Profesi Nabi Muhammad SAW (bagian 1)
Pengantar
Istilah
Profesi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ barangkali akan menimbulkan perdebatan. Namun tulisan ini
tidak dimaksudkan untuk memicu debat, karena yang dimaksud
profesi dalam tulisan ini adalah
pekerjaan/
mata pencaharian Rasulullah
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ untuk menghasilkan harta yang pernah
beliau lakukan. Lebih tepatnya, tulisan ini sebenarnya hendak mengupas
aspek sumber pemasukan harta Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
yang pernah tercatat dalam sejarah selama peri kehidupan beliau. Tentu
topik ini cukup layak dibahas, minimal menjadi jawaban dari sebuah
pertanyaan; Jika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menghabiskan
umurnya untuk perjuangan dakwah, berjihad, mengajar, memenangkan
Dienullah dan meninggikan kalimatNya sepanjang hidup, lalu bagaimana
cara beliau memenuhi kebutuhan sehari-hari, nafkah istri, dan
orang-orang yang ditanggung? Mudah-mudahan dengan tulisan ringan ini
kita lebih mengenal beliau dan bertambahlah cinta dalam hati kepada
beliau.
Dari cinta kita bermula, sebelum akhirnya awali segala.
Pembahasan
Ada beberapa sumber penghasilan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ yang tercatat dalam sejarah selama beliau hidup. Diantaranya;
1.Bekerja Sebagai Penggembala Kambing
Sebelum Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diangkat menjadi
Nabi dan Rasul, beliau pernah bekerja sebagai penggembala kambing dengan
upah beberapa
Qiroth. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (8/ 21)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا
بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ فَقَالَ أَصْحَابُهُ
وَأَنْتَ فَقَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ
مَكَّةَ
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan dia
mengembalakan kambing”. Para sahabat bertanya: “Termasuk engkau juga?”
Maka Beliau menjawab: “Ya, aku pun mengembalakannya dengan upah beberapa
Qiroth untuk penduduk Makkah”. (H.R.Bukhari)
Dalam hadis di atas, Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
menjelaskan bahwa semua Nabi adalah penggembala kambing. Ketika para
shahabat menanyakan apakah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
juga penggembala kambing, maka beliau menginformasikan sesuatu yang
selama ini belum pernah mereka ketahui yaitu bahwa beliau pernah menjadi
seorang penggembala kambing ketika beliau masih di Makkah. Beliau
menggembala kambing-kambing milik penduduk Makkah dengan upah beberapa
Qiroth atas jasa menggembala.
Qiroth dalam hadis ini bermakna ukuran berat perak yang setara dengan
0,2475 gram perak (sebagian ulama memahami Qiroth adalah ukuran berat
emas). Jika harga satu gram perak Rp 24.873,95 (berdasarkan info dalam
situs
http://lantakanemas.com
tgl 27 Jumada Al-Ula 1433 H/ 19 April 2012), maka Satu Qiroth perak
kira-kira senilai dengan Rp 6.156,3026. Atau anggaplah bulat Rp 6.000,-
Suwaid, salah satu perawi hadis ini menjelaskan bahwa penghitungan upah
menggembala yang dimaksud adalah satu Qiroth untuk satu kambing. Jika
kita asumsikan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menggembala
3-10 kambing berarti upah beliau kira-kira berkisar antara
Rp.18.000,-
Rp. 60.000,- . Jika makna Qiroth yang disebutkan dalam riwayat tersebut
adalah ukuran berat untuk emas, tentu konversi nilainya lebih besar
lagi, karena harga emas per gram berdasarakan info pada situs yang sama
Rp. 585.000 dengan ukuran satu Qiroth emas setara dengan 0,212 gram
emas.
Oleh karena itu riwayat ini menunjukkan bahwa penggembala kambing
adalah salah satu pekerjaan yang pernah dijalani Rasulullah صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai sumber penghasilan harta untuk mencukupi
kebutuhan. Artinya beliau pernah bekerja di bidang jasa, karena
menggembala kambing dengan kompensasi upah termasuk akad Ijaroh
(perkontrakan), yaitu akad pertukaran antara jasa/manfaat menggembala
dengan kompensasi harta berupa satu Qiroth perkambing.
2.Berdagang
Berdagangnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ adalah
sesuatu yang masyhur. Keterlibatan pertama dalam perdagangan beliau
adalah saat diajak pamannya ke Syam dalam usia remaja, kemudian ketika
tumbuh menjadi pemuda dewasa beliau bekerjasama dengan Khadijah
memperdagangkan barang jualannya dengan akad Mudhorobah. Ibnu Hisyam
menulis dalam kitabnya;
سيرة ابن هشام ت السقا (1/ 187)
قَالَ ابْنُ إسْحَاقَ: وَكَانَتْ خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ امْرَأَةً تَاجِرَةً ذَاتَ شَرَفٍ وَمَالٍ.
سيرة ابن هشام ت السقا (1/ 188)
تَسْتَأْجِرُ الرِّجَالَ فِي مَالِهَا وَتُضَارِبُهُمْ
إيَّاهُ، بِشَيْءٍ تَجْعَلُهُ لَهُمْ، وَكَانَتْ قُرَيْشٌ قَوْمًا
تُجَّارًا، فَلَمَّا بَلَغَهَا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَا بَلَغَهَا، مِنْ صَدْقِ حَدِيثِهِ، وَعِظَمِ أَمَانَتِهِ،
وَكَرَمِ أَخْلَاقِهِ، بَعَثَتْ إلَيْهِ فَعَرَضَتْ عَلَيْهِ أَنْ يَخْرُجَ
فِي مَالٍ لَهَا إلَى الشَّامِ تَاجِرًا، وَتُعْطِيهِ أَفَضْلَ مَا
كَانَتْ تُعْطِي غَيْرَهُ مِنْ التُّجَّارِ، مَعَ غُلَامٍ لَهَا يُقَالُ
لَهُ مَيْسَرَةَ، فَقَبِلَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مِنْهَا، وَخَرَجَ فِي مَالِهَا ذَلِكَ، وَخَرَجَ مَعَهُ
غُلَامُهَا مَيْسَرَةُ حَتَّى قَدِمَ الشَّامَ.
Ibnu Ishaq berkata: Khadijah binti Khuwailid adalah seorang
wanita pedagang yang mulia dan kaya. Beliau mengkontrak para lelaki
untuk menjalankan hartanya dan bekerjasama dengan akad Mudhorobah
dengan mereka atas kesepakatan upah tertentu. Orang-orang Quraisy adalah
kaum pedagang. Ketika Khadijah mendengar kejujuran ucapan Nabi,
besarnya sifat amanat dan kemuliaan akhlaknya, Khadijah mengirimkan
utusan untuk menawari beliau mengelola hartanya menuju Syam menjadi
pedagang. Khadijah memberi beliau kompensasi yang paling menguntungkan
dari semua kompensasi yang pernah diberikan kepada para pedagang. Misi
dagang itu ditemani orang Khadijah yang bernama Maisaroh. Maka
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَmenerima
tawaran bisnis tersebut dan keluar untuk mengelola harta Khadijah dan
Maisaroh ikut keluar menemani Nabi hingga sampai di negeri Syam (Sirah
Ibnu Hisyam, vol.1 hlm 187-188)
3.
Ghanimah
Setelah peristiwa berdaganggya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ke Syam, maka Khadijah menikah dengan beliau. Tidak lama
kemudian, beliau diangkat menjadi Nabi. Kemudian beliau berjuang
menyampaikan Risalah kenabian hingga wafatnya Khadijah. Tidak lama
sesudah wafatnya Khadijah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pun
berhijrah ke Madinah. Di Madinah, beliau memfokuskan dirinya
menjalankan tugas-tugas kenabian sekaligus menjadi kepala negara yang
mengurusi urusan rakyatnya. Kemudian Allah mewajibkan jihad (perang
untuk meninggikan Kalimatullah), dan memberi beliau rizki dari sebagian
Ghanimah (harta rampasan) dari peperangan-peperangan yang dimenangkan
kaum Muslimin. Allah berfirman;
{وَاعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ } [الأنفال: 41]
Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai
rampasan perang , Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah dan untuk
Rasul (Al-Anfal; 41)
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sendiri pernah mengatakan
bahwa setelah Jihad diwajibkan, Allah memberinya rizki dari pintu Jihad.
Ahmad meriwayatkan;
مسند أحمد (10/ 404)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بُعِثْتُ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللَّهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَجُعِلَ
رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي
Dari Ibnu Umar ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Aku diutus dengan pedang hingga Allah yang sembah
dan tiada sekutu bagi-Nya, rizkiku dijadikan di bawah bayang-bayang
tombakku (H.R.Ahmad)
Kehalalan Ghanimah bagi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
memang diantara keistimewaan dan kekhususan beliau yang tidak diberikan
kepada Nabi-Nabi yang lain. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (2/ 218)
جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي
نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا
وَطَهُورًا وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ
فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ لِي الْغَنَائِمُ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ
Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan
kepada seorangpun dari Nabi-Nabi sebelumku; aku ditolong melawan musuhku
dengan ketakutan mereka sepanjang sebulan perjalanan, bumi dijadikan
untukku sebagai tempat sujud dan suci; maka dimana saja seorang dari
ummatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat. Dihalalkan harta rampasan untukku,
para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus
untuk seluruh manusia, dan aku diberikah (hak) syafa’at”.(H.R.Bukhari)
Sebelum Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diutus, Ghanimah
diharamkan bagi umat-umat terdahulu. Semua Ghanimah yang didapatkan
disambar api yang diturunkan Allah dari langit yang kemudian
menghabiskannya. At-Tirmidzi meriwayatkan;
سنن الترمذى (10/ 350)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَمْ تَحِلَّ الْغَنَائِمُ لِأَحَدِ سُودِ الرُّءُوسِ مِنْ قَبْلِكُمْ كَانَتْ تَنْزِلُ نَارٌ مِنْ السَّمَاءِ فَتَأْكُلُهَا
Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Harta
rampasan perang itu tidak dihalalkan bagi seorangpun sebelum kalian
karena dulu langsung dilalap api yang turun dari langit. (H.R.At-Tirmidzi)
4.
Fai’
Sumber rizki Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang lain setelah beliau berhijrah ke Madinah adalah
Fai’.
Fai’ juga semakna dengan
Ghanimah. Perbedaannya, jika
Ghanimah adalah harta rampasan yang diperoleh setelah dilakukan peperangan, maka
Fai’ adalah harta rampasan yang diperoleh tanpa peperangan. Allah menerangkan dalam Al-Quran bahwa
Fai’ adalah salah satu hak Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . Allah berfirman;
{ مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ} [الحشر: 7]
Apa saja Fai’ (harta rampasan) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka
adalah untuk Allah, dan untuk Rasul (Al-Hasyr; 7)
(bersambung)
Profesi Nabi Muhammad SAW (bagian 2)
5.
Hadiah
Sumber rizki Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang lain
adalah Hadiah-hadiah. Para Shahabat karena kecintaan mereka kepada
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan inginnya mereka dicintai
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mereka memberikan
hadiah-hadiah. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkenan
menerima hadiah-hadiah tersebut dan berusaha membalasnya. Bukhari
meriwayatkan;
صحيح البخاري (9/ 36)
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَيُثِيبُ عَلَيْهَا
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha berkata: “Adalah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menerima pemberian hadiah dan membalasnya”
(H.R.Bukhari)
Beliau berkenan menerima hadiah meski sesuatu yang remeh seperti bagian betis yang tipis. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (9/ 12)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
لَوْ دُعِيتُ إِلَى ذِرَاعٍ أَوْ كُرَاعٍ لَأَجَبْتُ وَلَوْ أُهْدِيَ
إِلَيَّ ذِرَاعٌ أَوْ كُرَاعٌ لَقَبِلْتُ
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Seandainya aku diundang untuk jamuan makan sebesar
satu paha depan (kambing) atau satu paha belakangnya, pasti aku penuhi
dan seandainya aku diberi hadiah makanan satu paha depan (kambing) atau
satu paha belakang pasti aku terima”. (H.R.Bukhari)
Beliau juga pernah menerima hadiah keju dan lemak;
صحيح البخاري (9/ 23)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
أَهْدَتْ أُمُّ حُفَيْدٍ خَالَةُ ابْنِ عَبَّاسٍ إِلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقِطًا وَسَمْنًا
وَأَضُبًّا فَأَكَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ
الْأَقِطِ وَالسَّمْنِ وَتَرَكَ الضَّبَّ تَقَذُّرًا قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ
فَأُكِلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَلَوْ كَانَ حَرَامًا مَا أُكِلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata: “Ummu Hufaid, bibi
dari Ibnu ‘Abbas menghadiahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
keju, minyak samin dan daging biawak. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam memakan keju dan minyak samin tapi membiarkan daging biawak
karena tidak menyukainya”. Ibnu ‘Abbas berkata: “Semua itu dihidangkan
pada makanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seandainya
diharamkan tentu tidak akan dihidangkan pada makanan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam “. (H.R.Bukhari)
Bahkan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ juga menerima hadih
dari orang kafir. Beliau pernah menerima hadiah Baghal dari raja
Aylah. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (10/ 416)
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ
غَزَوْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تَبُوكَ وَأَهْدَى مَلِكُ أَيْلَةَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَغْلَةً بَيْضَاءَ وَكَسَاهُ بُرْدًا وَكَتَبَ لَهُ
بِبَحْرِهِمْ
Dari Abu Humaid as-Sa’idiy berkata; “Kami ikut perang Tabuk
bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu raja Aylah memberi hadiah
seekor baghal berwarna putih kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
dan Beliau (membalas) dengan memakaikan burdah kepada raja itu dan
menetapkan baginya untuk tetap berkuasa atas negerinya”. (H.R.Bukhari)
Beliau juga pernah menerima hadiah pakaian bagus dari raja yang
bernama Ukaidir dari negeri yang bernama Dumatul Jandal. Muslim
meriwayatkan;
صحيح مسلم (12/ 244)
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ أُكَيْدِرَ دُومَةِ الْجَنْدَلِ أَهْدَى لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُلَّةً
Dari Anas bahwa Ukaidir Dumatul Jandal memberi hadiah pakaian sutera kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (H.R.Muslim)
Hanya saja, meski beliau menerima hadiah, namun beliau tidak
berkenan menerima Shodaqoh. Perbedaan hadiah dengan Shodaqoh adalah;
Hadiah itu pemberian yang mngandung unsur memuliakan, mengagungkan,
cinta, kasih sayang dan simpati, sementara Shodaqoh itu dimaksudkan
untuk Taqorrub kepada Allah, membersihkan diri dari kotoran dosa dan
diberikan kepaad orang yang membutuhkan. Dalil yang menunjukkan Nabi
berkenan menerima hadiah tetapi tidak berkenan menerima Shodaqoh adalah
hadis berikut;
سنن أبى داود – م (4/ 296)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَلاَ يَأْكُلُ الصَّدَقَةَ
Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menerima hadiah namun tidak makan Shodaqoh (H.R.Abu Dawud)
6.
Hibah
Sumber rizki Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang lain
adalah Hibah-Hibah. Hibah adalah pemberian secara mutlak. Semua jenis
pemberian (termasuk shodaqoh dan hadiah) bisa disebut hibah, tetapi
hibah tidak bisa disebut hadiah atau shodaqoh. Hibah lebih umum daripada
hadiah atau Shadaqoh. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
menerima hibah sebagaimana menerima hadiah. Rasulullah صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah menerima pemberian pangkal paha kelinci.
Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (9/ 19)
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
أَنْفَجْنَا أَرْنَبًا بِمَرِّ الظَّهْرَانِ فَسَعَى
الْقَوْمُ فَلَغَبُوا فَأَدْرَكْتُهَا فَأَخَذْتُهَا فَأَتَيْتُ بِهَا
أَبَا طَلْحَةَ فَذَبَحَهَا وَبَعَثَ بِهَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِوَرِكِهَا أَوْ فَخِذَيْهَا قَالَ
فَخِذَيْهَا لَا شَكَّ فِيهِ فَقَبِلَهُ قُلْتُ وَأَكَلَ مِنْهُ قَالَ
وَأَكَلَ مِنْهُ ثُمَّ قَالَ بَعْدُ قَبِلَهُ
Dari Anas radliallahu ‘anhu berkata: “Kami pernah menggebah
kelinci di lembah Marru Azh-Zhohran, orang-orang berusaha menangkapnya
hingga mereka keletihan. Kemudian aku bisa menangkapnya lalu aku bawa
menghadap Abu Tholhah. Maka dia menyembelihnya kemudian dikirim daging
paha depannya atau paha belakangnya kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Dia (Anas) berkata: “Daging pahanya dan tidak
diragukan lagi. Lalu Beliau menerimanya”. Aku bertanya: “Apakah Beliau
memakannya?”. Dia berkata: “Ya Beliau memakannya”. Kemudian dia sambung:
“Setelah menerimanya”. (H.R.Bukhari)
Beliau juga pernah menerima pemberian hasil upah meruqyah. Imam Muslim meriwayatkan;
صحيح مسلم (11/ 204)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانُوا فِي سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ
الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ
فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَيِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ فَقَالَ
رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِيَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى أَنْ
يَقْبَلَهَا وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ
إِلَّا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَتَبَسَّمَ وَقَالَ وَمَا أَدْرَاكَ
أَنَّهَا رُقْيَةٌ ثُمَّ قَالَ خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِي بِسَهْمٍ
مَعَكُمْ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ
نَافِعٍ كِلَاهُمَا عَنْ غُنْدَرٍ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ
عَنْ أَبِي بِشْرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَقَالَ فِي الْحَدِيثِ فَجَعَلَ
يَقْرَأُ أُمَّ الْقُرْآنِ وَيَجْمَعُ بُزَاقَهُ وَيَتْفِلُ فَبَرَأَ
الرَّجُلُ
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa beberapa orang sahabat melakukan
perjalanan jauh dan berhenti untuk istirahat pada salah satu
perkampungan ‘Arab, lalu mereka minta dijamu oleh penduduk kampung itu.
Tetapi penduduk enggan menjamu mereka. Penduduk bertanya kepada para
sahabat; ‘Adakah di antara tuan-tuan yang pandai mantera? Kepala kampung
kami digigit serangga.’ Menjawab seorang sahabat; ‘Ya, ada! Kemudian
dia mendatangi kepala kampung itu dan memanterainya dengan membaca surat
Al Fatihah. Maka kepala kampung itu pun sembuh. Kemudian dia diberi
upah kurang lebih tiga puluh ekor kambing. Tetapi dia enggan menerima
seraya mengatakan; ‘Tunggu! Aku akan menanyakannya lebih dahulu kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, apakah aku boleh menerimanya.’ Lalu
dia datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menanyakannya hal
itu, katanya; ‘Ya, Rasulullah! Demi Allah, aku telah memanterai
seseorang dengan membacakan surat Al Fatihah.’ Beliau tersenyum
mendengar cerita sahabatnya dan bertanya: ‘Bagaimana engkau tahu Al
Fatihah itu mantera? ‘ Kemudian sabda beliau pula: ‘Terimalah pemberian
mereka itu, dan berilah aku bagian bersama-sama denganmu. (H.R.Muslim)
Beliau juga pernah menerima pemberian segelas air susu dari Ummu
Al-Fadhl yang ingin mengetahui apakah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ sedang berpuasa ataukah tidak. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (17/ 318)
عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ قَالَتْ
شَكَّ النَّاسُ فِي صِيَامِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَرَفَةَ فَأَرْسَلْتُ إِلَيْهِ بِإِنَاءٍ فِيهِ
لَبَنٌ فَشَرِبَ
Dari Ummu Fadl dia berkata; Orang-orang ragu mengenai puasa
‘Arafah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, oleh karena itu aku
mengirim semangkuk susu kepada beliau, lalu beliau meminumnya.
(H.R.Bukhari)
Seorang wanita Yahudi juga pernah memberinya daging kambing matang
yang diterima beliau namun setelah itu diketahui ternyata daging kambing
tersebut beracun. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (9/ 81)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ يَهُودِيَّةً أَتَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَاةٍ مَسْمُومَةٍ فَأَكَلَ مِنْهَا فَجِيءَ بِهَا
فَقِيلَ أَلَا نَقْتُلُهَا قَالَ لَا فَمَا زِلْتُ أَعْرِفُهَا فِي
لَهَوَاتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu bahwa, ada seorang wanita
Yahudi yang datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan
membawa seekor kambing yang telah diracun lalu Beliau memakannya.
Kemudian wanita itu diringkus dengan bukti daging tersebut dan
dikatakan; “Tidak sebaiknyakah kita bunuh saja?” Beliau menjawab:
“Jangan”. Sejak itu aku senantiasa aku melihat bekas racun tersebut pada
langit-langit mulut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
(H.R.Bukhari)
Demikianlah penjelasan sumber-sumber
rizki Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Mudah-mudahan bermanfaat. Allahumma Shalli ‘Ala Muhammad Wa ‘ala Ali Muhammad.
Wallahua’lam.