinasakan Sa’ad bin
‘Ubadah”. Maka ‘Umar berkata, “Semoga Allah yang membinasakannya”. [HR.
Bukhari juz 4, hal. 194]Dalam riwayat lain disebutkan sebagai berikut :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ
اَبَا بَكْرٍ خَرَجَ وَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ يُكَلّمُ النَّاسَ
فَقَالَ: اجْلِسْ يَا عُمَرُ. فَاَبَى عُمَرُ اَنْ يَجْلِسَ. فَاَقْبَلَ
النَّاسُ اِلَيْهِ وَ تَرَكُوْا عُمَرَ، فَقَالَ اَبُوْ بَكْرٍ: اَمَّا
بَعْدُ، فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا ص فَاِنَّ مُحَمَّدًا
قَدْ مَاتَ، وَ مَنْ كَانَ مِنْكُمْ يَعْبُدُ اللهَ فَاِنَّ اللهَ حَيٌّ
لاَ يَمُوْتُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى (وَ مَا مُحَمَّدٌ اِلاَّ رَسُوْلٌ
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ اِلَى قَوْلِهِ الشَّاكِرِيْنَ) وَ
قَالَ: وَ اللهِ لَكَاَنَّ النَّاسَ لَمْ يَعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَنْزَلَ
هذِهِ اْلآيَةَ حَتَّى تَلاَهَا اَبُوْ بَكْرٍ، فَتَلَقَّاهَا النَّاسُ
مِنْهُ كُلُّهُمْ، فَمَا اَسْمَعُ بَشَرًا مِنْ النَّاسِ اِلاَّ
يَتْلُوهَا. البخارى 5: 143
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, bahwasanya Abu
Bakar keluar, sedangkan ‘Umar waktu itu berbicara dengan orang banyak.
Abu Bakar berkata (kepada ‘Umar),“Duduklah wahai ‘Umar”, ‘Umar tidak mau
duduk. Maka orang-orang menghadap (Abu Bakar) dan membiarkan ‘Umar.
Lalu Abu Bakar berkata, “Amma ba’du, barangsiapa diantara kalian yang
menyembah Muhammad SAW, maka sesungguhnya (sekarang) Muhammad telah
meninggal. Dan barangsiapa diantara kalian yang menyembah Allah, maka
sesungguhnya Allah Maha Hidup, tidak akan mati. Allah Ta’alaa
berfirman (yang artinya), “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang
rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah
jika dia meninggal atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan
madlarat kepada Allah sedikitpun. Dan Allah akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur”. [QS. Ali ‘Imran : 144]. Perawi
berkata, “Demi Allah, seolah-olah orang-orang belum mengetahui bahwa
Allah telah menurunkan ayat ini sehingga Abu Bakar membacanya. Maka
masing-masing orang lalu membacanya, sehingga aku dengar setiap orang
tentu membacanya”. [HR. Bukhari juz 5, hal. 134]
فَاَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ
الْمُسَيَّبِ اَنَّ عُمَرَ قَالَ: وَ اللهِ مَا هُوَ اِلاَّ اَنْ سَمِعْتُ
اَبَا بَكْرٍ تَلاَهَا فَعَقِرْتُ حَتَّى مَا تُقِلُّنِي رِجْلاَيَ وَ
حَتَّى اَهْوَيْتُ اِلَى اْلاَرْضِ حِيْنَ سَمِعْتُهُ تَلاَهَا اَنَّ
النَّبِيَّ ص قَدْ مَاتَ. البخارى 5: 143
Perawi (Az-Zuhriy) berkata : Sa’id bin
Musayyab mengkhabarkan kepadaku bahwasanya ‘Umar berkata, “Demi Allah,
seolah-olah aku belum pernah mendengarnya sehingga Abu Bakar membacanya.
Maka akupun lemas, sehingga kedua kakiku tidak mampu menopangku,
sehingga aku jatuh ke tanah ketika aku mendengar dia membacanya, bahwa
Nabi telah wafat”. [HR. Bukhari juz 5, hal. 143]Memandikan Rasulullah SAW
Tentang memandikan jenazah Rasulullah SAW, Abu Dawud meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ
الزُّبَيْرِ قَالَ: سَمِعْتُ عَائِشَةَ تَقُوْلُ: لَمَّا اَرَادُوْا غَسْلَ
النَّبِيّ ص قَالُوْا: وَ اللهِ مَا نَدْرِيْ اَ نُجَرّدُ رَسُوْلَ اللهِ ص
ثِيَابَهُ كَمَا نُجَرّدُ مَوْتَانَا اَمْ نُغَسّلُهُ وَعَلَيْهِ
ثِيَابُهُ؟ فَلَمَّا اخْتَلَفُوْا اَلْقَى اللهُ عَلَيْهِمُ النَّوْمَ
حَتَّى مَا مِنْهُمْ رَجُلٌ اِلاَّ وَ ذَقْنُهُ فِي صَدْرِهِ. ثُمَّ
كَلَّمَهُمْ مُكَلّمٌ مِنْ نَاحِيَةِ الْبَيْتِ لاَ يَدْرُوْنَ مَنْ هُوَ،
اَنِ اغْسِلُوا النَّبِيَّ ص وَ عَلَيْهِ ثِيَابُهُ. فَقَامُوْا اِلَى
رَسُوْلِ اللهِ ص فَغَسَلُوْهُ وَ عَلَيْهِ قَمِيْصُهُ، يَصُبُّوْنَ
اْلمَاءَ فَوْقَ اْلقَمِيْصِ وَ يَدْلُكُوْنَهُ بِاْلقَمِيْصِ دُوْنَ
اَيْدِيْهِمْ وَ كَانَتْ عَائِشَةُ تَقُوْلُ: لَوِ اسْتَقْبَلْتُ مِنْ
اَمْرِى مَا اسْتَدْبَرْتُ مَا غَسَلَهُ اِلاَّ نِسَاؤُهُ. ابوداود 3: 196
Dari ‘Abbad bin ‘Abdullah bin Zubair, ia
berkata : Saya mendengar Aisyah berkata : Ketika sahabat-sahabat akan
memandikan Nabi SAW, mereka berkata, “Demi Allah, kami tidak tahu apa
yang harus kami lakukan, apakah kami harus menelanjangi Rasulullah SAW
sebagaimana kami menelanjangi mayyit-mayyit kami, ataukah kami
memandikannya dalam keadaan berpakaian?”. Setelah mereka berselisih,
lalu Allah menjadikan mereka mengantuk, sehingga demi Allah sampai tidak
ada seorang pun dari mereka itu melainkan janggutnya terkulai ke
dadanya. Kemudian ada seseorang yang memberitahu mereka dari arah rumah
yang mereka tidak mengetahui siapa dia itu, orang tersebut berkata, “Mandikanlah Nabi SAW dalam keadaan berpakaian!".
Kemudian mereka menuju kepada Rasulullah SAW, lalu mereka memandikan
beliau dalam keadaan tetap memakai baju gamis beliau, mereka menuangkan
air di atas pakaian beliau dan menggosoknya dengan pakaian beliau. Dan
‘Aisyah berkata, “Seandainya aku menghendaki untuk maju dalam urusanku,
maka aku tidak akan mundur sehingga tidak ada yang memandikan beliau
kecuali istri-istri beliau”. [HR Abu Dawud juz 3 hal. 196]Setelah dimandikan, jenazah Rasulullah SAW dikafani.
Bukhari meriwayatkan sebagai berikut
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: اِنَّ
رَسُوْلَ اللهِ ص كُفّنَ فِى ثَلاَثَةِ اَثْوَابٍ يَمَانِيَةٍ بِيْضٍ
سَحُوْلِيَّةٍ مِنْ كُرْسُفٍ لَيْسَ فِيْهَا قَمِيْصٌ وَ لاَ عِمَامَةٌ.
البخارى 2: 75
Dari Aisyah RA, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW dikafani dengan tiga lapis kain putih
buatan negeri Yaman dari Sahul (sebuah desa di Yaman), terbuat dari
kapas, tanpa baju gamis maupun sorban". [HR Bukhari juz 2, hal. 75]Baca selanjutanya bagaimana Cara mengkafani Nabi Saw
سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar