Selasa, 20 Januari 2015

Para Pemuka Musyrikin Quraisy menemui Nabi SAW

Pada suatu hari semua penganjur dan pemuka Quraisy melaksanakan keputusan mereka, yaitu hendak bertemu dengan Nabi SAW. Pada waktu itu Nabi SAW sedang duduk seorang diri di Masjid. Adapun yang datang lebih dahulu ialah Abu Jahal bin Hisyam, Walid bin Mughirah, Ubay bin Khalaf, Utbah bin Rabi'ah, kemudian datang yang lain-lainnya lagi. Setelah mereka semua berada dihadapan Nabi SAW, beliau lalu membacakan beberapa ayat Al-Qur'an, dengan maksud berda'wah kepada mereka..

Pada waktu itu Nabi SAW bersungguh-sungguh dan penuh harapan, supaya mereka itu segera menjadi pengikut beliau (masuk Islam). Sebab itu beliau sangat menghormati mereka. Karena beliau tidak mengerti maksud kedatangan mereka yang sangat jahat itu. Beliau tidak menyangka bahwa kedatangan mereka itu hendak menghina, merendahkan, mengejek dan mentertawakan seruannya. Bahkan sebaliknya beliau menyangka bahwa kedatangan mereka itu hendak mengikuti seruannya dan beriman. Karena memang sejak beberapa waktu sebelumnya beliau sudah mengharap-harapkan hal itu. Karena beliau beranggapan, bahwa apabila mereka itu sudah mau mengikuti seruannya, lalu menjadi pemuka-pemuka Islam, maka sudah barang tentu semakin banyaklah orang-orang yang dari lapisan bawah, dari rakyat jelata akan terbawa mengikuti jejak mereka, sehingga lebih pesatlah kemajuan langkah beliau dalam menyiarkan agama Islam serta lekas tercapai apa yang dicita-citakannya.

Namun ketika Nabi SAW tengah asyik bercakap-cakap dengan mereka dan dengan wajah berseri-seri, tiba-tiba datanglah seorang yang buta, yang pakaiannya compang-camping ingin bertemu beliau. Orang buta itu bernama Abdullah bin Suraih bin Malik bin Rabi'ah Al-Fihry, dan ia dikenal orang dengan nama Ibnu Ummi Maktum (anak lelaki dari Ummi Maktum).

Kedatangannya itu dengan sungguh-sungguh serta dengan tulus ikhlas ingin mengetahui seluk beluk agama Islam dan hendak mempelajari pelajaran Allah yang telah diturunkan dan diajarkan kepada beliau. Pada saat itu Nabi SAW masih terus bercakap-cakap dan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dengan asyiknya kepada mereka dengan wajah yang berseri-seri. Dan beliau tidak memperdulikan orang buta yang papa yang datang kepada beliau itu. Dan setiap kali selesai membacakan ayat-ayat Al-Qur'an beliau menanyakan kepada mereka :
اَ لَـيْسَ حَسَنًا مَا جـِئْتُ بِهِ ؟
"Bukankah apa yang kudatangkan ini baik ?"
Mereka menjawab dengan tertawa : "Ya, baik, demi Allah ! Sungguh memang amat baik !"
Nabi SAW lalu membacakan beberapa ayat yang lainnya lagi lantas menanyakan pula kepada mereka :
هَلْ تَرَوْنَ بِمَا اَقُوْلُ لَكُمْ بَأْسًا ؟
Apakah menurut pendapatmu apa yang kukatakan kepadamu ini jelek ?
Mereka menyahut bersama-sama : "Tidak, demi Allah ! Sungguh semuanya baik".
Demikianlah hingga terjadi berulang-ulang. Dan ditengah-tengah beliau asyik bercakap-cakap begitu, orang buta yang papa itu selalu menyela :
يَا رَسُوْلَ اللهِ عَلِّمْنِىْ مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ.
"Ya Rasulullah, berilah aku pelajaran dari apa yang telah diajarkan Allah kepadamu !".
يَا رَسُوْلَ اللهِ عَلِّمْنِىْ مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ.
"Ya Rasulullah, berilah aku pelajaran dari apa yang telah diajarkan Allah kepadamu !".
Begitulah perkataan Ibnu Ummi Maktum berkali-kali. Tetapi Nabi SAW tidak mempedulikan dan tidak pula memperhatikan permintaan orang buta itu, bahkan beliau bermasam muka dan memalingkan muka dari orang buta itu ke arah para pembesar dan pemuka Quraisy.
Sehubungan dengan adanya peristiwa tersebut, Allah SWT menurunkan wahyu kepada beliau SAW :
عَبَسَ وَتَوَلّى. اَنْ جَآءَهُ اْلاَعْمى. وَ مَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّه يَزَّكّى. اَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرى. اَمَّا مَنِ اسْتَغْنى. فَاَنــْتَ لَه تَصَدّى. وَمَا عَلَيْكَ اَلاَّ يَزَّكّى. وَ اَمَّا مَنْ جَآءَكَ يَسْعى. وَهُوَ يَخْشى. فَاَنــْتَ عَنْهُ تَـلَـهّى. كَلاَّ اِنــَّهَا تَذْكِرَةٌ. عبس:1-11
"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pelajaran, lalu pelajaran itu memberi manfaat kepadanya ? Adapun orang yang menganggap dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pelajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian) ! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,  ['Abasa : 1 - 11].
Diriwayatkan setelah Nabi SAW, mendapat teguran Allah itu, beliau tidak pernah lagi memasamkan muka atau memalingkan muka dari siapapun yang datang kepada beliau, terutama jika yang datang itu adalah orang dari lapisan bawah yang papa, miskin dan sebagainya, maka dengan segera beliau menghormatinya dan mendudukkannya sambil menanyakan apa yang menjadi keperluannya. Terutama bila beliau kedatangan Ibnu Ummi Maktum tersebut yang menyebabkan beliau mendapat teguran dari Allah, maka beliau sangatlah memberi penghormatan kepadanya seraya berkata :
مَرْحَبًا بِمَنْ عَاتَبَنِىْ فِيْهِ رَبـِّى.
"Selamat datang wahai orang yang menyebabkan aku mendapat teguran dari Tuhanku".

1. Hijrah ke negeri Habsyi yang pertama.
Walaupun pada masa itu orang-orang dari bangsa Arab Quraisy dan bangsa Arab lainnya bertambah banyak yang mengikut Nabi SAW, tetapi rintangan-rintangan yang dihadapkan kepada beliau dan kaum Muslimin makin hari semakin besar pula.
Singkatnya, bahwa setiap orang yang menjadi pengikut Nabi SAW baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda, pastilah mereka masing-masing pernah mendapat penganiayaan dari kaum musyrikin, terutama jika ia adalah seorang yang terpandang lemah, hina, rendah, tidak berkekuatan sesuatu apapun, maka ia pasti memperoleh penganiayaan yang berupa pukulan dan juga siksaan sampai setengah mati, sehingga ada yang sampai menghembuskan nafas yang penghabisan.

Sedang Nabi SAW selain hati beliau selalu disakiti, beliau pernah diperlakukan dengan sewenang-wenang, dan dimusuhi dengan cara yang biadab oleh kepala-kepala kaum Quraisy, juga beliau dimusuhi dengan cara-cara yang sangat halus. Karena mereka mengetahui bahwa merintangi beliau dengan perbuatan-perbuatan kasar tidaklah mendatangkan hasil yang mereka maksudkan, maka mereka lalu merintangi beliau dengan cara yang sangat halus. Dan andaikata bukanlah dia seorang Nabi dan Rasul yang dipilih oleh Allah, dengan hati yang terpelihara benar-benar, niscaya akan terpengaruh dan terpedayalah oleh bujukan dan perbuatan mereka. Sebagaimana firman Allah yang diturunkan kepadanya pada waktu itu :
وَ اِنْ كَادُوْا لَـيَفْتِنُوْنَـكَ عَنِ الَّذِىْ اَوْحَيْنَآ اِلَـيْكَ لِـتَفْتَرِيَ عَلَـيْنَا غَيْرَه وَ اِذًا لاَّ تـَّخَذُوْكَ خَلِـيْلاً. وَلَوْلاَ  اَنْ ثَبَتْنكَ لَـقَدْ كِدْتَّ تَرْكَنُ اِلَـيْهِمْ شَيْئًا قَلِـيْلاً. اِذًا  لاَذَقْنكَ ضِعْفَ اْلحَيوة  وَضِعْفَ اْلمَمَاتِ ثُمَّ لاَ تَجـِدُ لَكَ عَلَـيْنَا نَصِيْرًا. الاسراء:73-75
"Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara  bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi shahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan merasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap (siksa) Kami." [Al-Israa' : 73 - 75]
Demikianlah Allah memperingatkan diri Nabi SAW pada saat itu. Adapun sebab-sebab turunnya wahyu itu menurut satu riwayat adalah demikian :

Pada suatu ketika Nabi SAW sedang berada disamping Ka'bah. Pada waktu itu Abu Jahal bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf dan para pemuka musyrikin Quraisy lainnya kebetulan ada ditempat itu juga. Setelah mereka mengetahui bahwa Nabi SAW sedang ada di tempat tersebut, maka mereka bersama-sama menemui beliau, dan salah seorang dari mereka berkata : Muhammad, kebetulan sekali engkau ada di sini sekarang, karena memang telah beberapa hari kami mencari engkau, tetapi selalu tidak dapat betemu. Kami hendak berbicara sedikit kepadamu, dan memang kebetulan sekali engkau ada di sini. Hai Muhammad, mari kita meminta berkah dari tuhan kami, nanti kami akan mengikut seruanmu dan memeluk agamamu".
Pada waktu itu Nabi SAW memang sangat memperhatikan keadaan bangsanya, agar mereka jangan sampai berpecah belah, dan beliau sangat mengharap-harapkan keislaman mereka. Karena itu hati beliau timbul perasaan hendak menuruti keinginan mereka dengan maksud kalau-kalau mereka nanti sungguh-sungguh akan mengikut seruannya dan memeluk Islam. Karena peristiwa itu, kemudian Allah menurunkan wahyu tersebut .

Inilah suatu bukti dari pada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa Nabi SAW itu adalah seorang ma'shum, yang dipelihara Allah dari perbuatan-perbuatan yang akan membawa atau menimbulkan dosa.
Selanjutnya, sekalipun Nabi SAW pada masa itu menempuh bermacam-macam ujian dan rintangan dari kaum Musyrikin Quraisy, tetapi pendirian beliau tetap teguh, dan iman beliau tetap kuat dan tebal kepada Allah. Namun demikian setelah beliau setiap hari senantiasa melihat dan menyaksikan pengikut-pengikut beliau (kaum Muslimin) terus-menerus dianiaya dan diperlakukan sewenang-wenang oleh mereka itu, terutama dari mereka yang terpandang lemah, hina dan rendah, maka akhirnya pada suatu hari beliau memerintahkan kepada kaum Muslimin, baiklaki-laki maupun perempuan, supaya mereka hijrah ke luar negeri, yaitu ke negeri Habsyi yang disana tidak ada perbuatan yang sewenang-wenang dan penganiayaan darifihak pemerintah.

Negeri Habsy atau Abessinia, terletak di benua Afrika. Gelaran Raja Habsyi dikala itu ialah Najasyi (Negus). Adapun pada masa itu raja Habsyi dan sebagian besar dari rakyatnya memeluk agama Nasrani (Kristen).
Oleh sebab itu pada suatu hari beliau mengumpulkan para pengikut beliau (kaum Muslimin) lalu bersabda kepada mereka :
لَوْ خَرَجْتُمْ اِلَى اَرْضِ اْلحَبَشَةِ فَاِنَّ فِيْهَا مَلِكًا لاَ يُظْلَمُ اَحَدٌ عِنْدَهُ حَتَّى يَجْعَلَ اللهُ لَكُمْ فَرَجًا وَمَخْرَجًا مِمَّا اَنـْـتُمْ فِيْهِ.
"Jikalau kamu mau keluar berpindah ke negeri Habsyi, (adalah lebih baik) karena di sana ada seorang raja yang di wilayahnya tidak ada seorangpun yang dianiaya, sehingga Allah menjadikan suatu masa kemudahan dan keluasan kepada kamu, dari pada keadaanmu yang seperti sekarang ini".
Perintah Nabi SAW tersebut ditujukan kepada siapa saja yang mau di antara kaum Muslimin. Maka perintah itu setelah diterima oleh kaum Muslimin, lalu sebagian dari mereka menjalankan perintah itu dengan tulus ikhlas. Tetapi sebagian besar di antara mereka (kaum Muslimin) lebih suka tetap bertempat tinggal di kota Makkah bersama-sama dengan Nabi SAW; senang atau susah akan dirasakan dan ditanggung bersama-sama dengan beliau.

Adapun kaum Muslimin yang berhijrah, mereka berangkat dari kota Makkah dengan sembunyi-sembunyi, supaya tidak diketahui oleh kaum musyrikin, dan berangkatnyapun seorang demi seorang, atau berdua-dua dengan isterinya masing-masing. Agar supaya perbuatan mereka itu jangan sampai diketahui oleh kaum musyrikin, karena jika sampai diketahui oleh mereka, tentu mereka di tengah jalan akan mendapat rintangan dari fihak kaum musyrikin.
Kemudian setelah mereka itu sampai dipantai laut Merah, mereka menyewa sebuah perahu untuk berlayar ke negeri Habsyi, dengan tidak mendapat halangan sesuatu apa, maka tinggallah mereka di sana dengan aman dan sejahtera.
Adapun mereka yang berangkat hijrah itu sebanyak 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, jadi seluruhnya 15 orang. Adapun nama mereka masing-masing adalah sebagai berikut :
1. Utsman bin Affan (dari Bani Umayyah), 2. Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabiah (dari Bani Abdu Syamsin), 3. Abu Salamah bin Abdul Asad (dari Bani Makhzum), 4. Az-Zubair bin Al-Awwam (dari Bani Asad), 5. Mus'ab bin Umair (dari Bani Abdud Dar), 6. Abdurrahman bin Auf (dari Bani Zuhrah), 7. Amir bin Rabi'ah (dari Bani Ady bin Ka'ab), 8.Utsman bin Madh'un (dari Bani Jamuh), 9. Abu Sabrah bin Abi Wahmin (dari Bani Amir), 10. Sahl bin Baidla' (dari Bani Al-Harits) 11. Ruqoyyah binti Muhammad, puteri Nabi SAW (isteri Utsman bin Affan), 12. Sahlah binti Suhail (isteri Abu Hudzaifah), 13. Ummu Salamah binti Abi Umayyah (isteri Abu Salamah), 14. Laila binti Abi Khaitsamah (isteri Amir bin Rabiah), dan 15. Ummu Kultsum (isteri Abu Sabrah).
Hijrah inilah yang disebut di dalam kitab-kitab tarikh Islam dengan sebutan "Hijratul-Ula" (hijrah yang pertama). Dan menurut riwayat, berangkat mereka itu dari kota Makkah pada permulaan bulan Rajab tahun ke 5 dari tahun Bi'tsah.

Setelah mereka sampai di negeri Habsyi, mereka diterima dan dihormati dengan sebaik-baik penghormatan oleh raja Najasyi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar