Senin, 01 September 2014

Aurat Nabi Muhammda SAW Tidak Pernah Dilihat Oleh Siapapun

Baginda Nabi Besar Muhammad Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam, sebagaimana disebutkan dalam kitab Madarij ash-Shu’ud karya Syaikh Nawawi al-Bantani halaman 12, menurut pendapat yang unggul di kalangan ulama Ahlussunnah wal Jama’ah sesungguhnya Nabi Muhammad Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam lahir pada saat menjelang fajar hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah.
Dan sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala mempunyai kehendak agar tiada seorang makhluk pun yang melihat aurat kekasihNya, sehingga Nabi Besar Muhammad Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam dilahirkan dalam keadaan sudah terkhitan dan terputus tali pusarnya. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Sirah Ibnu Katsir juz 1 halaman 208:
عن ابن عباس عن أبيه العباس بن عبد المطلب رضي الله عنه قال : ولد رسول الله صلى الله عليه وسلم مختونا مسرورا
“Abbas bin Abdul Muthallib Ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam lahir dalam keadaan sudah dikhitan dan terputus tali pusarnya (dalam keadaan bersih dan suci ).”
Juga telah disebutkan dalam kitab al-Khasha-ish al-Kubra karya al-Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abubakar as-Suyuthi juz 1 halaman 91:
أخرج الطبراني في الأوسط وأبو نعيم والخطيب وابن عساكر من طرق عن انس عن النبي {صلى الله عليه وسلم} انه قال من كرامتي على ربي اني ولدت مختونا ولم ير أحد سوأتي
“Anas bin Malik Ra. berkata bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya diantara kemuliaan yang Allah subhanahu wa ta’ala limpahkan kepadaku adalah aku terlahir dalam keadaan sudah terkhitan. Sehingga tidak ada satu makhluk pun yang melihat auratku.” (HR. Abu Na’im, al-Khatib dn Ibnu ‘Asakir).
Bahkan ketika Nabi Muhammad Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam dilahirkan, Sayyidah Aminah radhiyallahu ‘anha dan Sayyidah Maryam As. sama sekali tidak melihat auratnya. Yang nampak terlihat hanyalah suatu cahaya yang sangat agung berkilauan. Tidaklah yang terlihat oleh ibundanya (Sayyidah Aminah) selain beliau shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam sudah dalam keadaan bersih rapi dengan terselimuti sutera putih di atas hamparan sutera hijau dalam keadaan bersujud mengiba ke hadirat Allah Swt. dengan mengangkat jari telunjuknya dan mengucapkan:
ألله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا
“Allah Maha Besar dengan segala KeagunganNya. Segala puji bagi Allah atas segala anugerahNya, Maha Suci Allah kekal abadi selama-lamanya.”
Begitu pula ketika Nabi Muhammad Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam dalam asuhan Sayyidah Halimah as-Sa’diyyah radhiyallohu ‘anha, tidak ada seorangpun yang melihat auratnya. Karena setiap hari muncul cahaya dari langit, sebagaimana yang disaksikan sendiri oleh Sayyidah Halimah as-Sa’diyyah radhiyallohu ‘anha yang berkata:
“Sesungguhnya setiap hari muncul cahaya dari langit kepada beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan tidak lama kemudian menghilang.”
Bahkan sesunguhnya istri-istri beliau shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam pun tidak pernah melihat aurat NabiMuhammad Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam sebagaimana yang diriwayatkan dalam kitab Subul al-Huda wa ar-Rasyad juz 9 halaman 72:
عائشة رضي الله تعالى عنها قالت: وما رأيت من رسول الله صلى الله عليه وسلم وما رأى مني
“Sayyidah Aisyah radhiyallohu ‘anha berkata: “Sesungguhnya aku tidak pernah melihat aurat Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam pun tidak pernah melihat auratku.
Alhasil, mustahil bagi siapapun bisa melihat aurat Baginda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam sebagaimana diriwayatkan dalam kitab Khashaish al-Kubra juz 2 halaman 411:
وأخرج ابن سعد والبزار والبيهقي من طريق يزيد بن بلال عن علي فإنه لا يرى أحد عورتي إلا طمست عيناه
“Dari Sayyidina Ali radhiyallohu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang bisa melihat auratku kecuali sebelumnya ia akan menjadi buta.”
 (Sya’roni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar