Abu jahal menyuruh anaknya menceraikan putri Nabi
Putri Nabi SAW Ruqayyah Binti Rasulullah (Wafat 2 H)
Ruqayyah telah menikah dengan Utbah bin Abu lahab sebelum masa kenabian. Sebenarnya hat itu sangat tidak disukai oleh Khadijah.. Karena ia telah mengenal perilaku ibu Utbah, yaitu Umrnu jamil binti Harb, yang terkenal berperangai buruk dan jahat. ta khawatir putrinya akan memperoleh sifat-sifat buruk dari ibu mertuanya tersebut. Dan ketika Rasulullah . telah diangkat menjadi Nabi, maka Abu Lahablah, orang yang paling memusuhi Rasulullah . dan Islam. Abu Lahab telah banyak menghasut orang-orang Mekkah agar memusuhi Nabi . dan para sahabat . Begitu pufa istrinya, Ummu Jamil yang senantiasa berusaha mencelakakan Rasulullah . dan memfitnahnya. Atas perilaku Abu lahab dan permusuhannya yang keras terhadap Rasulullah ., maka Allah telah menurunkan wahyu-Nya, ‘Maka celakalah kedua tangan Abu lahab, (Al lahab: 1)
Ruqayyah telah menikah dengan Utbah bin Abu lahab sebelum masa kenabian. Sebenarnya hat itu sangat tidak disukai oleh Khadijah.. Karena ia telah mengenal perilaku ibu Utbah, yaitu Umrnu jamil binti Harb, yang terkenal berperangai buruk dan jahat. ta khawatir putrinya akan memperoleh sifat-sifat buruk dari ibu mertuanya tersebut. Dan ketika Rasulullah . telah diangkat menjadi Nabi, maka Abu Lahablah, orang yang paling memusuhi Rasulullah . dan Islam. Abu Lahab telah banyak menghasut orang-orang Mekkah agar memusuhi Nabi . dan para sahabat . Begitu pufa istrinya, Ummu Jamil yang senantiasa berusaha mencelakakan Rasulullah . dan memfitnahnya. Atas perilaku Abu lahab dan permusuhannya yang keras terhadap Rasulullah ., maka Allah telah menurunkan wahyu-Nya, ‘Maka celakalah kedua tangan Abu lahab, (Al lahab: 1)
Tafsir Pendidikan Surat Al-Lahab 1-5
تَبَّتْ
يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (١)مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
(٢)سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (٣)وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
(٤)فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (٥)
1. binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sesungguhnya Dia akan binasa.
2. tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
3. kelak Dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
4. dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.
5. yang di lehernya ada tali dari sabut.
Setelah ayat ini
turun, maka Abu lahab berkata kepada kedua orang putranya, Utbah dan
Utaibah, ‘Kepalaku tidak haial bagi kepalamu selama kamu tidak
menceraikan Putri Muhammad.’ Atas perintah bapaknya itu, maka Utbah
mericeraikan istrinya tanpa alasan. Setelah bercerai dengan Utbah,
kemudian Ruqayyah dinikahkan oleh Rasulullah . dengan Utsman bin Affan.
Hati Ruqayyah pun berseri-seri dengan pernikahannya ini. Karena Utsman
adalah seorang Muslim yang beriman teguh, berbudi luhur, tampan, kaya
raya, dan dari golongan bangan Quraisy. Setelah pernikahan itu,
penderitaan kaum muslimin bertambah berat, dengan tekanan dan penindasan
dari kafirin Quraisy. Ketika semakin hari penderitaan kaum muslimin,
termasuk keluarga Rasulutlah . bertambah berat, maka dengan berat hati
Nabi . mengijinkan Utsman beserta keluarganya dan beberapa muslim
lainnya untuk berhijrah ke negeri Habasyah. Ketika itu Rasulullah .
bersabda, ‘Pergilah ke negeri Habasyah, karena di sana ada seorang raja
yang terkenal baik budinya, tidak suka menganiaya siapapun, Di sana
adalah bumi yang melindungi kebenaran. Pergilah kalian ke sana. Sehingga
Allah akan membebaskan kalian dari penderitaan ini.’
Maka
berangkatlah satu kafilah untuk berhijrah dengan diketuai oleh Utsman
bin Affan. Rasulullah . bersabda tentang mereka, Mereka adalah orang
yang pertama kali hijrah karena Allah setelah Nabi Luth as.’ Setibanya
di Habasyah mereka memperoleh perlakuan yang sangat baik dari Raja
Habasyah. Mereka hidup tenang dan tenteram, hingga datanglah berita
bahwa keadaan kaum muslimin di Mekkah telah aman. Mendengar berita
tersebut, disertai kerinduan kepada kampung halaman, maka Utsman
memutuskan bahwa kafilah muslimin yang dipimpimnya itu akan kembali lagi
ke kampung halamannya di Mekkah. Mereka pun kembali. Namun apa yang
dijumpai adalah berbeda dengan apa yang mereka dengar ketika di
Habasyah. Pada masa itu, mereka mendapati keadaan kaum muslimin yang
mendapatkan penderitaan lebih parah lagi. Pembantaian dan penyiksaan
atas kaum muslimin semakin meningkat. Sehingga rombongan ini tidak
berani memasuki Mekkah pada siang hari. Ketika malam telah menyelimuti
kota Mekkah, barulah mereka mengunjungi rumah masingmasing yang dirasa
aman. Ruqayyah pun masuk ke rumahnya, melepas rindu terhadap orang tua
dan saudara-saudaranya.
Namun ketika matanya beredar ke
sekeliling rumah, ia tidak menjumpai satu sosok manusia yang sangat ia
rindukan. la bertanya, ‘Mana ibu?….. mana ibu?….’ Saudara-saudaranya
terdiam tidak menjawab. Maka Ruqayyah pun sadar, orang yang sangat
berarti dalam hidupnya itu telah tiada. Ruqayyah menangis. Hatinya
sangat bergetar, bumi pun rasanya berputar atas kepergiannya.
Penderitaan hatinya, ternyata tidak berhenti sampai di situ. Tidak lama
berselang, anak lelaki satu-satunya, yaitu Abdullah yang lahir ketika
hijrah pertama, telah meninggal dunia pula. Padahal nama Abdullah adalah
kunyah bagi Utsman ra., yaitu Abu Abdullah. Abdullah berusia 6 tahun,
ketika seekor ayam jantan mematuk mukanya sehingga mukanya bengkak, maka
Allah mencabut nyawanya. Ruqayyah tidak mempunyai anak lagi setelah
itu.
Dia hijrah ke Madinah setelah Rasulullah saw. hijrah. Ketika Rasulullah . bersiap-siap untuk perang Badar, Ruqayyah jatuh sakit, sehingga Rasulullah . menyuruh Utsman bin Affan agar tetap tinggal di Madinah untuk merawatnya. Namun maut telah menjemput Ruqayyah ketika Rasulullah . masih berada di medan Badar pada bulan Ramadhan. Kemudian berita wafatnya ini dikabarkan oleh Zaid bin Haritsah ke Badar.
Dia hijrah ke Madinah setelah Rasulullah saw. hijrah. Ketika Rasulullah . bersiap-siap untuk perang Badar, Ruqayyah jatuh sakit, sehingga Rasulullah . menyuruh Utsman bin Affan agar tetap tinggal di Madinah untuk merawatnya. Namun maut telah menjemput Ruqayyah ketika Rasulullah . masih berada di medan Badar pada bulan Ramadhan. Kemudian berita wafatnya ini dikabarkan oleh Zaid bin Haritsah ke Badar.
Dan
kemenangan kaum muslimin yang dibawa oleh Rasulullah . beserta
pasukannya dari Badar, ketika masuk ke kota Madinah, telah disambut
dengan berita penguburan Ruqayyah. Pada saat wafatnya Ruqayyah,
Rasulullah . berkata, Bergabunglah dengan pendahulu kita, Utsman bin
Maz’un.’
Para wanita menangisi kepergian Ruqayyah. Sehingga Umar bin Khattab. datang kepada para wanita itu dan memukuli mereka dengan cambuknya agar mereka tidak keterlaluan dalam menangisi jenazah Ruqayyah. Akan tetapi Rasulullah . menahan tangan Umar. dan berkata, ‘Biarkaniah mereka menangis, ya Umar. Tetapi hati-hatilah dengan bisikan syaitan. Yang datang dari hati dan mata adalah dari Allah dan merupakan rahmat. Yang datang dari tangan dan lidah adalah dari syaitan.’
Para wanita menangisi kepergian Ruqayyah. Sehingga Umar bin Khattab. datang kepada para wanita itu dan memukuli mereka dengan cambuknya agar mereka tidak keterlaluan dalam menangisi jenazah Ruqayyah. Akan tetapi Rasulullah . menahan tangan Umar. dan berkata, ‘Biarkaniah mereka menangis, ya Umar. Tetapi hati-hatilah dengan bisikan syaitan. Yang datang dari hati dan mata adalah dari Allah dan merupakan rahmat. Yang datang dari tangan dan lidah adalah dari syaitan.’
Ruqoyyah dan Ummu Kultsum
Lahir dua orang putri dari rahim ibunya, Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza radhiallahu ‘anha. Menyandang nama Ruqayyah dan Ummu Kultsum radhiallahu ‘anhuma, di bawah ketenangan naungan seorang ayah yang mulia, Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Muththalib Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lahir dua orang putri dari rahim ibunya, Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza radhiallahu ‘anha. Menyandang nama Ruqayyah dan Ummu Kultsum radhiallahu ‘anhuma, di bawah ketenangan naungan seorang ayah yang mulia, Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Muththalib Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebelum datang masa sang ayah
diangkat sebagai nabi Allah, Ruqayyah disunting oleh seorang pemuda
bernama ‘Utbah, putra Abu Lahab bin ‘Abdul Muththalib, sementara Ummu
Kultsum menikah dengan saudara ‘Utbah, ‘Utaibah bin Abi Lahab. Namun,
pernikahan itu tak berjalan lama. Berawal dengan diangkatnya Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi, menyusul kemudian turun
Surat Al-Lahab yang berisi cercaan terhadap Abu Lahab, maka Abu Lahab
dan istrinya, Ummu Jamil, menjadi berang. Dia berkata kepada dua
putranya, ‘Utbah dan ‘Utaibah yang menyunting putri-putri Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Haram jika kalian berdua tidak
menceraikan kedua putri Muhammad!”
Kembalilah dua putri yang mulia ini dalam keteduhan naungan ayah bundanya, sebelum sempat dicampuri suaminya. Bahkan dengan itulah Allah selamatkan mereka berdua dari musuh-musuh-Nya. Ruqayyah dan Ummu Kultsum pun berislam bersama ibunda dan saudari-saudarinya.
Kembalilah dua putri yang mulia ini dalam keteduhan naungan ayah bundanya, sebelum sempat dicampuri suaminya. Bahkan dengan itulah Allah selamatkan mereka berdua dari musuh-musuh-Nya. Ruqayyah dan Ummu Kultsum pun berislam bersama ibunda dan saudari-saudarinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberikan ganti yang jauh lebih baik. Ruqayyah bintu Rasulullah
radhiallahu ‘anha disunting oleh seorang sahabat mulia, ‘Utsman bin
‘Affan radhiallahu ‘anhu.
Sebagaimana kaum muslimin yang lain, mereka berdua menghadapi gelombang ujian yang sedemikian dahsyat melalui tangan kaum musyrikin Mekkah dalam menggenggam keimanan. Hingga akhirnya, pada tahun kelima setelah nubuwah, Allah Subhanahu wa Ta’ala bukakan jalan untuk hijrah ke bumi Habasyah, menuju perlindungan seorang raja yang tidak pernah menzalimi siapa pun yang ada bersamanya. ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu membawa istrinya di atas keledai, meninggalkan Mekkah, bersama sepuluh orang sahabat yang lainnya, berjalan kaki menuju pantai. Di sana mereka menyewa sebuah perahu seharga setengah dinar.
Sebagaimana kaum muslimin yang lain, mereka berdua menghadapi gelombang ujian yang sedemikian dahsyat melalui tangan kaum musyrikin Mekkah dalam menggenggam keimanan. Hingga akhirnya, pada tahun kelima setelah nubuwah, Allah Subhanahu wa Ta’ala bukakan jalan untuk hijrah ke bumi Habasyah, menuju perlindungan seorang raja yang tidak pernah menzalimi siapa pun yang ada bersamanya. ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu membawa istrinya di atas keledai, meninggalkan Mekkah, bersama sepuluh orang sahabat yang lainnya, berjalan kaki menuju pantai. Di sana mereka menyewa sebuah perahu seharga setengah dinar.
Di bumi Habasyah itulah Ruqayyah
radhiallahu ‘anha melahirkan seorang putra yang bernama ‘Abdullah. Akan
tetapi, putra ‘Utsman ini tidak berusia panjang. Suatu ketika, ada
seekor ayam jantan yang mematuk matanya hingga membengkak wajahnya.
Dengan sebab musibah ini, ‘Abdullah meninggal dalam usia enam tahun.
Perjalanan mereka belum berakhir. Saat kaum muslimin meninggalkan
negeri Makkah untuk hijrah ke Madinah, mereka berdua pun turut berhijrah
ke negeri itu. Begitu pun Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha, berhijrah
bersama keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Selang berapa lama mereka tinggal di Madinah, bergema seruan perang Badr. Para sahabat bersiap untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Namun bersamaan dengan itu, Ruqayyah bintu Rasulullah radhiallahu ‘anha diserang sakit. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu untuk tetap tinggal menemani istrinya.
Selang berapa lama mereka tinggal di Madinah, bergema seruan perang Badr. Para sahabat bersiap untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Namun bersamaan dengan itu, Ruqayyah bintu Rasulullah radhiallahu ‘anha diserang sakit. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu untuk tetap tinggal menemani istrinya.
Ternyata itulah pertemuan mereka yang terakhir. Di antara malam-malam
peristiwa Badr, Ruqayyah bintu Rasulullah radhiallahu ‘anha kembali ke
hadapan Rabbnya karena sakit yang dideritanya. ‘Utsman bin ‘Affan
radhiallahu ‘anhu sendiri yang turun untuk meletakkan jasad istrinya di
dalam kuburnya.
Saat diratakan tanah pekuburan Ruqayyah radhiallahu ‘anha, terdengar kabar gembira kegemilangan pasukan muslimin melibas kaum musyrikin yang diserukan oleh Zaid bin Haritsah radhiallahu ‘anhu. Kedukaan itu berlangsung bersama datangnya kemenangan, saat Ruqayyah bintu Muhammad radhiallahu ‘anha pergi untuk selama-lamanya pada tahun kedua setelah hijrah.
Saat diratakan tanah pekuburan Ruqayyah radhiallahu ‘anha, terdengar kabar gembira kegemilangan pasukan muslimin melibas kaum musyrikin yang diserukan oleh Zaid bin Haritsah radhiallahu ‘anhu. Kedukaan itu berlangsung bersama datangnya kemenangan, saat Ruqayyah bintu Muhammad radhiallahu ‘anha pergi untuk selama-lamanya pada tahun kedua setelah hijrah.
Sepeninggal
Ruqayyah radhiallahu ‘anha, ‘Umar bin Al Khaththab radhiallahu ‘anhu
menawarkan kepada ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu untuk menikah
dengan putrinya, Hafshah bintu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma yang kehilangan
suaminya di medan Badr. Namun saat itu ‘Utsman dengan halus menolak.
Datanglah ‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu ke hadapan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadukan kekecewaannya.
Ternyata
Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihkan yang lebih baik dari itu semua.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminang Hafshah radhiallahu
‘anha untuk dirinya, dan menikahkan ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu
dengan putrinya, Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha. Tercatat peristiwa ini
pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ketiga setelah hijrah.
Enam tahun berlalu. Ikatan kasih itu harus kembali terurai. Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha kembali ke hadapan Rabbnya pada tahun kesembilan setelah hijrah, tanpa meninggalkan seorang putra pun bagi suaminya. Jasadnya dimandikan oleh Asma’ bintu ‘Umais dan Shafiyah bintu ‘Abdil Muththalib radhiallahu ‘anhuma.
Enam tahun berlalu. Ikatan kasih itu harus kembali terurai. Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha kembali ke hadapan Rabbnya pada tahun kesembilan setelah hijrah, tanpa meninggalkan seorang putra pun bagi suaminya. Jasadnya dimandikan oleh Asma’ bintu ‘Umais dan Shafiyah bintu ‘Abdil Muththalib radhiallahu ‘anhuma.
Tampak Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menshalati jenazah putrinya. Setelah itu, beliau duduk
di sisi kubur putrinya. Sembari kedua mata beliau berlinang air mata,
beliau bertanya, “Adakah seseorang yang tidak mendatangi istrinya
semalam?” Abu Thalhah menjawab, “Saya.” Kata beliau, “Turunlah!”
Jasad Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha dibawa turun dalam tanah pekuburannya oleh ‘Ali bin Abi Thalib, Al-Fadhl bin Al-‘Abbas, Usamah bin Zaid serta Abu Thalhah Al-Anshari radhiallahu ‘anhu. Ruqayyah dan Ummu Kultsum, dua putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah meridhai keduanya…. Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.
Jasad Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha dibawa turun dalam tanah pekuburannya oleh ‘Ali bin Abi Thalib, Al-Fadhl bin Al-‘Abbas, Usamah bin Zaid serta Abu Thalhah Al-Anshari radhiallahu ‘anhu. Ruqayyah dan Ummu Kultsum, dua putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah meridhai keduanya…. Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar