Menambahkan
kata “SAYYIDINA” dalam pembacaan shalawat, seperti shalawat
Ibrahimiyyah, baik di dalam shalat maupun di luar shalat hukumnya
disunnahkan. Hal itu diterangkan di dalam kitab “Al-Fiqhul Islami wa
Adillatuhu”, karya Dr. Wahbah az-Zuhaili, jilid 1 halaman 721, cetakan
“Darul Fikr”, Beirut Libanon dengan keterangan sebagai berikut:
“Ulama Hanafiyyah dan Syafi’iyyah
berkata: Disunnahkan menambahkan kata “Sayyid” pada nama Muhammad dalam
shalawat Ibrahimiyyah. Karena penambahan informasi dengan insiden yang
ada adalah essensi dari upaya menempuh adab yang baik. Dengan demikian,
menambahkan kata “Sayyid” pada nama Muhammad lebih utama daripada tidak
menambahkannya.
Adapun kaitannya dengan hadits yang
berbunyi, ‘Janganlah kalian mengagungkanku dalam shalat’, hadits ini
adalah hadits maudhu’ atau palsu.
Atas dasar itu redaksi shalawat yang lebih sempurna adalah sebagai berikut:
اللهم صل
علی سيدنا محمد وعلی ال سيدنا محمد گما صليت علی سيدنا إبراهيم وعلی ال
سيدنا إبراهيم وبارك علی سيدنا محمد وعلی ال سيدنا محمد گما بارکت علی
سيدنا إبراهيم وعلی ال سيدنا إبراهيم فی العالمين إنك حميد مجيد
(Allâhumma sholli ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âli Sayyidinâ Muhammadin kamâ shollaita ‘alâ Sayyidinâ Ibrôhîma wa ‘alâ âli Sayyidinâ Ibrôhîma Wa bârik ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âli Sayyidinâ Muhammadin kamâ bârokta ‘alâ Sayyidinâ Ibrôhîma wa ‘alâ âli Sayyidinâ Ibrôhîma Fîl ‘âlamîna innaka hamîdun majîd)
Artinya:
“Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada
junjungan kami, Nabi Muhammad dan keluarganya,, sebagaimana Engkau
limpahkan rahmat kepada junjungan kami, Nabi Ibrahim dan keluarganya.
Dan limpahkanlah keberkahan kepada junjungan kami. Nabi Muhammad dan
keluarganya, sebagaimana Engkau limpahkan keberkahan kepada junjungan
kami. Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Dzat Yang Mah
Terpuji lagi Maha Agung di seluruh alam semesta.”
Demikian juga di dalam kitab “Nihayatul
Muhtaj” karya Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi al-Abbas Ahmad bin Hamzah
Ibnu Syihabuddin ar-Ramli (1004 H / 1596 M), jilid 1 halaman 530,
cetakan “Darul Fikr”, Beirut Libanon, diterangkan pula bahwa dalam
pembacaan shalawat paling utama menggunakan lafazh “Sayyidina”.
Oleh: KH Muhammad Thobary Syadzily al-Bantani, Pengasuh Pondok Pesantren Al Husna Tangerang Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar