Minggu, 28 September 2014

Pengagungan dan penghormatan pada Rasul tidak hanya saat hidup saja

PENGHORMATAN DAN PENGAGUNGAN KPD RASULULLOH TDK TERBATAS SAAT HIDUP SAJA
Dinukil dari kitab As Syifa Bita'riifi Huquqil Mustofa karangan Al Qodhi 'Iyadh
الفصل الثالث : حرمته ، وتوقيره - صلى الله عليه وسلم -
واعلم أن حرمة النبي - صلى الله عليه وسلم - بعد موته ، وتوقيره ، وتعظيمه لازم كما كان حال حياته ، وذلك عند ذكره - صلى الله عليه وسلم - ، وذكر حديثه ، وسنته ، وسماع اسمه ، وسيرته ، ومعاملة آله ، وعترته ، وتعظيم أهل بيته ، وصحابته .
fasal ketiga tentang menghormat dan mengagungkan rasululloh shollallohu 'alaihi wasallam
ketahuilah bahwa sesungguhnya penghormatan dan pengagungan terhadap Rasululloh shollallohu 'alaihi wasallam stelah wafatnya Beliau adalah wajib sebagaimana keadaan Beliau masih hidup. yaitu ketika beliau disebut dan juga hadisnya, sunnahnya, mendengar namanya, sejarahnya, ketika bermuamalah dgn kluarganya, keturunannya dan jg mengagungkan ahlul bait dan jg para shohabatnya.
وقال أبو إبراهيم التجيبي : واجب على كل مؤمن متى ذكره ، أو ذكر عنده أن يخضع ، ويخشع ، ويتوقر ، ويسكن من حركته ، ويأخذ في هيبته ، وإجلاله بما كان يأخذ به نفسه لو كان بين يديه ، ويتأدب بما أدبنا الله به .
قال القاضي أبو الفضل : وهذه كانت سيرة سلفنا الصالح ، وأئمتنا الماضين - رضي الله عنهم - .
syeh abu ibrahim at tujiby berkata, " wajib bagi setiap orang yg beriman ketika menyebut nama Rasululloh , atau nama beliau disebut di sampingnya yaitu tunduk , khusyu' , menghormat , tenang dari gerakan dan jg merasakan wibawanya Rasul, mengagungkan beliau sebagaimana jika beliau ada dihadapannya , dan jg bertatakrama sebagaimana Allah mengajarkan tatakrama thd kita."
al qodhi abul fadl berkata, " seperti itulah yg dilakukan oleh salafus sholeh zaman dulu dan juga para imam yg telah lalu."
semoga Allah meridhoi mereka.
ابن حميد ، قال : ناظر أبو جعفر أمير المؤمنين مالكا في مسجد رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ، فقال له مالك : يا أمير المؤمنين ، لا ترفع صوتك في هذا المسجد ، فإن الله - تعالى - أدب قوما فقال : لا ترفعوا أصواتكم فوق صوت النبي [ الحجرات : 2 ] الآية .
ومدح قوما فقال : إن الذين يغضون أصواتهم عند رسول الله [ الحجرات : 3 ] الآية .
وذم قوما فقال : إن الذين ينادونك من وراء الحجرات أكثرهم لا يعقلون [ الحجرات : 4 ] الآية . وإن حرمته ميتا كحرمته حيا .
ibnu humaid berkata,
" suatu kali amirul mukminin abu jakfar berdiskusi dgn imam malik di masjidnya Rasululloh shollallohu alaihi wasallam, kemudian imam malik berkata kpd abu jakfar,
" wahai amirul mukminin, janganlah engkau keraskan suaramu di masjid ini, karena sesungguhnya Allah telah mengajari adab thd suatu kaum ,
Allah berfirman dalam surat al hujrot ayat 2 " janganlah kalian angkat suara kalian melebihi suaranya nabi "
dan Allah jg memuji suatu kaum dgn firman-Nya dalam surat al hujrot ayat 3 " sesungguhnya orang2 yg merendahkan suaranya disamping Rasululloh ".
dan Alah jg mencela suatu kaum dalam surat al hujrot ayat 4 " sesungguhnya orang2 yg memanggilmu dari belakang bilik2 kebanyakan mereka tdk berakal "
dan sesungguhnya menghormati beliau setelah meninggal itu sama seperti menghormati beliau shollallohu 'alaihi wasalam ketika masih hidup."
فاستكان لها أبو جعفر ، وقال : يا أبا عبد الله ، أستقبل القبلة ، وأدعو أم أستقبل رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ؟
kemudian abu jakfar menjadi tunduk sebab keterangan tsb dan berkata,
" wahai abu abdillah (julukan utk imam malik) apakah aku harus menghadap ke qiblat kemudian aku berdoa ataukah aku harus menghadap ke Rasululloh shollallohu alaihi wasallam ? "
فقال : ولم تصرف وجهك عنه ، وهو وسيلتك ، ووسيلة أبيك آدم - عليه السلام - إلى الله - تعالى - يوم القيامة بل استقبله ، واستشفع به ، فيشفعه الله ، قال الله - تعالى - : ولو أنهم إذ ظلموا أنفسهم [ النساء : 64 ] الآية .
maka imam malik menjawab,
" dan janganlah kau palingkan wajahmu dari nabi , Beliau adalah wasilahmu, dan jg wasilahnya bapakmu nabi Adam alaihis salaam kepada Allah ta'ala pada hari kiamat, tapi menghadaplah kepada beliau dan mintalah syafaatnya shollalallohu alaihi wasallam maka Allah akan memberikan syafaatnya ,
Allah berfirman dalam surat an nisa' ayat 64 " Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

wallohu a'lam.

كتاب الشفا بتعريف حقوق المصطفى
للقاضي عياض بن موسى اليحصبي السبتي المغربي
# pemilik kitab khulashotul kalam mengatakan ,
" sesungguhnya kisah diatas jg di riwayatkan oleh as subki dalam kitabnya syifaus saqom fi ziaroti khoiril anam, as samhudi dalam kitab khulasotul wafa, al qostolani dalam kitab mawahibul laduniyah dan jg ibnu hajar dalam kitab tuhfatuz zawar dan kitab al jauharul munadzdom."
ibnu hajar dalam kitab jauharul munaddzdom berkata, " riwayat tsb dari imam malik datang dgn sanad yg shohih dan tdk ada yg membantahnya."
az zarqoni dalam kitab sarah al mawahib berkata, " ibnu fahd jg meriwayatkan kish tsb dgn sanad yg baik, al qodhi iyadh meriwayatkannya dlm kitab as syifa dgn sanad yg shohih dan rijalnya tsiqoh dan dalam sanad tersebut tdk ada yg palsu ataupun bohong."

wallohu a'lam.

" ALLAHUMMA SHOLLI 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD "

Sabtu, 27 September 2014

Profesi Nabi Muhammad SAW

Profesi Nabi Muhammad SAW (bagian 1)

Pengantar
Istilah Profesi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ barangkali akan menimbulkan perdebatan. Namun tulisan ini tidak dimaksudkan untuk memicu debat, karena  yang dimaksud profesi dalam tulisan ini adalah pekerjaan/mata pencaharian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  untuk menghasilkan harta yang pernah beliau lakukan. Lebih tepatnya, tulisan ini sebenarnya hendak mengupas aspek sumber pemasukan harta Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang pernah tercatat dalam sejarah selama peri kehidupan beliau. Tentu topik  ini cukup layak dibahas, minimal menjadi jawaban dari sebuah pertanyaan; Jika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menghabiskan umurnya untuk perjuangan dakwah, berjihad, mengajar,  memenangkan  Dienullah dan meninggikan kalimatNya sepanjang hidup, lalu bagaimana cara beliau memenuhi kebutuhan sehari-hari, nafkah istri, dan orang-orang yang ditanggung? Mudah-mudahan dengan tulisan ringan ini kita lebih mengenal beliau dan bertambahlah cinta dalam hati kepada beliau.
Dari cinta kita bermula, sebelum akhirnya awali segala.


Pembahasan
Ada beberapa sumber penghasilan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang tercatat dalam sejarah selama beliau hidup. Diantaranya;

1.Bekerja Sebagai Penggembala Kambing
Sebelum Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diangkat menjadi Nabi dan Rasul, beliau pernah bekerja sebagai penggembala kambing dengan upah beberapa Qiroth. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (8/ 21)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan dia mengembalakan kambing”. Para sahabat bertanya: “Termasuk engkau juga?” Maka Beliau menjawab: “Ya, aku pun mengembalakannya dengan upah beberapa Qiroth untuk  penduduk Makkah”. (H.R.Bukhari)
Dalam hadis di atas,  Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjelaskan bahwa semua Nabi adalah penggembala kambing. Ketika para shahabat menanyakan apakah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ juga penggembala kambing, maka beliau menginformasikan sesuatu yang selama ini belum pernah mereka ketahui yaitu bahwa beliau pernah menjadi seorang penggembala kambing ketika beliau masih di Makkah. Beliau menggembala kambing-kambing milik penduduk Makkah dengan upah beberapa Qiroth atas jasa menggembala.
Qiroth dalam hadis ini bermakna ukuran berat perak yang setara dengan 0,2475 gram perak (sebagian ulama memahami Qiroth adalah ukuran berat emas). Jika harga satu gram perak Rp 24.873,95 (berdasarkan info dalam situs http://lantakanemas.com tgl 27 Jumada Al-Ula 1433 H/ 19 April 2012), maka Satu Qiroth perak kira-kira senilai dengan Rp 6.156,3026.  Atau anggaplah bulat Rp 6.000,- Suwaid, salah satu perawi hadis ini menjelaskan bahwa penghitungan upah menggembala yang dimaksud adalah satu Qiroth untuk satu kambing. Jika kita asumsikan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menggembala 3-10 kambing berarti upah beliau kira-kira berkisar antara Rp.18.000,- Rp. 60.000,- . Jika makna Qiroth yang disebutkan dalam riwayat tersebut adalah ukuran berat untuk emas, tentu konversi nilainya lebih besar lagi, karena harga emas per gram berdasarakan info pada situs yang sama Rp. 585.000 dengan ukuran satu Qiroth emas setara dengan 0,212 gram emas.
Oleh karena itu riwayat ini menunjukkan bahwa penggembala kambing adalah salah satu pekerjaan yang pernah dijalani Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai sumber penghasilan harta untuk mencukupi kebutuhan. Artinya beliau pernah bekerja di bidang jasa, karena menggembala kambing dengan kompensasi upah termasuk akad Ijaroh (perkontrakan), yaitu akad pertukaran antara jasa/manfaat menggembala dengan kompensasi harta berupa satu Qiroth perkambing.
2.Berdagang
Berdagangnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ adalah sesuatu yang masyhur. Keterlibatan pertama dalam perdagangan beliau adalah saat diajak pamannya ke Syam dalam usia remaja, kemudian ketika tumbuh menjadi pemuda dewasa beliau bekerjasama dengan Khadijah memperdagangkan barang jualannya dengan akad Mudhorobah. Ibnu Hisyam menulis dalam  kitabnya;
سيرة ابن هشام ت السقا (1/ 187)
قَالَ ابْنُ إسْحَاقَ: وَكَانَتْ خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ امْرَأَةً تَاجِرَةً ذَاتَ شَرَفٍ وَمَالٍ.
سيرة ابن هشام ت السقا (1/ 188)
تَسْتَأْجِرُ الرِّجَالَ فِي مَالِهَا وَتُضَارِبُهُمْ  إيَّاهُ، بِشَيْءٍ تَجْعَلُهُ لَهُمْ، وَكَانَتْ قُرَيْشٌ قَوْمًا تُجَّارًا، فَلَمَّا بَلَغَهَا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا بَلَغَهَا، مِنْ صَدْقِ حَدِيثِهِ، وَعِظَمِ أَمَانَتِهِ، وَكَرَمِ أَخْلَاقِهِ، بَعَثَتْ إلَيْهِ فَعَرَضَتْ عَلَيْهِ أَنْ يَخْرُجَ فِي مَالٍ لَهَا إلَى الشَّامِ تَاجِرًا، وَتُعْطِيهِ أَفَضْلَ مَا كَانَتْ تُعْطِي غَيْرَهُ مِنْ التُّجَّارِ، مَعَ غُلَامٍ لَهَا يُقَالُ لَهُ مَيْسَرَةَ، فَقَبِلَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهَا، وَخَرَجَ فِي مَالِهَا ذَلِكَ، وَخَرَجَ مَعَهُ غُلَامُهَا مَيْسَرَةُ حَتَّى قَدِمَ الشَّامَ.
Ibnu Ishaq berkata: Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang yang mulia dan kaya. Beliau mengkontrak para lelaki untuk menjalankan hartanya dan  bekerjasama dengan akad Mudhorobah dengan mereka atas kesepakatan upah tertentu. Orang-orang Quraisy adalah kaum pedagang. Ketika Khadijah mendengar kejujuran ucapan Nabi, besarnya sifat amanat dan kemuliaan akhlaknya, Khadijah mengirimkan utusan untuk menawari beliau mengelola hartanya menuju Syam menjadi pedagang. Khadijah memberi beliau kompensasi  yang paling menguntungkan dari semua kompensasi yang pernah diberikan kepada para pedagang. Misi dagang itu ditemani orang  Khadijah yang bernama Maisaroh.  Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَmenerima tawaran bisnis tersebut dan keluar untuk mengelola harta Khadijah dan Maisaroh ikut keluar menemani Nabi hingga sampai di negeri Syam (Sirah Ibnu Hisyam, vol.1 hlm 187-188)
3.Ghanimah
Setelah peristiwa berdaganggya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ke Syam, maka Khadijah menikah dengan beliau. Tidak lama kemudian, beliau diangkat menjadi Nabi. Kemudian beliau berjuang  menyampaikan Risalah kenabian hingga wafatnya Khadijah. Tidak lama sesudah wafatnya Khadijah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pun berhijrah ke Madinah.  Di Madinah, beliau memfokuskan dirinya menjalankan tugas-tugas kenabian sekaligus menjadi kepala negara yang mengurusi urusan rakyatnya. Kemudian  Allah mewajibkan jihad (perang untuk meninggikan Kalimatullah), dan memberi beliau rizki dari sebagian Ghanimah (harta rampasan) dari peperangan-peperangan yang dimenangkan kaum Muslimin. Allah berfirman;
{وَاعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ } [الأنفال: 41]
Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang , Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah dan untuk Rasul (Al-Anfal; 41)
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sendiri pernah mengatakan bahwa setelah Jihad diwajibkan, Allah memberinya rizki dari pintu Jihad. Ahmad meriwayatkan;
مسند أحمد (10/ 404)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُعِثْتُ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللَّهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي
Dari Ibnu Umar ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diutus dengan pedang hingga Allah yang sembah dan tiada sekutu bagi-Nya, rizkiku dijadikan di bawah bayang-bayang tombakku (H.R.Ahmad)
Kehalalan Ghanimah bagi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memang diantara keistimewaan dan kekhususan beliau yang tidak diberikan kepada Nabi-Nabi yang lain. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (2/ 218)
جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ لِي الْغَنَائِمُ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ
Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorangpun dari Nabi-Nabi sebelumku; aku ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka sepanjang sebulan perjalanan, bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan suci; maka dimana saja seorang dari ummatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat. Dihalalkan harta rampasan untukku, para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia, dan aku diberikah (hak) syafa’at”.(H.R.Bukhari)
Sebelum Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diutus, Ghanimah diharamkan bagi umat-umat terdahulu. Semua Ghanimah yang didapatkan disambar api yang diturunkan Allah dari  langit yang kemudian menghabiskannya. At-Tirmidzi meriwayatkan;
سنن الترمذى (10/ 350)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَمْ تَحِلَّ الْغَنَائِمُ لِأَحَدِ سُودِ الرُّءُوسِ مِنْ قَبْلِكُمْ كَانَتْ تَنْزِلُ نَارٌ مِنْ السَّمَاءِ فَتَأْكُلُهَا
Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Harta rampasan perang itu tidak dihalalkan bagi seorangpun sebelum kalian karena dulu langsung dilalap api yang turun dari langit. (H.R.At-Tirmidzi)
4.Fai’
Sumber rizki Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang lain setelah beliau berhijrah ke Madinah adalah Fai’.  Fai’ juga semakna dengan Ghanimah. Perbedaannya, jika Ghanimah adalah harta rampasan yang diperoleh setelah dilakukan peperangan, maka Fai’ adalah harta rampasan yang diperoleh tanpa peperangan. Allah menerangkan dalam Al-Quran bahwa Fai’ adalah salah satu hak Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . Allah berfirman;
{ مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ} [الحشر: 7]
Apa saja Fai’ (harta rampasan) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, dan untuk Rasul (Al-Hasyr; 7)
(bersambung)

Profesi Nabi Muhammad SAW (bagian 2)

5.Hadiah
Sumber rizki Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang lain adalah Hadiah-hadiah. Para Shahabat karena kecintaan mereka kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan inginnya mereka dicintai Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mereka memberikan hadiah-hadiah. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkenan menerima hadiah-hadiah tersebut dan berusaha membalasnya. Bukhari meriwayatkan;

صحيح البخاري (9/ 36)
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَيُثِيبُ عَلَيْهَا
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha berkata: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerima pemberian hadiah dan membalasnya” (H.R.Bukhari)
Beliau berkenan menerima hadiah meski sesuatu yang remeh seperti bagian betis yang tipis. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (9/ 12)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ دُعِيتُ إِلَى ذِرَاعٍ أَوْ كُرَاعٍ لَأَجَبْتُ وَلَوْ أُهْدِيَ إِلَيَّ ذِرَاعٌ أَوْ كُرَاعٌ لَقَبِلْتُ
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seandainya aku diundang untuk jamuan makan sebesar satu paha depan (kambing) atau satu paha belakangnya, pasti aku penuhi dan seandainya aku diberi hadiah makanan satu paha depan (kambing) atau satu paha belakang pasti aku terima”. (H.R.Bukhari)
Beliau juga pernah menerima hadiah keju dan lemak;
صحيح البخاري (9/ 23)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
أَهْدَتْ أُمُّ حُفَيْدٍ خَالَةُ ابْنِ عَبَّاسٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقِطًا وَسَمْنًا وَأَضُبًّا فَأَكَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْأَقِطِ وَالسَّمْنِ وَتَرَكَ الضَّبَّ تَقَذُّرًا قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَأُكِلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ كَانَ حَرَامًا مَا أُكِلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata: “Ummu Hufaid, bibi dari Ibnu ‘Abbas menghadiahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keju, minyak samin dan daging biawak. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memakan keju dan minyak samin tapi membiarkan daging biawak karena tidak menyukainya”. Ibnu ‘Abbas berkata: “Semua itu dihidangkan pada makanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seandainya diharamkan tentu tidak akan dihidangkan pada makanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam “. (H.R.Bukhari)

Bahkan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ juga menerima hadih dari orang  kafir. Beliau pernah menerima hadiah Baghal dari raja Aylah. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (10/ 416)
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ
غَزَوْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبُوكَ وَأَهْدَى مَلِكُ أَيْلَةَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَغْلَةً بَيْضَاءَ وَكَسَاهُ بُرْدًا وَكَتَبَ لَهُ بِبَحْرِهِمْ
Dari Abu Humaid as-Sa’idiy berkata; “Kami ikut perang Tabuk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu raja Aylah memberi hadiah seekor baghal berwarna putih kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Beliau (membalas) dengan memakaikan burdah kepada raja itu dan menetapkan baginya untuk tetap berkuasa atas negerinya”. (H.R.Bukhari)
Beliau juga pernah menerima hadiah pakaian bagus dari raja yang bernama Ukaidir dari negeri  yang bernama Dumatul Jandal. Muslim meriwayatkan;
صحيح مسلم (12/ 244)
 عَنْ أَنَسٍ أَنَّ أُكَيْدِرَ دُومَةِ الْجَنْدَلِ أَهْدَى لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُلَّةً
Dari Anas bahwa Ukaidir Dumatul Jandal memberi hadiah pakaian sutera kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (H.R.Muslim)
Hanya saja, meski beliau menerima hadiah, namun  beliau tidak berkenan menerima Shodaqoh. Perbedaan hadiah dengan Shodaqoh adalah; Hadiah itu pemberian yang mngandung unsur memuliakan, mengagungkan, cinta, kasih sayang dan simpati, sementara Shodaqoh itu dimaksudkan untuk Taqorrub kepada Allah, membersihkan diri dari kotoran dosa dan diberikan kepaad orang yang membutuhkan. Dalil yang menunjukkan Nabi berkenan menerima hadiah tetapi tidak berkenan menerima Shodaqoh adalah hadis berikut;
سنن أبى داود – م (4/ 296)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَلاَ يَأْكُلُ الصَّدَقَةَ
Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerima hadiah namun tidak makan Shodaqoh (H.R.Abu Dawud)

6.Hibah
Sumber rizki Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang lain adalah Hibah-Hibah. Hibah adalah pemberian secara mutlak. Semua jenis pemberian (termasuk shodaqoh dan hadiah) bisa disebut hibah, tetapi hibah tidak bisa disebut hadiah atau shodaqoh. Hibah lebih umum daripada hadiah atau Shadaqoh. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menerima hibah sebagaimana menerima hadiah. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah menerima pemberian pangkal paha kelinci. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (9/ 19)
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
أَنْفَجْنَا أَرْنَبًا بِمَرِّ الظَّهْرَانِ فَسَعَى الْقَوْمُ فَلَغَبُوا فَأَدْرَكْتُهَا فَأَخَذْتُهَا فَأَتَيْتُ بِهَا أَبَا طَلْحَةَ فَذَبَحَهَا وَبَعَثَ بِهَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِوَرِكِهَا أَوْ فَخِذَيْهَا قَالَ فَخِذَيْهَا لَا شَكَّ فِيهِ فَقَبِلَهُ قُلْتُ وَأَكَلَ مِنْهُ قَالَ وَأَكَلَ مِنْهُ ثُمَّ قَالَ بَعْدُ قَبِلَهُ
Dari Anas radliallahu ‘anhu berkata: “Kami pernah menggebah kelinci di lembah Marru Azh-Zhohran, orang-orang berusaha menangkapnya hingga mereka keletihan. Kemudian aku bisa menangkapnya lalu aku bawa menghadap Abu Tholhah. Maka dia menyembelihnya kemudian dikirim daging paha depannya atau paha belakangnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia (Anas) berkata: “Daging pahanya dan tidak diragukan lagi. Lalu Beliau menerimanya”. Aku bertanya: “Apakah Beliau memakannya?”. Dia berkata: “Ya Beliau memakannya”. Kemudian dia sambung: “Setelah menerimanya”. (H.R.Bukhari)
Beliau juga pernah menerima pemberian hasil upah meruqyah. Imam Muslim meriwayatkan;
صحيح مسلم (11/ 204)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانُوا فِي سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَيِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِيَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَهَا وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلَّا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَتَبَسَّمَ وَقَالَ وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ثُمَّ قَالَ خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِي بِسَهْمٍ مَعَكُمْ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ كِلَاهُمَا عَنْ غُنْدَرٍ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَقَالَ فِي الْحَدِيثِ فَجَعَلَ يَقْرَأُ أُمَّ الْقُرْآنِ وَيَجْمَعُ بُزَاقَهُ وَيَتْفِلُ فَبَرَأَ الرَّجُلُ

Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa beberapa orang sahabat melakukan perjalanan jauh dan berhenti untuk istirahat pada salah satu perkampungan ‘Arab, lalu mereka minta dijamu oleh penduduk kampung itu. Tetapi penduduk enggan menjamu mereka. Penduduk bertanya kepada para sahabat; ‘Adakah di antara tuan-tuan yang pandai mantera? Kepala kampung kami digigit serangga.’ Menjawab seorang sahabat; ‘Ya, ada! Kemudian dia mendatangi kepala kampung itu dan memanterainya dengan membaca surat Al Fatihah. Maka kepala kampung itu pun sembuh. Kemudian dia diberi upah kurang lebih tiga puluh ekor kambing. Tetapi dia enggan menerima seraya mengatakan; ‘Tunggu! Aku akan menanyakannya lebih dahulu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, apakah aku boleh menerimanya.’ Lalu dia datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menanyakannya hal itu, katanya; ‘Ya, Rasulullah! Demi Allah, aku telah memanterai seseorang dengan membacakan surat Al Fatihah.’ Beliau tersenyum mendengar cerita sahabatnya dan bertanya: ‘Bagaimana engkau tahu Al Fatihah itu mantera? ‘ Kemudian sabda beliau pula: ‘Terimalah pemberian mereka itu, dan berilah aku bagian bersama-sama denganmu. (H.R.Muslim)
Beliau juga pernah menerima pemberian segelas air susu dari Ummu Al-Fadhl yang ingin mengetahui apakah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang berpuasa ataukah tidak. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (17/ 318)
عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ قَالَتْ
شَكَّ النَّاسُ فِي صِيَامِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَرَفَةَ فَأَرْسَلْتُ إِلَيْهِ بِإِنَاءٍ فِيهِ لَبَنٌ فَشَرِبَ
Dari Ummu Fadl dia berkata; Orang-orang ragu mengenai puasa ‘Arafah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, oleh karena itu aku mengirim semangkuk susu kepada beliau, lalu beliau meminumnya. (H.R.Bukhari)
Seorang wanita Yahudi juga pernah memberinya daging kambing matang yang diterima beliau namun setelah itu diketahui ternyata daging kambing tersebut beracun. Bukhari meriwayatkan;
صحيح البخاري (9/ 81)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ يَهُودِيَّةً أَتَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَاةٍ مَسْمُومَةٍ فَأَكَلَ مِنْهَا فَجِيءَ بِهَا فَقِيلَ أَلَا نَقْتُلُهَا قَالَ لَا فَمَا زِلْتُ أَعْرِفُهَا فِي لَهَوَاتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu bahwa, ada seorang wanita Yahudi yang datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa seekor kambing yang telah diracun lalu Beliau memakannya. Kemudian wanita itu diringkus dengan bukti daging tersebut dan dikatakan; “Tidak sebaiknyakah kita bunuh saja?” Beliau menjawab: “Jangan”. Sejak itu aku senantiasa aku melihat bekas racun tersebut pada langit-langit mulut  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (H.R.Bukhari)
Demikianlah penjelasan sumber-sumber rizki Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Mudah-mudahan bermanfaat. Allahumma Shalli ‘Ala Muhammad Wa ‘ala Ali Muhammad.
Wallahua’lam.

Nabi menerima Wahyu Pertama (Hadist)

1

حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id Al Anshari berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim At Taimi, bahwa dia pernah mendengar Alqamah bin Waqash Al Laitsi berkata; saya pernah mendengar Umar bin Al Khaththab diatas mimbar berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan" (HR.bukhari No : 1)

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ الْحَارِثَ بْنَ هِشَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يَأْتِيكَ الْوَحْيُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ فَيُفْصَمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِي الْمَلَكُ رَجُلًا فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الْوَحْيُ فِي الْيَوْمِ الشَّدِيدِ الْبَرْدِ فَيَفْصِمُ عَنْهُ وَإِنَّ جَبِينَهُ لَيَتَفَصَّدُ عَرَقًا

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya dari Aisyah Ibu Kaum Mu'minin, bahwa Al Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: Wahai Rasulullah, bagaimana caranya wahyu turun kepada engkau? Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: Terkadang datang kepadaku seperti suara gemerincing lonceng dan cara ini yang paling berat buatku, lalu terhenti sehingga aku dapat mengerti apa yang disampaikan. Dan terkadang datang Malaikat menyerupai seorang laki-laki lalu berbicara kepadaku maka aku ikuti apa yang diucapkannya. Aisyah berkata: Sungguh aku pernah melihat turunnya wahyu kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari yang sangat dingin lalu terhenti, dan aku lihat dahi Beliau mengucurkan keringat.(HR.bukhari No : 2)

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ وَهُوَ التَّعَبُّدُ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ فَجَاءَهُ الْمَلَكُ فَقَالَ اقْرَأْ قَالَ مَا أَنَا بِقَارِئٍ قَالَ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ قُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ { اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ } فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْجُفُ فُؤَادُهُ فَدَخَلَ عَلَى خَدِيجَةَ بِنْتِ خُوَيْلِدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَقَالَ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ فَقَالَ لِخَدِيجَةَ وَأَخْبَرَهَا الْخَبَرَ لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي فَقَالَتْ خَدِيجَةُ كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ فَانْطَلَقَتْ بِهِ خَدِيجَةُ حَتَّى أَتَتْ بِهِ وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى ابْنَ عَمِّ خَدِيجَةَ وَكَانَ امْرَأً قَدْ تَنَصَّرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعِبْرَانِيَّ فَيَكْتُبُ مِنْ الْإِنْجِيلِ بِالْعِبْرَانِيَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ فَقَالَتْ لَهُ خَدِيجَةُ يَا ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنْ ابْنِ أَخِيكَ فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ يَا ابْنَ أَخِي مَاذَا تَرَى فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَبَرَ مَا رَأَى فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي نَزَّلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ قَالَ نَعَمْ لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّيَ وَفَتَرَ الْوَحْيُ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَأَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيَّ قَالَ وَهُوَ يُحَدِّثُ عَنْ فَتْرَةِ الْوَحْيِ فَقَالَ فِي حَدِيثِهِ بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ بَصَرِي فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَرُعِبْتُ مِنْهُ فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى { يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ إِلَى قَوْلِهِ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ } فَحَمِيَ الْوَحْيُ وَتَتَابَعَ تَابَعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ وَأَبُو صَالِحٍ وَتَابَعَهُ هِلَالُ بْنُ رَدَّادٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ وَقَالَ يُونُسُ وَمَعْمَرٌ بَوَادِرُهُ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, Telah menceritakan kepada kami dari Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Az Zubair dari Aisyah -Ibu Kaum Mu'minin-, bahwasanya dia berkata: Permulaaan wahyu yang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh. Kemudian Beliau dianugerahi kecintaan untuk menyendiri, lalu Beliau memilih gua Hiro dan bertahannuts yaitu 'ibadah di malam hari dalam beberapa waktu lamanya sebelum kemudian kembali kepada keluarganya guna mempersiapkan bekal untuk bertahannuts kembali. Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal. Sampai akhirnya datang Al Haq saat Beliau di gua Hiro, Malaikat datang seraya berkata: Bacalah? Beliau menjawab: Aku tidak bisa baca. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan: Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: Bacalah! Beliau menjawab: Aku tidak bisa baca. Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: Bacalah!. Beliau menjawab: Aku tidak bisa baca. Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskanku, dan berkata lagi: (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah). Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kembali kepada keluarganya dengan membawa kalimat wahyu tadi dalam keadaan gelisah. Beliau menemui Khadijah binti Khawailidh seraya berkata: Selimuti aku, selimuti aku!. Beliau pun diselimuti hingga hilang ketakutannya. Lalu Beliau menceritakan peristiwa yang terjadi kepada Khadijah: Aku mengkhawatirkan diriku. Maka Khadijah berkata: Demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu selamanya, karena engkau adalah orang yang menyambung silaturrahim. Khadijah kemudian mengajak Beliau untuk bertemu dengan Waroqoh bin Naufal bin Asad bin Abdul 'Uzza, putra paman Khadijah, yang beragama Nasrani di masa Jahiliyyah, dia juga menulis buku dalam bahasa Ibrani, juga menulis Kitab Injil dalam Bahasa Ibrani dengan izin Allah. Saat itu Waroqoh sudah tua dan matanya buta. Khadijah berkata: Wahai putra pamanku, dengarkanlah apa yang akan disampaikan oleh putra saudaramu ini. Waroqoh berkata: Wahai putra saudaraku, apa yang sudah kamu alami. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menuturkan peristiwa yang dialaminya. Waroqoh berkata: Ini adalah Namus, seperti yang pernah Allah turunkan kepada Musa. Duhai seandainya aku masih muda dan aku masih hidup saat kamu nanti diusir oleh kaummu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: Apakah aku akan diusir mereka? Waroqoh menjawab: Iya. Karena tidak ada satu orang pun yang datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa ini kecuali akan disakiti (dimusuhi). Seandainya aku ada saat kejadian itu, pasti aku akan menolongmu dengan sekemampuanku. Waroqoh tidak mengalami peristiwa yang diyakininya tersebut karena lebih dahulu meninggal dunia pada masa fatroh (kekosongan) wahyu. Ibnu Syihab berkata; telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Jabir bin Abdullah Al Anshari bertutur tentang kekosongan wahyu, sebagaimana yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ceritakan: Ketika sedang berjalan aku mendengar suara dari langit, aku memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah datang kepadaku di gua Hiro, duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun ketakutan dan pulang, dan berkata: Selimuti aku. Selimuti aku. Maka Allah Ta'ala menurunkan wahyu: (Wahai orang yang berselimut) sampai firman Allah (dan berhala-berhala tinggalkanlah). Sejak saat itu wahyu terus turun berkesinambungan. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abdullah bin Yusuf dan Abu Shalih juga oleh Hilal bin Raddad dari Az Zuhri. Dan Yunus berkata; dan Ma'mar menyepakati bahwa dia mendapatkannya dari Az Zuhri. (HR.bukhari No : 3)

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ قَالَ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ أَبِي عَائِشَةَ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى { لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ } قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَالِجُ مِنْ التَّنْزِيلِ شِدَّةً وَكَانَ مِمَّا يُحَرِّكُ شَفَتَيْهِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَأَنَا أُحَرِّكُهُمَا لَكُمْ كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَرِّكُهُمَا وَقَالَ سَعِيدٌ أَنَا أُحَرِّكُهُمَا كَمَا رَأَيْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يُحَرِّكُهُمَا فَحَرَّكَ شَفَتَيْهِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى { لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ } قَالَ جَمْعُهُ لَكَ فِي صَدْرِكَ وَتَقْرَأَهُ { فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ } قَالَ فَاسْتَمِعْ لَهُ وَأَنْصِتْ { ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ } ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا أَنْ تَقْرَأَهُ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ ذَلِكَ إِذَا أَتَاهُ جِبْرِيلُ اسْتَمَعَ فَإِذَا انْطَلَقَ جِبْرِيلُ قَرَأَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا قَرَأَهُ

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Musa bin Abu Aisyah berkata, Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas tentang firman Allah Ta'ala: (Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat ingin (menguasainya). Berkata Ibnu 'Abbas: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat kuat keinginannya untuk menghafalkan apa yang diturunkan (Al Qur'an) dan menggerak-gerakkan kedua bibir Beliau. Berkata Ibnu 'Abbas: aku akan menggerakkan kedua bibirku (untuk membacakannya) kepada kalian sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukannya kepadaku. Berkata Sa'id: Dan aku akan menggerakkan kedua bibirku (untuk membacakannya) kepada kalian sebagaimana aku melihat Ibnu 'Abbas melakukannya. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menggerakkan kedua bibirnya, Kemudian turunlah firman Allah Ta'ala: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Maksudnya Allah mengumpulkannya di dalam dadamu (untuk dihafalkan) dan kemudian kamu membacanya: Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Maksudnya: Dengarkanlah dan diamlah. Kemudian Allah Ta'ala berfirman: Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. Maksudnya: Dan Kewajiban Kamilah untuk membacakannya Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sejak saat itu bila Jibril 'Alaihis Salam datang kepadanya, Beliau mendengarkannya. Dan bila Jibril 'Alaihis Salam sudah pergi, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membacakannya (kepada para sahabat) sebagaimana Jibril 'Alaihis Salam membacakannya kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam (HR.bukhari No : 4)

حَدَّثَنَا عَبْدَانُ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ ح و حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ وَمَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ نَحْوَهُ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

Telah menceritakan kepada kami Abdan dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abdullah telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhri dan dengan riwayat yang sama, telah menceritakan pula kepada kami Bisyir bin Muhammad berkata, telah mengabarkan kepada kami Abdullah berkata, telah mengabarkan kepada kami Yunus dan Ma'mar dari Az Zuhri seperti lainnya berkata, telah mengabarkan kepada kami Ubaidullah bin Abdullah dari Ibnu 'Abbas berkata, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadlan ketika malaikat Jibril 'Alaihis Salam menemuinya, dan adalah Jibril 'Alaihis Salam mendatanginya setiap malam di bulan Ramadlan, dimana Jibril 'Alaihis Salam mengajarkan Al Qur'an. Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jauh lebih lembut daripada angin yang berhembus. (HR.bukhari No : 5)

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا سُفْيَانَ بْنَ حَرْبٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ هِرَقْلَ أَرْسَلَ إِلَيْهِ فِي رَكْبٍ مِنْ قُرَيْشٍ وَكَانُوا تِجَارًا بِالشَّأْمِ فِي الْمُدَّةِ الَّتِي كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَادَّ فِيهَا أَبَا سُفْيَانَ وَكُفَّارَ قُرَيْشٍ فَأَتَوْهُ وَهُمْ بِإِيلِيَاءَ فَدَعَاهُمْ فِي مَجْلِسِهِ وَحَوْلَهُ عُظَمَاءُ الرُّومِ ثُمَّ دَعَاهُمْ وَدَعَا بِتَرْجُمَانِهِ فَقَالَ أَيُّكُمْ أَقْرَبُ نَسَبًا بِهَذَا الرَّجُلِ الَّذِي يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ فَقُلْتُ أَنَا أَقْرَبُهُمْ نَسَبًا فَقَالَ أَدْنُوهُ مِنِّي وَقَرِّبُوا أَصْحَابَهُ فَاجْعَلُوهُمْ عِنْدَ ظَهْرِهِ ثُمَّ قَالَ لِتَرْجُمَانِهِ قُلْ لَهُمْ إِنِّي سَائِلٌ هَذَا عَنْ هَذَا الرَّجُلِ فَإِنْ كَذَبَنِي فَكَذِّبُوهُ فَوَاللَّهِ لَوْلَا الْحَيَاءُ مِنْ أَنْ يَأْثِرُوا عَلَيَّ كَذِبًا لَكَذَبْتُ عَنْهُ ثُمَّ كَانَ أَوَّلَ مَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَنْ قَالَ كَيْفَ نَسَبُهُ فِيكُمْ قُلْتُ هُوَ فِينَا ذُو نَسَبٍ قَالَ فَهَلْ قَالَ هَذَا الْقَوْلَ مِنْكُمْ أَحَدٌ قَطُّ قَبْلَهُ قُلْتُ لَا قَالَ فَهَلْ كَانَ مِنْ آبَائِهِ مِنْ مَلِكٍ قُلْتُ لَا قَالَ فَأَشْرَافُ النَّاسِ يَتَّبِعُونَهُ أَمْ ضُعَفَاؤُهُمْ فَقُلْتُ بَلْ ضُعَفَاؤُهُمْ قَالَ أَيَزِيدُونَ أَمْ يَنْقُصُونَ قُلْتُ بَلْ يَزِيدُونَ قَالَ فَهَلْ يَرْتَدُّ أَحَدٌ مِنْهُمْ سَخْطَةً لِدِينِهِ بَعْدَ أَنْ يَدْخُلَ فِيهِ قُلْتُ لَا قَالَ فَهَلْ كُنْتُمْ تَتَّهِمُونَهُ بِالْكَذِبِ قَبْلَ أَنْ يَقُولَ مَا قَالَ قُلْتُ لَا قَالَ فَهَلْ يَغْدِرُ قُلْتُ لَا وَنَحْنُ مِنْهُ فِي مُدَّةٍ لَا نَدْرِي مَا هُوَ فَاعِلٌ فِيهَا قَالَ وَلَمْ تُمْكِنِّي كَلِمَةٌ أُدْخِلُ فِيهَا شَيْئًا غَيْرُ هَذِهِ الْكَلِمَةِ قَالَ فَهَلْ قَاتَلْتُمُوهُ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ فَكَيْفَ كَانَ قِتَالُكُمْ إِيَّاهُ قُلْتُ الْحَرْبُ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُ سِجَالٌ يَنَالُ مِنَّا وَنَنَالُ مِنْهُ قَالَ مَاذَا يَأْمُرُكُمْ قُلْتُ يَقُولُ اعْبُدُوا اللَّهَ وَحْدَهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَاتْرُكُوا مَا يَقُولُ آبَاؤُكُمْ وَيَأْمُرُنَا بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصِّدْقِ وَالْعَفَافِ وَالصِّلَةِ فَقَالَ لِلتَّرْجُمَانِ قُلْ لَهُ سَأَلْتُكَ عَنْ نَسَبِهِ فَذَكَرْتَ أَنَّهُ فِيكُمْ ذُو نَسَبٍ فَكَذَلِكَ الرُّسُلُ تُبْعَثُ فِي نَسَبِ قَوْمِهَا وَسَأَلْتُكَ هَلْ قَالَ أَحَدٌ مِنْكُمْ هَذَا الْقَوْلَ فَذَكَرْتَ أَنْ لَا فَقُلْتُ لَوْ كَانَ أَحَدٌ قَالَ هَذَا الْقَوْلَ قَبْلَهُ لَقُلْتُ رَجُلٌ يَأْتَسِي بِقَوْلٍ قِيلَ قَبْلَهُ وَسَأَلْتُكَ هَلْ كَانَ مِنْ آبَائِهِ مِنْ مَلِكٍ فَذَكَرْتَ أَنْ لَا قُلْتُ فَلَوْ كَانَ مِنْ آبَائِهِ مِنْ مَلِكٍ قُلْتُ رَجُلٌ يَطْلُبُ مُلْكَ أَبِيهِ وَسَأَلْتُكَ هَلْ كُنْتُمْ تَتَّهِمُونَهُ بِالْكَذِبِ قَبْلَ أَنْ يَقُولَ مَا قَالَ فَذَكَرْتَ أَنْ لَا فَقَدْ أَعْرِفُ أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ لِيَذَرَ الْكَذِبَ عَلَى النَّاسِ وَيَكْذِبَ عَلَى اللَّهِ وَسَأَلْتُكَ أَشْرَافُ النَّاسِ اتَّبَعُوهُ أَمْ ضُعَفَاؤُهُمْ فَذَكَرْتَ أَنَّ ضُعَفَاءَهُمْ اتَّبَعُوهُ وَهُمْ أَتْبَاعُ الرُّسُلِ وَسَأَلْتُكَ أَيَزِيدُونَ أَمْ يَنْقُصُونَ فَذَكَرْتَ أَنَّهُمْ يَزِيدُونَ وَكَذَلِكَ أَمْرُ الْإِيمَانِ حَتَّى يَتِمَّ وَسَأَلْتُكَ أَيَرْتَدُّ أَحَدٌ سَخْطَةً لِدِينِهِ بَعْدَ أَنْ يَدْخُلَ فِيهِ فَذَكَرْتَ أَنْ لَا وَكَذَلِكَ الْإِيمَانُ حِينَ تُخَالِطُ بَشَاشَتُهُ الْقُلُوبَ وَسَأَلْتُكَ هَلْ يَغْدِرُ فَذَكَرْتَ أَنْ لَا وَكَذَلِكَ الرُّسُلُ لَا تَغْدِرُ وَسَأَلْتُكَ بِمَا يَأْمُرُكُمْ فَذَكَرْتَ أَنَّهُ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَيَنْهَاكُمْ عَنْ عِبَادَةِ الْأَوْثَانِ وَيَأْمُرُكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالصِّدْقِ وَالْعَفَافِ فَإِنْ كَانَ مَا تَقُولُ حَقًّا فَسَيَمْلِكُ مَوْضِعَ قَدَمَيَّ هَاتَيْنِ وَقَدْ كُنْتُ أَعْلَمُ أَنَّهُ خَارِجٌ لَمْ أَكُنْ أَظُنُّ أَنَّهُ مِنْكُمْ فَلَوْ أَنِّي أَعْلَمُ أَنِّي أَخْلُصُ إِلَيْهِ لَتَجَشَّمْتُ لِقَاءَهُ وَلَوْ كُنْتُ عِنْدَهُ لَغَسَلْتُ عَنْ قَدَمِهِ ثُمَّ دَعَا بِكِتَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي بَعَثَ بِهِ دِحْيَةُ إِلَى عَظِيمِ بُصْرَى فَدَفَعَهُ إِلَى هِرَقْلَ فَقَرَأَهُ فَإِذَا فِيهِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ سَلَامٌ عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ الْإِسْلَامِ أَسْلِمْ تَسْلَمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الْأَرِيسِيِّينَ وَ { يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لَا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ } قَالَ أَبُو سُفْيَانَ فَلَمَّا قَالَ مَا قَالَ وَفَرَغَ مِنْ قِرَاءَةِ الْكِتَابِ كَثُرَ عِنْدَهُ الصَّخَبُ وَارْتَفَعَتْ الْأَصْوَاتُ وَأُخْرِجْنَا فَقُلْتُ لِأَصْحَابِي حِينَ أُخْرِجْنَا لَقَدْ أَمِرَ أَمْرُ ابْنِ أَبِي كَبْشَةَ إِنَّهُ يَخَافُهُ مَلِكُ بَنِي الْأَصْفَرِ فَمَا زِلْتُ مُوقِنًا أَنَّهُ سَيَظْهَرُ حَتَّى أَدْخَلَ اللَّهُ عَلَيَّ الْإِسْلَامَ وَكَانَ ابْنُ النَّاظُورِ صَاحِبُ إِيلِيَاءَ وَهِرَقْلَ سُقُفًّا عَلَى نَصَارَى الشَّأْمِ يُحَدِّثُ أَنَّ هِرَقْلَ حِينَ قَدِمَ إِيلِيَاءَ أَصْبَحَ يَوْمًا خَبِيثَ النَّفْسِ فَقَالَ بَعْضُ بَطَارِقَتِهِ قَدْ اسْتَنْكَرْنَا هَيْئَتَكَ قَالَ ابْنُ النَّاظُورِ وَكَانَ هِرَقْلُ حَزَّاءً يَنْظُرُ فِي النُّجُومِ فَقَالَ لَهُمْ حِينَ سَأَلُوهُ إِنِّي رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ حِينَ نَظَرْتُ فِي النُّجُومِ مَلِكَ الْخِتَانِ قَدْ ظَهَرَ فَمَنْ يَخْتَتِنُ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ قَالُوا لَيْسَ يَخْتَتِنُ إِلَّا الْيَهُودُ فَلَا يُهِمَّنَّكَ شَأْنُهُمْ وَاكْتُبْ إِلَى مَدَايِنِ مُلْكِكَ فَيَقْتُلُوا مَنْ فِيهِمْ مِنْ الْيَهُودِ فَبَيْنَمَا هُمْ عَلَى أَمْرِهِمْ أُتِيَ هِرَقْلُ بِرَجُلٍ أَرْسَلَ بِهِ مَلِكُ غَسَّانَ يُخْبِرُ عَنْ خَبَرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا اسْتَخْبَرَهُ هِرَقْلُ قَالَ اذْهَبُوا فَانْظُرُوا أَمُخْتَتِنٌ هُوَ أَمْ لَا فَنَظَرُوا إِلَيْهِ فَحَدَّثُوهُ أَنَّهُ مُخْتَتِنٌ وَسَأَلَهُ عَنْ الْعَرَبِ فَقَالَ هُمْ يَخْتَتِنُونَ فَقَالَ هِرَقْلُ هَذَا مُلْكُ هَذِهِ الْأُمَّةِ قَدْ ظَهَرَ ثُمَّ كَتَبَ هِرَقْلُ إِلَى صَاحِبٍ لَهُ بِرُومِيَةَ وَكَانَ نَظِيرَهُ فِي الْعِلْمِ وَسَارَ هِرَقْلُ إِلَى حِمْصَ فَلَمْ يَرِمْ حِمْصَ حَتَّى أَتَاهُ كِتَابٌ مِنْ صَاحِبِهِ يُوَافِقُ رَأْيَ هِرَقْلَ عَلَى خُرُوجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَّهُ نَبِيٌّ فَأَذِنَ هِرَقْلُ لِعُظَمَاءِ الرُّومِ فِي دَسْكَرَةٍ لَهُ بِحِمْصَ ثُمَّ أَمَرَ بِأَبْوَابِهَا فَغُلِّقَتْ ثُمَّ اطَّلَعَ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ الرُّومِ هَلْ لَكُمْ فِي الْفَلَاحِ وَالرُّشْدِ وَأَنْ يَثْبُتَ مُلْكُكُمْ فَتُبَايِعُوا هَذَا النَّبِيَّ فَحَاصُوا حَيْصَةَ حُمُرِ الْوَحْشِ إِلَى الْأَبْوَابِ فَوَجَدُوهَا قَدْ غُلِّقَتْ فَلَمَّا رَأَى هِرَقْلُ نَفْرَتَهُمْ وَأَيِسَ مِنْ الْإِيمَانِ قَالَ رُدُّوهُمْ عَلَيَّ وَقَالَ إِنِّي قُلْتُ مَقَالَتِي آنِفًا أَخْتَبِرُ بِهَا شِدَّتَكُمْ عَلَى دِينِكُمْ فَقَدْ رَأَيْتُ فَسَجَدُوا لَهُ وَرَضُوا عَنْهُ فَكَانَ ذَلِكَ آخِرَ شَأْنِ هِرَقْلَ رَوَاهُ صَالِحُ بْنُ كَيْسَانَ وَيُونُسُ وَمَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman Al Hakam bin Nafi' dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud bahwa Abdullah bin 'Abbas telah mengabarkan kepadanya bahwa Abu Sufyan bin Harb telah mengabarkan kepadanya; bahwa Heraclius menerima rombongan dagang Quraisy, yang sedang mengadakan ekspedisi dagang ke Negeri Syam pada saat berlakunya perjanjian antara Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy. Saat singgah di Iliya' mereka menemui Heraclius atas undangan Heraclius untuk di diajak dialog di majelisnya, yang saat itu Heraclius bersama dengan para pembesar-pembesar Negeri Romawi. Heraclius berbicara dengan mereka melalui penerjemah. Heraclius berkata; Siapa diantara kalian yang paling dekat hubungan keluarganya dengan orang yang mengaku sebagai Nabi itu?. Abu Sufyan berkata; maka aku menjawab; Akulah yang paling dekat hubungan kekeluargaannya dengan dia. Heraclius berkata; Dekatkanlah dia denganku dan juga sahabat-sahabatnya. Maka mereka meletakkan orang-orang Quraisy berada di belakang Abu Sufyan. Lalu Heraclius berkata melalui penerjemahnya: Katakan kepadanya, bahwa aku bertanya kepadanya tentang lelaki yang mengaku sebagai Nabi. Jika ia berdusta kepadaku maka kalian harus mendustakannya.Demi Allah, kalau bukan rasa malu akibat tudingan pendusta yang akan mereka lontarkan kepadaku niscaya aku berdusta kepadanya. Abu Sufyan berkata; Maka yang pertama ditanyakannya kepadaku tentangnya (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) adalah: bagaimana kedudukan nasabnya ditengah-tengah kalian? Aku jawab: Dia adalah dari keturunan baik-baik (bangsawan) . Tanyanya lagi: Apakah ada orang lain yang pernah mengatakannya sebelum dia? Aku jawab: Tidak ada. Tanyanya lagi: Apakah bapaknya seorang raja? Jawabku: Bukan. Apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah? Jawabku: Bahkan yang mengikutinya adalah orang-orang yang rendah. Dia bertanya lagi: Apakah bertambah pengikutnya atau berkurang? Aku jawab: Bertambah. Dia bertanya lagi: Apakah ada yang murtad disebabkan dongkol terhadap agamanya? Aku jawab: Tidak ada. Dia bertanya lagi: Apakah kalian pernah mendapatkannya dia berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dikatakannya itu? Aku jawab: Tidak pernah. Dia bertanya lagi: Apakah dia pernah berlaku curang? Aku jawab: Tidak pernah. Ketika kami bergaul dengannya, dia tidak pernah melakukan itu. Berkata Abu Sufyan: Aku tidak mungkin menyampaikan selain ucapan seperti ini. Dia bertanya lagi: Apakah kalian memeranginya? Aku jawab: Iya. Dia bertanya lagi: Bagaimana kesudahan perang tersebut? Aku jawab: Perang antara kami dan dia sangat banyak. Terkadang dia mengalahkan kami terkadang kami yang mengalahkan dia. Dia bertanya lagi: Apa yang diperintahkannya kepada kalian? Aku jawab: Dia menyuruh kami; 'Sembahlah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan tinggalkan apa yang dikatakan oleh nenek moyang kalian. ' Dia juga memerintahkan kami untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim. Maka Heraclius berkata kepada penerjemahnya: Katakan kepadanya, bahwa aku telah bertanya kepadamu tentang keturunan orang itu, kamu ceritakan bahwa orang itu dari keturunan bangsawan. Begitu juga laki-laki itu dibangkitkan di tengah keturunan kaumnya. Dan aku tanya kepadamu apakah pernah ada orang sebelumnya yang mengatakan seperti yang dikatakannya, kamu jawab tidak. Seandainya dikatakan ada orang sebelumnya yang mengatakannya tentu kuanggap orang ini meniru orang sebelumnya yang pernah mengatakan hal serupa. Aku tanyakan juga kepadamu apakah bapaknya ada yang dari keturunan raja, maka kamu jawab tidak. Aku katakan seandainya bapaknya dari keturunan raja, tentu orang ini sedang menuntut kerajaan bapaknya. Dan aku tanyakan juga kepadamu apakah kalian pernah mendapatkan dia berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dikatakannya, kamu menjawabnya tidak. Sungguh aku memahami, kalau kepada manusia saja dia tidak berani berdusta apalagi berdusta kepada Allah. Dan aku juga telah bertanya kepadamu, apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah? Kamu menjawab orang-orang yang rendah yang mengikutinya. Memang mereka itulah yang menjadi para pengikut Rasul. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah bertambah pengikutnya atau berkurang, kamu menjawabnya bertambah. Dan memang begitulah perkara iman hingga menjadi sempurna. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah ada yang murtad disebabkan marah terhadap agamanya. Kamu menjawab tidak ada. Dan memang begitulah iman bila telah masuk tumbuh bersemi di dalam hati. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah dia pernah berlaku curang, kamu jawab tidak pernah. Dan memang begitulah para Rasul tidak mungkin curang. Dan aku juga sudah bertanya kepadamu apa yang diperintahkannya kepada kalian, kamu jawab dia memerintahkan kalian untuk menyembah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan melarang kalian menyembah berhala, dia juga memerintahkan kalian untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim. Seandainya semua apa yang kamu katakan ini benar, pasti dia akan menguasai kerajaan yang ada di bawah kakiku ini. Sungguh aku telah menduga bahwa dia tidak ada diantara kalian sekarang ini, seandainya aku tahu jalan untuk bisa menemuinya, tentu aku akan berusaha keras menemuinya hingga bila aku sudah berada di sisinya pasti aku akan basuh kedua kakinya. Kemudian Heraclius meminta surat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang dibawa oleh Dihyah untuk para Penguasa Negeri Bashrah, Maka diberikannya surat itu kepada Heraclius, maka dibacanya dan isinya berbunyi: Bismillahir rahmanir rahim. Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya untuk Heraclius. Penguasa Romawi, Keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Kemudian daripada itu, aku mengajakmu dengan seruan Islam; masuk Islamlah kamu, maka kamu akan selamat, Allah akan memberi pahala kepadamu dua kali. Namun jika kamu berpaling, maka kamu menanggung dosa rakyat kamu, dan: Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Rabb selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). Abu Sufyan menuturkan: Setelah Heraclius menyampaikan apa yang dikatakannya dan selesai membaca surat tersebut, terjadilah hiruk pikuk dan suara-suara ribut, sehingga mengusir kami. Aku berkata kepada teman-temanku setelah kami diusir keluar; sungguh dia telah diajak kepada urusan Anak Abu Kabsyah. Heraclius mengkhawatirkan kerajaan Romawi.Pada masa itupun aku juga khawatir bahwa Muhammad akan berjaya, sampai akhirnya (perasaan itu hilang setelah) Allah memasukkan aku ke dalam Islam. Dan adalah Ibnu An Nazhur, seorang Pembesar Iliya' dan Heraclius adalah seorang uskup agama Nashrani, dia menceritakan bahwa pada suatu hari ketika Heraclius mengunjungi Iliya' dia sangat gelisah, berkata sebagian komandan perangnya: Sungguh kami mengingkari keadaanmu. Selanjutnya kata Ibnu Nazhhur, Heraclius adalah seorang ahli nujum yang selalu memperhatikan perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta yang bertanya kepadanya; Pada suatu malam ketika saya mengamati perjalanan bintang-bintang, saya melihat raja Khitan telah lahir, siapakah di antara ummat ini yang di khitan? Jawab para pendeta; Yang berkhitan hanyalah orang-orang Yahudi, janganlah anda risau karena orang-orang Yahudi itu. Perintahkan saja keseluruh negeri dalam kerajaan anda, supaya orang-orang Yahudi di negeri tersebut di bunuh. Ketika itu di hadapakan kepada Heraclius seorang utusan raja Bani Ghasssan untuk menceritakan perihal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, setelah orang itu selesai bercerita, lalu Heraclius memerintahkan agar dia diperiksa, apakah dia berkhitan ataukah tidak. Seusai di periksa, ternyata memang dia berkhitam. Lalu di beritahukan orang kepada Heraclius. Heraclius bertanya kepada orang tersebut tentang orang-orang Arab yang lainnya, di khitankah mereka ataukah tidak? Dia menjawab; Orang Arab itu di khitan semuanya. Heraclius berkata; 'inilah raja ummat, sesungguhnya dia telah terlahir. Kemudian heraclisu berkirim surat kepada seorang sahabatnya di Roma yang ilmunya setarf dengan Heraclisu (untuk menceritakan perihal kelahiran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam). Sementara itu, ia meneruskan perjalanannya ke negeri Himsha, tetapi sebelum tiba di Himsha, balasan surat dari sahabatnya itu telah tiba terlebih dahulu. Sahabatnya itu menyetujui pendapat Heraclius bahwa Muhammad telah lahir dan bahwa beliau memang seorang Nabi. Heraclius lalu mengundang para pembesar Roma supaya datang ke tempatnya di Himsha, setelah semuanya hadir dalam majlisnya, Heraclius memerintahkan supaya mengunci semua pintu. Kemudian dia berkata; 'Wahai bangsa rum, maukah anda semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau, akuilah Muhammad sebagai Nabi!. Mendengar ucapan itu, mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan yang demikian, Heraclius jadi putus harapan yang mereka akan beriman (percaya kepada kenabian Muhammad). Lalu di perintahkannya semuanya untuk kembali ke tempatnya masing-masing seraya berkata; Sesungguhnya saya mengucapkan perkataan saya tadi hanyalah sekedar menguji keteguhan hati anda semua. Kini saya telah melihat keteguhan itu. Lalu mereka sujud di hadapan Heraclius dan mereka senang kepadanya. Demikianlah akhir kisah Heraclius. Telah di riwayatkan oleh Shalih bin Kaisan dan Yunus dan Ma'mar dari Az Zuhri. (HR.bukhari No : 6)

Barang yang dimiliki Nabi Muhammad SAW 2

Arsip Blog



KITAB AS SYAMAIL KARYA IMAM TURMUDZI
bil ikhtishor
20. SIKAP DUDUK RASULULLOH
أنها رأت رسول الله صلى الله عليه وسلم في المسجد وهو قاعد القرفصاء قالت: «فلما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم المتخشع في الجلسة أرعدت من الفرق».
"Ia (Qabilah) melihat Rasulullah shollallohu alaihi wasallam di masjid sedang duduk *qurfasha."
Qabilah berkata :"Manakala aku melihat Rasulullah shollallohu alaihi wasallam sedang duduk dengan khusyu', maka akupun dibawa oleh perasaan takjub karena wibawanya."
(Diriwayatkan oleh'Abd bin Humaid, dari `Affan bin Muslim, dari `Abdullah bin Hasan, dari kedua orang anaknya, yang bersumber dari Qabilah binti Makhramah)
• Duduk Qurfasha yakni duduk bertumpu pada pinggul, kedua paha merapat ke perut dan tangan memegang betis.
عن عمه، «أنه رأى النبي صلى الله عليه وسلم مستلقيا في المسجد واضعا إحدى رجليه على الأخرى».
"Sesungguhnya ia melihat Rasulullah shollallohu alaihi wasallam berbaring telentang di masjid, dan salah satu kakinya ditumpangkan pada kaki lainnya."
(Diriwayatkan oleh Sa'id bin `Abdurrahman al Makhzumi dan lainnya, mereka menerima dari Sufyan, dari Zuhri, dari `Abbad bin Tamim yang bersumber dari pamannya*)
• Ia adalah `Abdullah bin Zaid bin `Ashim bin Muhammad, ia adalah seorang sahabat dan dikatakan bahwa ia yang membunuh Musailamah al Kadzdzab (Nabi palsu)
عن جده أبي سعيد الخدري قال: «كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا جلس في المسجد احتبى بيديه».
"Apabila Rasulullah shollallohu alaihi wasallam duduk di masjid, maka ia duduk secara *ihtiba dengan kedua tangannya."
(Diriwayatkan oleh Salamah bin Syabib, dari `Abdullah bin Ibrahim al Madini, dari Ishaq bin Muhammad al Anshari, dari Rabih bin `Abdurrahman bin Abi Sa'id, dari bapaknya yang bersumber dari kakeknya Abi Sa'id al Khudri r.a)
• Ihtaba adalah duduk Qurfasha sambil bersandar
21. TEMPAT BERTELEKAN RASULULLOH
عن جابر بن سمرة قال: «رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم متكئا على وسادة على يساره».
"Aku pernah melihat Rasulullah sholla llohu alaihi wasallamduduk bertelekan pada sebuah bantal di sebelah kirinya."
(Diriwayatkan oleh `Abbas bin Muhammad ad Dauri al Baghdadi, dari Ishaq bin Manshur, dari Israil, dari simak bin Harb, yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.)
عن علي بن الأقمر قال: سمعت أبا جحيفة يقول: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «لا آكل متكئا».
"Rasulullah shollallohu alaihi wasallam bersabda : "Aku tak mau makan sambil bertelekan "
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari `Ali bin al `Aqmar, yang bersumber dari Abu Juhaifah r.a.)
عن جابر بن سمرة قال: «رأيت النبي صلى الله عليه وسلم متكئا على وسادة»
"Aku melihat Rasulullah shollallohu alaihi wasallam duduk bertelekan pada sebuah bantal."
(Diriwayatkan oleh Yusuf bin `Isa, dari Waki', dari Ismail, dari Simak bin Harb, yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.)
22. CARA BERTELEKAN RASULULLOH
عن أنس: «أن النبي صلى الله عليه وسلم كان شاكيا فخرج يتوكأ على أسامة بن زيد وعليه ثوب قطري قد توشح به فصلى بهم».
."Sesungguhnya Nabi shollallohu alaihi wasallam sedang dalam keadaan sakit. Beliau keluar (dari rumahnya) dengan bertelekan kepada Usamah bin Zaid. Waktu itu beliau memakai kain Qithri (buatan Qatar) yang diselempangkan. Kemudian Beliaushalat bersama mereka (para sahabat)."
(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari `Amr `Ashim, dari Hammad bin Salamah, dari Humaid, yang bersumber dari Anas r.a.)
، عن الفضل بن عباس قال: دخلت على رسول الله صلى الله عليه وسلم في مرضه الذي توفي فيه وعلى رأسه عصابة صفراء فسلمت عليه، فقال: «يا فضل» قلت: لبيك يا رسول الله قال: «اشدد بهذه العصابة رأسي» قال: ففعلت، ثم قعد فوضع كفه على منكبي، ثم قام فدخل في المسجد
"Aku masuk ke rumah rasulullah shollallohu alaihi wasallam tatkala beliau sedang sakit yang membawa ajalnya. Di kepalanya ada balutan kain kuning. Kepadanya kuucapkan salam, kemudian beliau bersabda : "Wahai Fadlal, apa kabarmu?" Aku menjawab : "Baik wahai Rasulullah !"
Rasulullah bersabda : "Kuatkan balutan yang ada di kepalaku ini !" Fadlal meneruskan ceritanya :"Maka kulakukan perintah Rasulullah itu. Kemudian beliau duduk, lalu meletakkan tangannya di atas bahuku, kemudian beliau berdiri lalu masuk ke masjid."
( Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari Muhammad bin al Mubarak, dari `Atha'bin Muslim al Khaffaf al Halabi,dari Ja'far bin Furqan, dari `Atha' bin Abi Rabbah,yang bersumber dari al Fadlal bin `Abbas r.a.)

Lanjutan :

Barang yang dimiliki Nabi Muhammad SAW

Rabu, 24 September 2014

Barang yang dimiliki Nabi Muhammad SAW 1

KITAB AS SYAMAIL KARYA IMAM TURMUDZI
bil ikhtishor
1.BENTUK TUBUH RASULULLOH.
«كان رسول الله صلى الله عليه وسلم ليس بالطويل البائن، ولا بالقصير، ولا بالأبيض الأمهق، ولا بالآدم ولا بالجعد القطط ولا بالسبط، بعثه الله تعالى على رأس أربعين سنة، فأقام بمكة عشر سنين، وبالمدينة عشر سنين، وتوفاه الله تعالى على رأس ستين سنة، وليس في رأسه ولحيته عشرون شعرة بيضاء».
"Rasulullah shollallohu alaihi wasallam bukanlah orang yang berperawakan terlalu tinggi, namun tidak pula pendek. Kulitnya tidak putih bule juga tidak sawo matang. Rambutnya ikal, tidak terlalu keriting dan tidak pula lurus kaku. Beliau diangkat Allah (menjadi rasul) dalam usia empat puluh tahun. Beliau tingal di Mekkah (sebagai Rasul) sepuluh tahun dan di madinah sepuluh tahun. Beliau pulang ke Rahmatullah dalam usia permulaan enam puluh tahun. Pada kepala dan janggutnya tidak terdapat sampai dua puluh lembar rambut yang telah berwarna putih."
(diriwayatkan oleh Abu Raja' Qutaibah bin Sa'id, dari Malik bin Anas, dari Rabi'ah bin Abi `Abdurrahman yang bersumber dari Anas bin Malik r.a)
«ما رأيت من ذي لمة في حلة حمراء أحسن من رسول الله، له شعر يضرب منكبيه، بعيد ما بين المنكبين، لم يكن بالقصير ولا بالطويل».
"Aku tak pernah orang yang berambut panjang terurus rapi, dengan mengenakan pakaian merah, yang lebih tampan dari Rasulullah saw. Rambutnya mencapai kedua bahunya.Kedua bahunya bidang. beliau bukanlah seorang yang berperawakan pendek dan tidak pula terlampau tinggi."
(diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Waki',dari Sufyan, Dari Abi Ishaq, yang bersumber dari al Bara bin `Azib r.a)
«لم يكن رسول الله بالطويل الممغط، ولا بالقصير المتردد، وكان ربعة من القوم، لم يكن بالجعد القطط، ولا بالسبط، كان جعدا رجلا، ولم يكن بالمطهم ولا بالمكلثم، وكان في وجهه تدوير أبيض مشرب، أدعج العينين، أهدب الأشفار، جليل المشاش والكتد، أجرد ذو مسربة، شثن الكفين والقدمين، إذا مشى تقلع كأنما ينحط في صبب، وإذا التفت التفت معا، بين كتفيه خاتم النبوة، وهو خاتم النبيين، أجود الناس صدرا، وأصدق الناس لهجة، وألينهم عريكة، وأكرمهم عشرة، من رآه بديهة هابه، ومن خالطه معرفة أحبه، يقول ناعته: لم أر قبله ولا بعده مثله صلى الله عليه وسلم»
"Rasulullah shollallohu alaihi wasallam. tidak berperawakan terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Beliau berperawakan sedang diantara kaumnya. Rambut tidak keriting bergulung dan tidak pula lurus kaku, melainkan ikal bergelombang. Badannya tidak gemuk, dagunya tidak lancip dan wajahnya agak bundar. Kulitnya putih kemerahmerahan. Matanya hitam pekat dan bulu matanya lentik. Bahunya bidang. beliau memiliki bulu lebat yang memanjang dari dada sampai ke pusat. Tapak tangan dan kakinya terasa tebal. Bila Beliau berjalan, berjalan dengan tegap seakanakan Beliau turun ke tempat yang rendah. Bila Beliau berpaling maka seluruh badannya ikut berpaling. Diantara kedua bahunya terdapat Khatamun Nubuwah, yaitu tanda kenabian. Beliau memiliki hati yang paling pemurah diantara manusia. Ucapannya merupakan perkataan yang paling benar diantar semua orang. Perangainya amat lembut dan beliau paling ramah dalam pergaulan.
Barang siapa melihatnya, pastilah akan menaruh hormat padanya. Dan barang siapa pernah berkumpul dengannya kemudian kenal dengannya tentulah ia akan mencintainya. Orang yang menceritakan sifatnya, pastilah akan berkata:
"Belum pernah aku melihat sebelum dan sesudahnya orang yang seistimewa Beliau shollallohu alaihi wasallam. "
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin `Ubadah ad Dlabi al Bashri, juga diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr dan Abu Ja'far bin Muhammad bin al Husein, dari `Isa bin Yunus, dari `Umar bin `Abdullah, dari Ibrahim bin Muhammad, dari salah seorang putera `Ali bin Abi Thalib ra yang bersumber dari `Ali bin Abi Thalib ra.)
«عرض علي الأنبياء، فإذا موسى عليه السلام ضرب من الرجال، كأنه من رجال شنوءة، ورأيت عيسى ابن مريم عليه السلام، فإذا أقرب من رأيت به شبها عروة بن مسعود، ورأيت إبراهيم عليه السلام، فإذا أقرب من رأيت به شبها صاحبكم، يعني نفسه، ورأيت جبريل عليه السلام فإذا أقرب من رأيت به شبها دحية».
"Telah diperlihatkan kepadaku para Nabi. Adapun Nabi Musa a.s. bagaikan seorang laki laki dari suku Syanu'ah. Kulihat pula Nabi `Isa bin Maryan a.s. ternyata orang yang pernah kulihat mirip kepadanya adalah `Urwah bin Mas'ud, Kulihat pula Nabi Ibranim a.s. ternyata orang yang mirip kepadanya adalah kawan kalian ini (yaitu Nabi saw sendiri). Kulihat jibril ternyata orang yang pernah kulihat mirip kepadanya adalah Dihyah*."
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'ad dari Laits bin Sa'id, dari Abi Zubair yang bersumber dari Jabir bin `Abdullah r.a.)
«كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أفلج الثنيتين، إذا تكلم رئي كالنور يخرج من بين ثناياه».
"Rasulullah mempunyai gigi seri yang renggang. Bila Beliau berbicara terlihat seperti ada cahaya yang memancar keluar antara kedua gigi serinya itu." (Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari Ibrahim bin Mundzir al Hizami, dari `Abdul `Aziz bin Tsabit az Zuhri, dari Ismail bin Ibrahim, dari Musa bin `Uqbah, dari Kuraib yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)


KITAB AS SYAMAIL KARYA IMAM TURMUDZI
bil ikhtishor
2. BENTUK KHOTAM (tanda/cap)NUBUWWAH
«رأيت الخاتم بين كتفي رسول الله صلى الله عليه وسلم غدة حمراء مثل بيضة الحمامة».
"Aku pernah melihat khatam (kenabian)…. Ia terletak antara kedua bahu Rasulullah saw. Bentuknya seperti sepotong daging berwarna merah sebesar telur burung dara."
(Diriwayatkan oleh Sa'id bin Ya'qub at Thalaqani dari Ayub bin Jabir, dari Simak bin Harb yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.)
كان علي، إذا وصف رسول الله صلى الله عليه وسلم- فذكر الحديث بطوله- وقال: «بين كتفيه خاتم النبوة، وهو خاتم النبيين».
"Apabila `Ali r.a menceritakan sifat Rasulullah shollallohu alaihi wasallam maka ia akan bercerita panjang lebar. Dan ia akan berkata: `Diantara kedua bahunya terdapat Khatam kenabian, yaitu khatam para Nabi.
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin `Ubadah ad Dlabi `Ali bin Hujr dan lainnya, yang mereka terima dari Isa bin Yunus dari `Umar bin `Abdullah, dari `Ibrahim bin Muhammad yang bersumber dari salah seorang putera `Ali bin Abi Thalib r.a.)
قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يا أبا زيد، ادن مني فامسح ظهري»، فمسحت ظهره، فوقعت أصابعي على الخاتم قلت: وما الخاتم؟ قال: «شعرات مجتمعات».
Dalam suatu riwayat, Alba'bin Ahmar al Yasykuri mengadakan dialog dengan Abu Zaid `Amr bin Akhthab al Anshari r.a. sbb: "Abu Zaid berkata: `Rasulullah saw bersabda kepadaku : `Wahai Abu Zaid mendekatlah kepadaku dan usaplah punggungku'. Maka punggungnya kuusap, dan terasa jari jemariku menyentuh Khatam. Aku (alba' bin Ahmar al Yasykuri) bertanya kepada Abu Zaid: `Apakah Khatam itu?' Abu Zaid menjawab: `kumpulan bulu-bulu.
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Abu `Ashim dari `Uzrah bin Tsabit yang bersumber dari Alba'bin Ahmar al Yasykuri)
3. RAMBUT RASULULLOH
عَنْ أنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ شَعَرُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِلَى نِصْفِ أُذُنَيْهِ.
"Rambut Rasulullah shollallohu alaihi wasallam mencapai pertengahan kedua telinganya."
(Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Ismail bin Ibrahim, dari Humaid yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَرْبُوعًا، بَعِيدَ مَا بَيْنَ الْمِنْكَبَيْنِ، وَكَانَتْ جُمَّتُهُ تَضْرِبُ شَحْمَةَ أُذُنَيْهِ.
"Rasulullah shollallohu alaihi wasallam adalah seorang yang berbadan sedang, kedua bahunya bidang, sedangkan rambutnya menyentuh kedua daun telinganya."
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari Abu Qathan, dari Syu'bah dari Abi Ishaq yang bersumber dari al Bara' bin `Azib r.a.)
عَنْ قَتَادَةَ، قَالَ: قُلْتُ لأَنَسٍ: كَيْفَ كَانَ شَعَرُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم؟ قَالَ: لَمْ يَكُنْ بِالْجَعْدِ، وَلا بِالسَّبْطِ، كَانَ يَبْلُغُ شَعَرُهُ شَحْمَةَ أُذُنَيْهِ.
"Rambut Rasulullah shollallohu alaihi wasallam tidak terlampau keriting, tidak pula lurus kaku, rambutnya mencapai kedua daun telingannya. "
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Wahab bin Jarir bin Hazim, dari Hazim yang bersumber dari Qatadah)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُسْدِلُ شَعَرَهُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ يُونُسَ بْنِ يَزِيدَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْوَكَانَ الْمُشْرِكُونَ يَفْرِقُونَ رُؤُوسَهُمْ، وَكَانَ أَهْلُ الْكِتَابِ يُسْدِلُونَ رُؤُوسَهُمْ، وَكَانَ يُحِبُّ مُوَافَقَةَ أَهْلِ الْكِتَابِ فِيمَا لَمْ يُؤْمَرْ فِيهِ بِشَيْءٍ، ثُمَّ فَرَقَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم رَأْسَهُ.
)"Sesungguhnya Rasulullah sjollallohu alaihi wasallam dulunya menyisir rambutnya ke belakang, sedangkan orang-orang musyrik menyisir rambut mereka ke kiri dan ke kanan, dan Ahlul Kitab menyisir rambutnya ke belakang. Selama tidak ada perintah lain, Rasulullah saw. Senang menyesuaikan diri dengan Ahlul Kitab. Kemudian,Rasulullah saw. menyisir rambutnya ke kiri dan ke kanan."
(Diriwayatkan oleh Suwaid bin Nashr dari `Abdullah bin al Mubarak, dari Yunus bin Yazid, dari az Zuhri, dari `Ubaidilah bin `Abdullah bin `Utbah, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)


KITAB AS SYAMAIL KARYA IMAM TURMUDZI
bil ikhtishor
4. cara bersisir Rasululloh
عن أنس بن مالك قال: «كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يكثر دهن رأسه وتسريح لحيته، ويكثر القناع حتى كأن ثوبه ثوب زيات».
"Rasulullah shollallohu alaihi wasallam. sering meminyaki rambutnya, menyisir janggutnya dan sering waktu menyisir rambutnya beliau menutupi (bahunya) dengan kain kerudung. Kain kerudung itu demikian berminyak seakan-akan kain tukang minyak."(Diriwayatkan oleh Yusuf bin'Isa, dari Rabi' bin Shabih, dari Yazid bin aban ar Raqasyi*, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
* Aban ar Raqasyi dikenal sebagai orang yang dinilai munkar periwayatannya. Hadist ini sangat berlawanan dengan kebanyakan hadist shahih, yang menerangkan tentang kebersihan dan penampilan terpuji dari Rasulullah saw. (Muhammad `Afif az Za'bi).
عن عبد الله بن مغفل، قال: «نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الترجل إلا غبا».
"Rasulullah shollallohu alaihi wasallam melarang bersisir kecuali sekali-kali. " (Diriwayatkan oleh Muhammad Basyar, dari Yahya bin Sa'id,dari Hisyam bin Hasan, dari al Hasan Bashri, yang bersumber dari `Abdullah bin Mughaffal r.a.*)
* Yang dilarang ialah bersisir layaknya wanita pesolek.• 'Abdullah bin Mughaffal r.a. dalah sahabat Rasulullah saw. Yang masyhur, ia adalah salah seorang peserta "Bai'tusSyajarah", wafat pada tahun 60 H ada pula yang mengatakan tahun 57 H.
5. uban Rsululloh
عن قتادة قال: قلت لأنس بن مالك: هل خضب رسول الله صلى الله عليه وسلم؟ قال: «لم يبلغ ذلك، إنما كان شيبا في صدغيه» «ولكن أبو بكر، خضب بالحناء والكتم».
Qatadah bertanya kepada Anas bin Malik r.a.: "Pernahkah Rasulullah shollallohu alaihi wasallam menyemir rambutnya yang telah beruban?"
Anas bin Malik menjawab:"Tidak sampai demikian. Hanya beberapa lembar uban saja di pelipisnya. Namun Abu Bakar r.a. pernah mewarnai (rambutnya yang memutih) dengan daun pacar dan katam."
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Abu Daud, dari Hamman yang bersumber dari Qatadah)
- Katam adalah sejenis tumbuh-tumbuhan yang biasa digunakan untuk memerahi rambut sedangkan warnanya merah tua.
عن أنس قال: «ما عددت في رأس رسول الله صلى الله عليه وسلم ولحيته إلا أربع ع شرة شعرة بيضاء».
anas berkata : " tiadalah aku menghitung di kepala Rasululloh shollallohu alaihi wasallam dan jg jenggotnya kecuali ada 14 rambut berwarna putih."
(diriwayatkan oleh ishaq bin mansur, dari yahya bin musa, keduanya dari abdurrazzak, dari ma'mar, dari tsabit bersumber dari anas binmalik )
عن ابن عباس قال: قال أبو بكر: يا رسول الله، قد شبت، قال: «شيبتني هود، والواقعة، والمرسلات، وعم يتساءلون، وإذا الشمس كورت».
Dalam suatu riwayat Ibnu `Abbas r.a. mengemukakan: Abu Bakar r.a. berkata: "Wahai Rasulullah, sungguh Anda telah beruban!" Rasulullah shollallohu alaihi wasallam bersabda:
"Surah Hud, Surah al Waqi'ah, Surah al Mursalat, Surah Amma Yatasa'alun dan Surah Idzasy-Syamsu kuwwirat, menyebabkan aku beruban."
(Diriwayatkan oleh Abu Kuraib Muhammad bin al A'la, dari Mu'awiyah bin Hisyam, dari Syaiban, dari Ishaq, dari Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)


KITAB AS SYAMAIL KARYA IMAM TURMUDZI
bil ikhtishor
6. SEMIR RAMBUT RASULULLOH
عن الجهدمة، امرأة بشر ابن الخصاصية، قالت: «أنا رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يخرج من بيته ينفض رأسه وقد اغتسل، وبرأسه ردع من حناء» أو قال: «ردغ» شك في هذا الشيخ.
Al Jahdzamah r.a., isteri Busyair bin al Khaskhashiyyah pernah bercerita: "Aku melihat Rasulullah shollallohu alaihi wasallam. keluar dari rumahnya mengibaskan rambut sehabis mandi. Dan di kepalanya terdapat bekas daun inai", atau "bekas celupan"(rawi ragu).
(Diriwayatkan oleh Ibrahim bin Harun, dari Nadlr bin Zararah*, dari Abi Jinab , dari Iyad bin Laqith, yang bersumber dari Jahdzamah r.a.)
عن أنس قال: «رأيت شعر رسول الله صلى الله عليه وسلم مخضوبا».
. "Aku melihat rambut Rasulullah shollallohu alaihi wasallam disemir."
(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari `Amr bin `Ashim, dari Hammad bin Salamah, dari Humaid, yang bersumber dari Anas r.a.)
7. CELAK MATA RASULULLOH
عن ابن عباس، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «اكتحلوا بالإثمد فإنه يجلو البصر، وينبت الشعر».
وزعم «أن النبي صلى الله عليه وسلم كانت له مكحلة يكتحل منها كل ليلة ثلاثة في هذه، وثلاثة في هذه».
Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a. dikemukakan: Sesungguhnya Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda: "Bercelaklah kalian dengan Itsmid*, karena ia dapat mencerahkan pengliahatan dan menumbuhkan bulu mata."
"Sungguh Nabi Mempunyai tempat celak mata yang digunakannya untuk bercelak pada setiap malam. Tiga olesan di sini dan tiga olesan di sini."
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Humaid ar Razi, dari Abu Daud at Thayalisi, dari Abbad bin Manshur, dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)
* Itsmid adalah batu celak biasanya berupa serbuk. Warnanya hitam atau biru. Serbuk itsmid dioleskan pada bulu mata atau disapukan di sekeliling mata.
* Yang dimaksud di sini adalah tiga olesan di mata sebelah kanan dan tiga olesan di mata sebelah kiri.
8. PAKAIAN RASULULLOH
عن أم سلمة، قالت: «كان أحب الثياب إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم القميص».
"Pakaian yang paling disenangi Rasulullah shollallohu alaihi wasallam adalah Gamis."
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Humaid ar Razi, dari al Fadhal bin Musa, diriwayatkan pula oleh Abu Tamilah dan Zaid bin Habab, ketiganya menerima dari `Abdul Mu'min bin Khalid, dari `Abdullah bin Buraidah, yang bersumber dari Ummu Salamah r.a.)
عن أنس بن مالك، أن النبي صلى الله عليه وسلم خرج وهو يتكئ على أسامة بن زيد عليه ثوب قطري قد توشح به، فصلى بهم
"Sesungguhnya Nabi shollallohu alaihi wasallam keluar (dari rumahnya) dengan bertelekan kepada `Usamah bin Zaid. Beliau memakai pakaian Qithri yang diselempangkan di atas bahunya, kemudian beliau shalat bersama mereka."
(Diriwayatkan oleh `Abd bin Humaid , dari Muhammad bin al Fardhal, dari Hammad bin Salamah, dari Habib bin as Syahid, dari al Hasan, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
* Qithri adalah sejenis kain yang terbuat dari katun yang kasar. Kain ini berasal dari Bahrain tepatnya dari Qathar
عن أنس بن مالك قال: «كان أحب الثياب إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم يلبسه الحبرة».
Dalam sebuah riwayat Anas bin Malik r.a. mengemukakan: "Pakaian yang paling disenangi Rasulullah saw. ialah kain Hibarah*."
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Mu'adz bin Hisyam dari ayahnya, dari Qatadah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
* Kain Hibarah ialah kain keluaran Yaman yang terbuat dari katun.
عن ابن عباس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «عليكم بالبياض من الثياب ليلبسها أحياؤكم، وكفنوا فيها موتاكم، فإنها من خير ثيابكم».
."Rasulullah shollallohu alaihi wasallam bersabda: "Hendaklah kalian berpakaian putih, untuk dipakai sewaktu hidup. Dan jadikanlah ia kain kafan kalian sewaktu kalian mati. Sebab kain putih itu sebaik- baik pakaian bagi kalian."
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, dari Basyar bin al Mufadhal, dari `Utsman Ibnu Khaitsam, dari Sa'id bin Jubeir, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)
عن سمرة بن جندب قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «البسوا البياض؛ فإنها أطهر وأطيب، وكفنوا فيها موتاكم».
"Rasulullah shollallohu alaihi wasallam bersabda : "Pakailah pakaian putih, karena ia lebih suci dan lebih bagus. Juga kafankanlah ia pada orang yang meninggal diantara kalian."
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari Habib bin Abi Tsabit, dari Maimun bin Abi Syabib yang bersumber dari Samurah bin Jundub r.a.)


KITAB AS SYAMAIL KARYA IMAM TURMUDZI
bil ikhtishor
9. KHUF RASULULLOH
عن ابن بريدة، عن أبيه، أن النجاشي أهدى للنبي صلى الله عليه وسلم خفين أسودين ساذجين، فلبسهما ثم توضأ ومسح عليهما.
"Sesungguhnya raja *an-Najasyi menghadiahkan sepasang khuf hitam pejat kepada Nabi shollallohu alaihi wasallam lalu Nabi saw. memakainya dan kemudian ia berwudlu dengan (hanya) menyapu keduanya (yakni tidak membasuh kaki)."
(Diriwayatkan oleh Hinad bin Siri, dari Waki', dari Dalham bin Shalih, dari Hujair bin `Abdullah, dari putera Buraidah, yang bersumber dari Buraidah r.a.)
* Khuf ialah sejenis kaos kaki tapi terbuat dari kulit binatang. Khuf dibuat amat tipis dan tingginya menutupi mata kaki. Khuf biasanya hanya digunakan pada musim dingin untuk mencegah agar kulit kaki tidak pecah-pecah. Biasanya, orang memakai khuf ketika musafir di musim dingin dan masih memakai sepatu luar lagi.
Sepatu ini namanya "jurmuq".
Para Ulama Indonesia sering menggunakan istilah Muzah untuk terjemahan khuf. Tapi kadangkadang diterjemahkan juga dengan "sepatu khuf".
* An najasyi menurut literature barat umumnya disebut Negust. Negust adalah gelar raja-raja di Abesina (Habsyi), sekarang dikenal "Ethiopia".
10. SENDAL RASULULLOH
عن قتادة قال: قلت لأنس بن مالك: كيف كان نعل رسول الله صلى الله عليه وسلم؟ قال: «لهما قبالان».
"Bagaimanakah sandal Rasulullah shollallohu alaihi wasallam itu?" Anas menjawab : "Kedua belahnya mempunyai tali qibal*."
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Abu Daud at Thayalisi, dari Hamman yang bersumber dari Qatadah)
* Tali qibal adalah tali sandal yang bersatu pada bagian mukanya dan terjepit di antara dua jari kaki
عن أبي هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «لا يمشين أحدكم في نعل واحدة، لينعلهما جميعا أو ليحفهما جميعا»
"Janganlah diantara kalian berjalan dengan sandal sebelah. Hendaklah memakai keduanya atau tdk memakai keduanya "
(Diriwayatkan oleh Ishaq bin Musa al Anshari, dari Ma'an, dari Malik, dari Abiz Zinad, dari al A'raj yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)
عن جابر، أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى أن يأكل، يعني الرجل، بشماله، أو ي
مشي في نعل واحدة.
"Sesungguhnya Nabi sholla llohu alaihi wasallammelarang seorang laki-laki makan dengan tangan kiri dan berjalan dengan sandal sebelah."
(Diriwayatkan oleh Ishaq bin Musa, dari Ma'an, dari Malik, dari Abi Zubair, yang bersumber dari Jabir r.a.)
عن أبي هريرة، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «إذا انتعل أحدكم فليبدأ باليمين، وإذا نزع فليبدأ بالشمال، فلتكن اليمين أولهما تنعل وآخرهما تنزع».
"Sesungguhnya Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : "Bila salah seorang diantara kalian hendak memakai sandal hendaklah ia memulainya dari yang sebelah kanan. Dan bila ia melepasnya, maka hendaklah dimulai dari yang sebelah kiri. Hendaklah posisi kanan dijadikan yang pertama kali dipasangi sandaldan yang terakhir kali dilepas."
(Diriwayatkan oleh Qutaibah, dari Malik, dan diriwayatkan pula oleh Ishaq bin Musa ,dari Ma'an, dari Malik, dari Abu Zinad, dari A'raj yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)


KITAB AS SYAMAIL KARYA IMAM TURMUDZI
bil ikhtishor
11. CINCIN RASULULLOH
عن أنس بن مالك قال: «كان خاتم النبي صلى الله عليه وسلم من ورق، وكان فصه حبشيا».
"Cincin Rasulullah shollallohu alaihi wasallam terbuat dari perak sedangkan batu matanya dari Abessina (Habsyi)".
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id dan sebagainya, dari `Abdullah bin Wahab, dari Yunus, dari Ibnu Syihab, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
عن أنس بن مالك قال: «لما أراد رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يكتب إلى العجم قيل له: إن العجم لا يقبلون إلا كتابا عليه خاتم، فاصطنع خاتما فكأني أنظر إلى بياضه في كفه».
"Tatkala Rasulullah shollallohu alaihi wasallam hendak menulis surat kepada penguasa bangsa `Ajam (asing), kepadanya diberitahukan: "Sungguh bangsa `Ajam tidak akan menerimanya, kecuali surat yang memakai cap. Maka Nabi dibuatkan sebuah cincin (untuk cap surat). Terbayanglah dalam benakku putihnya cincin itu di tangan Rasululloh ."
(Diriwayatkan oleh Ishaq bin Manshur, dari Mu'adz bin Hisyam, dari ayahnya, dari Qatadah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
عن أنس بن مالك قال: «كان نقش خاتم رسول الله صلى الله عليه وسلم: محمد سطر، ورسول سطر، والله سطر».
."Ukiran yang tertera di cincin Rasulullah shollalohu alaihi wasallam adalah "Muhammad" satu baris ,"Rasul" satu baris, dan "Allah" satu baris".
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Yahya, dari Muhammad bin `abdullah al Anshari, dari ayahnya, dari Tsumamah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
عن ابن عمر قال: «اتخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم خاتما من ورق، فكان في يده ثم كان في يد أبي بكر، ويد عمر، ثم كان في يد عثمان، حتى وقع في بئر أريس نقشه: محمد رسول الله».
" Rasululloh membuat cincin dari perak, dulu ditangan Rasul, kemudian ditangan abu bakar, dan tangan umar, kemudian ditangan usman hingga terjatuh di sumur aris, ukiran cincin tersebut bertiliskan " Muhammad Rasululloh "
( diriwayatkan oleh ishaq bin mansur dari abdulloh bin numair dari ubaidillah bin umar dari nafi' dari ibnu umar )
12. CARA BERCINCIN RASULULLOH
عن علي بن أبي طالب: أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يلبس خاتمه في يمينه
"Sesungguhnya Nabi shollallohu alaihi wasallam memakai cincin di jari tangan kanannya."
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Sahl bin `Asakir al Baghdadi, dan diriwayatkan pula oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, keduanya menerima dari Yahya bin Hisan, dari Sulaiman bin Bilal, dari Syarik bin `Abdullah bin Abi Namir, dari Ibrahim bin `Abdullah bin Hunain, dari bapaknya, yang bersumber dari `Ali bin Abi Thalib ra)
13. PEDANG RASULULLOH
عن أنس قال: «كانت قبيعة سيف رسول الله صلى الله عليه وسلم من فضة».
"Salut hulu pedang Rasulullah shollallohu alaihi wasallam. terbuat dari perak."
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Wahab bin Jarir, dari ayahnya dari Qatadah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
عن ابن سيرين قال: «صنعت سيفي على سيف سمرة بن جندب، وزعم سمرة أنه صنع سيفه على سيف رسول الله صلى الله عليه وسلم وكان حنفيا»
"Samurah mengaku bahwa ia membuat pedangnya meniru pedang Rasulullah shollallohu alaihi wasallam Sedangkan pedang Rasulullah itu berbentuk Hanafiyya*."
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin syuja' al Baghdad, dari Abu `Ubaidah al Haddad, dari `Utsman bin Sa'id, yang bersumber dari Ibnu Sirin r.a.)
* Pedang Hanafiyya adalah pedang yang di buat oleh suku Bani Hanifah. Pedang buatan Bani Hanafiah terkenal bagus dan halus pembuatannya.
14. BAJU BESI RASULULLOH
عن السائب بن يزيد، «أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان عليه يوم أحد درعان، قد ظاهر بينهما».
"Sesungguhnya Rasulullah shollallohu alaihi wasallam pada waktu ghazwah Uhud memakai dua baju besi. Sungguh beliau memakai keduanya secara rangkap."
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi `Umar, dari Shufyan bin `Uyainah, dari Yazid bin Khushaifah, yang bersumber dari Saib bin Yazid)
15. TOPI BESI RASULULLOH
عن أنس بن مالك: أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل مكة وعليه مغفر، فقيل له: هذا ابن خطل متعلق بأستار الكعبة، فقال: «اقتلوه».
"Sewaktu Rasulullah shollallohu alaihi wasallam memasuki kota Mekkah (dihari Pembebasan), beliau memakai topi besi. Kemudian ditunjukkan orang kepadanya : `ini Ibnu Khathal* bersembunyi di dinding Ka'bah (disebabkan takut). Nabi bersabda : "Bunuhlah dia!"
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, dari Malik bin Anas, dari Ibnu Syihab, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
Sebenarnya terjemahan topi besi tersebut kurang tepat sebab yang dimaksud topi besi di sini adalah rantai besi yang dijalin rapi, dibuat dengan ukuran kepala kemudian di pasang di dalam kopiah.
# Ibnu Khatal ialah seorang dari empat penjahat yang amat memusuhi Islam dan tidak mendapatkan pengampunan umum dari Rasulullah saw. Tiga lainnya ialah Huwairits bin Nuqaid, `Abdullah bin Abi Sarh dan Muqais bin Shababah. Namun, sebelum eksekusi, `Abdullah bin Abi Sarh masuk Islam. Dengan demikian `Abdullah bin Abi Sarh selamat dari hukuman.

KITAB AS SYAMAIL KARYA IMAM TURMUDZI
bil ikhtishor

16. SURBAN RASULULLOH
عن جابر قال: «دخل النبي صلى الله عليه وسلم مكة يوم الفتح وعليه عمامة سوداء».
"Nabi shollallohu alaihi wasallam memasuki kota Mekkah pada waktu pembebasan kota Mekkah, beliau memakai serban hitam."
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Hammad bin Salamah. Hadist inipun diriwayatkan pula oleh Mahmud bin Ghailan, dari Waki', dari Hammad bin Salamah, dari Abi Zubair, yang bersumber dari Jabir r.a.)
عن جعفر بن عمرو بن حريث، عن أبيه، «أن النبي صلى الله عليه وسلم خطب الناس وعليه عمامة سوداء».
"Sesungguhnya Nabi shollallohu alaihi wasallam berpidato dihadapan umat, beliau memakai serban hitam."
(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dan diriwayatkan pula oleh Yusuf bin `Isa, keduanya menerima dari Waki', dari Musawir al Waraq, dari Ja'far bin `Amr bin Huraits,yang bersumber dari bapaknya.)

17. SARUNG RASULULLOH
عن أبي بردة قال: أخرجت إلينا عائشة، كساء ملبدا وإزارا غليظا، فقالت: «قبض روح رسول الله صلى الله عليه وسلم في هذين».
"'Aisyah r.a. memperlihatkan kepada kami pakaian yang telah kumal serta sarung yang kasar, seraya berkata :
"Rasulullah shollallohu alaihi wasallam dicabut ruhnya sewaktu memakai kedua pakaian ini".
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari Ismail, dari Ayub, dari Humaid bin Hilal, dari Abi Burdah yang bersumber dari bapaknya).
عن إياس بن سلمة بن الأكوع، عن أبيه قال: كان عثمان بن عفان، يأتزر إلى أنصاف ساقيه، وقال: «هكذا كانت إزرة صاحبي»، يعني النبي صلى الله عليه وسلم.
"'Utsman bin Affan r.a. memakai sarung yang tingginya mencapai setengah betisnya. `Utsman berkata : "Demikianlah cara bersarung sahabatku (yakni Nabi shollallohu alaihi wasallam)".
(Diriwayatkan oleh Suwaid bin Nashr, dari `Abdullah bin al Mubarak, dari Musa bin `Ubaidah, dari Ayas bin Salamah bin al Akwa' yang bersumber dari bapaknya).
عن حذيفة بن اليمان قال: أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بعضلة ساقي أو ساقه فقال: «هذا موضع الإزار، فإن أبيت فأسفل، فإن أبيت فلا حق للإزار في الكعبين».
"Rasulullah saw. memegang otot betis kakiku dan betis kakinya, lalu bersabda: "inilah tempat batas sarung. Jika kau tidak suka di sini, maka boleh juga diturunkan lagi. Jika kau tidak suka juga, maka tidak ada hak lagi bagi sarung menutup kedua mata kaki".
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, dari Abul Ahwash, dari Abi Ishaq, dari Muslim binNadzir, yang bersumber dari Hudzaifah Ibnul Yaman r.a.)

18. CARA BERJALAN RASULULLOH
عن أبي هريرة قال: «ولا رأيت شيئا أحسن من رسول الله صلى الله عليه وسلم كأن الشمس تجري في وجهه، وما رأيت أحدا أسرع في مشيته من رسول الله صلى الله عليه وسلم كأنما الأرض تطوى له إنا لنجهد أنفسنا وإنه لغير مكترث».
"Tiada satupun kulihat lebih indah daripada Rasulullah shollallohu alaihi wasallam, seolah-olah mentari beredar di wajahnya. Juga tiada seorangpun yang kulihat lebih cepat jalannya daripada Rasulullah shollallohu alaihi wasallam, seolah-olah bumi ini dilipat-lipat untuknya. sungguh, kami harus bersusah payah melakukan hal itu, sedangkan Rasulullah Tidak mempehatikankan. "
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, dari Ibnu Luhai'fah, dari Abi Yunus, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)
عن علي بن أبي طالب قال: «كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا مشى تكفأ تكفؤا كأنما ينحط من صبب».
"Bila Nabi shollallohu alaihi wasallam berjalan, maka ia berjalan dengan merunduk seakan-akan jalanan menurun."
(Diriwayatkan oleh Shufyan bin Waki', dari ayahnya, dari al Masudi, dari `Utsman bin Muslim bin Hurmuz, dari Nafi' bin Jubair bin Muth'im, yang bersumber dari `Ali bin Abi Thalib ra)

19 . KAIN PENYEKA RASULULLOH
عن أنس بن مالك قال: «كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يكثر القناع كأن ثوبه ثوب زيات».
"Rasulullah shollallohu alaihi wasallam sering menyeka (minyak di kepalanya), seakan-akan kain penyeka kepalanya seperti kain penyeka tukang minyak."
(Diriwayatkan oleh Yusuf bin `Isa, dari Waki', dari Rabi' bin Shabih, dari *Yazid bin Aban ar Raqasi, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
# Yazid bin Aban ar Raqasy dikenal sebagai orang yang dinilai munkar periwatannya. Hadits ini sangat berlawanan dengan hadist Shahih, yang menerangkan tentang kebersihan dan penampilan terpuji dari Rasulullah shollallohu alaihi wasallam
(Muhammad `Afif az Za'bi)

Wallahu 'Alam
Link Sumber :
https://www.facebook.com/PISS.KTB/posts/740739799312769

https://www.facebook.com/PISS.KTB/posts/741991735854242

Catatan :
Salah satu kitab rujukan yg paling bagus bagi yg ingin mengetahui perihal kebiasaan2, kesukaan2, cara berpakaian, makan, minum, adab sopan santun, perang dsb dari Rasulullah SAW dan jgn bilang paling nyunnah kalo blm baca kitab ini, hehe...

Lanjutan :

Arsip Blog