assalamu alaykum,,,
JAWABAN:
1/.Sbutirdebu
Wa'alaykum
2/.Alif Jum'an Azend >>
AMPUNAN ALLAH SWT
(Ilustrasi
Arti syafaat ialah bantuan atau pertolongan. Sementara, secara sosiologis, syafaat diartikan dengan sebuah
pertolongan yang diberikan
seseorang kepada orang lain yang mengharapkan pertolongannya; usaha dalam memberikan suatu manfaat bagi orang lain atau
mengelakkan suatu mudarat
(bahaya) kepada orang lain. Akan tetapi jika syafaat itu
dinisbatkan kepada Allah maka
kata itu bermakna sebuah pengampunan
yang diberikan oleh-Nya.1
Hal ini sesuai dengan ayat yang artinya: ’Barangsiapa yang memberikan syafaat yang baik, niscaya ia akan
memperoleh bagian (pahala)
daripadanya. Dan
barangsiapa memberi syafaat yang
buruk, niscaya ia akan memikul beban (dosa) daripadanya. Allah Maha Kuasa atas sesuatu (QS 4:85). Begitu
pula dalam hadits Nabi yang diriwayatkan Abu Musya al-Asy’ari, dikatakan, ketika Nabi Saw kedatangan seorang yang punya hajat
(kepentingan), beliau berkata
pada sahabat:”Berilah syafaat
(pertolongan) supaya kamu
mendapat pahala dan Allah Swt. akan memutuskan melalui lisan Nabi-Nya apa yang dia kehendaki.
Dalam khazanah keilmuan Islam, istilah syafaat terkenal di kalangan ahli kalam (teolog). Disiplin ilmu teologi mengartikan syafaat ialah sebuah pertolongan Nabi Muhamad Saw. terhadap umatnya -pada hari
kiamat- untuk membebaskan atau
memberi keringanan atas hukuman Allah
Swt.
Kapasitas rasio tidak mampu memprediksi secara tepat dan benar dengan peristiwa yang
belum terjadi, apalagi yang berkaitan hal-hal metafisik. Itu harus disadarinya karena keterbatasan dan kemampuan rasio manusia hanya pada sesuatu
yang tampak mata. Namun, atas jasa wahyu, manusia menjadi tahu akan planing
(rencana) Allah pada hari kiamat. Seumpama pemberian syafaat di hari itu Tanpa
bantuan wahyu, kesulitan-kalau
tidak diakatan mustahil-manusia
akan mengetahuinya. Diakui
memang Nabi Muhamad yang membawa kabar itu, tapi substansinya dari Allah Swt.,wa mâ yanthiqu ’an al-hawâ in
huwa illâ wahyun yûhâ. Karenanya, kebodohan dan keterbatasan akal, bukan alasan untuk
menyangkal
berita-berita yang dibawa Nabi.
Dari sini pula, ketika antara wahyu dan filsafat (alam pikiran) bertolak
belakang, tentu yang diutamakan
ialah wahyu. Dalam ranah ini, meski akal tidak mampu memberi informasi tentang
syafaat, tapi karena Nabi Muhamad sebagai utusan Tuhan, dengan
perintah-Nya telah
menyampaikan berita itu maka
yang logis justru menjadikan
wahyu sebagai suatu keniscayaan.4
Ibnu Arabi menuturkan
bahwa pemberi syafaat pertama adalah Nabi Muhamad Saw. Dalam arti, sebelum Nabi
berkenan memberi safaat maka jangan harap akan ada orang lain yang sanggup
memberi syafaat. Pernyataan itu
bertendensi pada hadits yang
meriwayatkan bahwa,
RasuluLLah ialah pemberi syafaat
pertama kali dan pasti akan diterima.4
Kemudian megenai landasan syafaat, termasuk sangat lumayan banyak. Seumpama peringatan dalam
Al-Quran yang dengan tegas menuturkan:
ولسوف يعطيك ربك فترضى
’’Dan Tuhanmu akan memberimu, kemudian kamu menerimanya’’
Di lain tempat, dalam surat Thaha ayat 109, Allah mengukuhkan berita syafaat Demikian
bunyi ayatnya:
يومئذ لا تنفع الشفاعة إلا من أذن له الرحمن ورضي له قولا
’’Pada hari itu (hari kiamat) tidak berguna syafaat, kecuali (syafaatnya) seorang yang telah
diizinkan Allah Sang Maha Pemurah, dan diridhai perkataannya’’
Pun juga, diperkuat dengan tendensi hadits-hadits Nabi. Dalam ’Ihya Ulum al-Din’ seumpama,
al-Ghazali (hujjah al-Islam)
mengutip hadits yang diriwayakan
sahabat Umar bin ’Ash, bahwa pada suatu hari ketika Nabi membaca doanya Nabi
Ibrahim dan Nabi Isa, setelah selesai dengan tiba-tiba air mata beliau menetes,
sembari menyebut: “Umatku (bagaimana nasib) umatku!”. Karena Allah Swt
mengetahui, maka langsung respon
dengan mengutus Jibril untuk menemui Muhamad Saw. Perintah itu, Allah Swt.
berkeinginan Jibril
menanyakan kepada Muhamad, apa
faktornya dia menangis sedih. Tapi ketika Jibril menanyakannya, Nabi malah membalas: ’’Allah yang lebih tahu
segalanya’’. Setelah Jibril
kembali, Allah kemudian berfirman:’’
Wahai Jibril, pergi dan temui Muhamad!. Sampaikan kalau Aku akan menerima
kehadiran umatnya dan tidak akan berbuat jahat kepada umatnya.89 lebih detil lagi, hadits yang diriwayatkan Abu Harairah. Menurutnya, pada saat kiamat tiba -ketika manusia sudah
tidak kuat menahan derita, resah dan susah- mereka saling tengok, saling
bertanya antara satu dengan yang lain, masing-masing penasaran dengan yang lain; apa juga merasakan
kesusahan, mereka
mencari-cari seorang penolong.
Di tengah kebingungan, mereka
mendengar bahwa sang penolongnya
ialah Adam. Langsung mereka mencari dan menemuinya. Mereka mengadu: “wahai tuan! Engkau adalah
bapaknya semua manusia, bahkan para malaikat disuruh bersujud kepada engkau,
kami mohon mintakan syafaat untuk kami kepada Allah”. Tapi sama saja, ia juga
sedang menyesali pebuatannya
karena sewaktu dilarang makan buah khuldi ia tidak mengindahkan. Adam hanya menunjukkan menemui nabi Nuh. Kemudian menemui Nuh. Ia-pun
sama tidak dapat membantunya,
karena menyaksikan Tuhan sedang
marah (ghadhab) tidak seperti biasanya. Disamping itu, nabi Nuh merasa bersalah
atas kegagalan menyampaikan
dakwah yang diamanatkan oleh
Allah Swt. Padahal, diakui ia seorang rasul yang dinobatkan banyak bersyukurnya.
[AKIDAH KAUM SARUNGAN, Lirboyo]
1 Syeh Islam Ibrahim bin Muhamad al-Baijuri, Tuhfah al-Murid, al-Hidayah Surabaya, hlm.116
4 Syeh Islam Ibrahim bin Muhamad al-Baijuri, Tuhfah al-Murid, al-Hidayah Surabaya, hlm.116
4 Ibid
89 Ihya Ulum al-Din, juz:IV, hlm. 510
Link Asal:
http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/483574694998677/?comment_id=483599781662835&offset=0&total_comments=3
Hal ini sesuai dengan ayat yang artinya: ’Barangsia
Dalam khazanah keilmuan Islam, istilah syafaat terkenal di kalangan ahli kalam (teolog). Disiplin ilmu teologi mengartika
Kapasitas rasio tidak mampu memprediks
Ibnu Arabi menuturkan
Kemudian megenai landasan syafaat, termasuk sangat lumayan banyak. Seumpama peringatan
ولسوف يعطيك ربك فترضى
’’Dan Tuhanmu akan memberimu,
Di lain tempat, dalam surat Thaha ayat 109, Allah mengukuhka
يومئذ لا تنفع الشفاعة إلا من أذن له الرحمن ورضي له قولا
’’Pada hari itu (hari kiamat) tidak berguna syafaat, kecuali (syafaatny
Pun juga, diperkuat dengan tendensi hadits-had
[AKIDAH KAUM SARUNGAN, Lirboyo]
1 Syeh Islam Ibrahim bin Muhamad al-Baijuri
4 Syeh Islam Ibrahim bin Muhamad al-Baijuri
4 Ibid
89 Ihya Ulum al-Din, juz:IV, hlm. 510
Link Asal:
http://
Tidak ada komentar:
Posting Komentar