Pada suatu hari semua penganjur dan pemuka Quraisy melaksanakan
keputusan mereka, yaitu hendak bertemu dengan Nabi SAW. Pada waktu itu
Nabi SAW sedang duduk seorang diri di Masjid. Adapun yang datang lebih
dahulu ialah Abu Jahal bin Hisyam, Walid bin Mughirah, Ubay bin Khalaf,
Utbah bin Rabi'ah, kemudian datang yang lain-lainnya lagi. Setelah
mereka semua berada dihadapan Nabi SAW, beliau lalu membacakan beberapa
ayat Al-Qur'an, dengan maksud berda'wah kepada mereka..
Pada waktu
itu Nabi SAW bersungguh-sungguh dan penuh harapan, supaya mereka itu
segera menjadi pengikut beliau (masuk Islam). Sebab itu beliau sangat
menghormati mereka. Karena beliau tidak mengerti maksud kedatangan
mereka yang sangat jahat itu. Beliau tidak menyangka bahwa kedatangan
mereka itu hendak menghina, merendahkan, mengejek dan mentertawakan
seruannya. Bahkan sebaliknya beliau menyangka bahwa kedatangan mereka
itu hendak mengikuti seruannya dan beriman. Karena memang sejak beberapa
waktu sebelumnya beliau sudah mengharap-harapkan hal itu. Karena beliau
beranggapan, bahwa apabila mereka itu sudah mau mengikuti seruannya,
lalu menjadi pemuka-pemuka Islam, maka sudah barang tentu semakin
banyaklah orang-orang yang dari lapisan bawah, dari rakyat jelata akan
terbawa mengikuti jejak mereka, sehingga lebih pesatlah kemajuan langkah
beliau dalam menyiarkan agama Islam serta lekas tercapai apa yang
dicita-citakannya.
Namun ketika Nabi SAW tengah asyik bercakap-cakap dengan mereka dan
dengan wajah berseri-seri, tiba-tiba datanglah seorang yang buta, yang
pakaiannya compang-camping ingin bertemu beliau. Orang buta itu bernama
Abdullah bin Suraih bin Malik bin Rabi'ah Al-Fihry, dan ia dikenal orang
dengan nama Ibnu Ummi Maktum (anak lelaki dari Ummi Maktum).
Kedatangannya
itu dengan sungguh-sungguh serta dengan tulus ikhlas ingin mengetahui
seluk beluk agama Islam dan hendak mempelajari pelajaran Allah yang
telah diturunkan dan diajarkan kepada beliau. Pada saat itu Nabi SAW
masih terus bercakap-cakap dan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dengan
asyiknya kepada mereka dengan wajah yang berseri-seri. Dan beliau tidak
memperdulikan orang buta yang papa yang datang kepada beliau itu. Dan
setiap kali selesai membacakan ayat-ayat Al-Qur'an beliau menanyakan
kepada mereka :
اَ لَـيْسَ حَسَنًا مَا جـِئْتُ بِهِ ؟
"Bukankah apa yang kudatangkan ini baik ?"
Mereka menjawab dengan tertawa : "Ya, baik, demi Allah ! Sungguh memang amat baik !"
Nabi SAW lalu membacakan beberapa ayat yang lainnya lagi lantas menanyakan pula kepada mereka :
هَلْ تَرَوْنَ بِمَا اَقُوْلُ لَكُمْ بَأْسًا ؟
Apakah menurut pendapatmu apa yang kukatakan kepadamu ini jelek ?
Mereka menyahut bersama-sama : "Tidak, demi Allah ! Sungguh semuanya baik".
Demikianlah
hingga terjadi berulang-ulang. Dan ditengah-tengah beliau asyik
bercakap-cakap begitu, orang buta yang papa itu selalu menyela :
يَا رَسُوْلَ اللهِ عَلِّمْنِىْ مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ.
"Ya Rasulullah, berilah aku pelajaran dari apa yang telah diajarkan Allah kepadamu !".
يَا رَسُوْلَ اللهِ عَلِّمْنِىْ مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ.
"Ya Rasulullah, berilah aku pelajaran dari apa yang telah diajarkan Allah kepadamu !".
Begitulah
perkataan Ibnu Ummi Maktum berkali-kali. Tetapi Nabi SAW tidak
mempedulikan dan tidak pula memperhatikan permintaan orang buta itu,
bahkan beliau bermasam muka dan memalingkan muka dari orang buta itu ke
arah para pembesar dan pemuka Quraisy.
Sehubungan dengan adanya peristiwa tersebut, Allah SWT menurunkan wahyu kepada beliau SAW :
عَبَسَ
وَتَوَلّى. اَنْ جَآءَهُ اْلاَعْمى. وَ مَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّه يَزَّكّى.
اَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرى. اَمَّا مَنِ اسْتَغْنى.
فَاَنــْتَ لَه تَصَدّى. وَمَا عَلَيْكَ اَلاَّ يَزَّكّى. وَ اَمَّا مَنْ
جَآءَكَ يَسْعى. وَهُوَ يَخْشى. فَاَنــْتَ عَنْهُ تَـلَـهّى. كَلاَّ
اِنــَّهَا تَذْكِرَةٌ. عبس:1-11
"Dia (Muhammad) bermuka masam dan
berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu
barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin)
mendapatkan pelajaran, lalu pelajaran itu memberi manfaat kepadanya ?
Adapun orang yang menganggap dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya.
Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri
(beriman). Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk
mendapatkan pelajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu
mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian) ! Sesungguhnya
ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, ['Abasa : 1 - 11].
Diriwayatkan
setelah Nabi SAW, mendapat teguran Allah itu, beliau tidak pernah lagi
memasamkan muka atau memalingkan muka dari siapapun yang datang kepada
beliau, terutama jika yang datang itu adalah orang dari lapisan bawah
yang papa, miskin dan sebagainya, maka dengan segera beliau
menghormatinya dan mendudukkannya sambil menanyakan apa yang menjadi
keperluannya. Terutama bila beliau kedatangan Ibnu Ummi Maktum tersebut
yang menyebabkan beliau mendapat teguran dari Allah, maka beliau
sangatlah memberi penghormatan kepadanya seraya berkata :
مَرْحَبًا بِمَنْ عَاتَبَنِىْ فِيْهِ رَبـِّى.
"Selamat datang wahai orang yang menyebabkan aku mendapat teguran dari Tuhanku".
1. Hijrah ke negeri Habsyi yang pertama.
Walaupun pada masa itu
orang-orang dari bangsa Arab Quraisy dan bangsa Arab lainnya bertambah
banyak yang mengikut Nabi SAW, tetapi rintangan-rintangan yang
dihadapkan kepada beliau dan kaum Muslimin makin hari semakin besar
pula.
Singkatnya, bahwa setiap orang yang menjadi pengikut Nabi SAW
baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda, pastilah mereka
masing-masing pernah mendapat penganiayaan dari kaum musyrikin, terutama
jika ia adalah seorang yang terpandang lemah, hina, rendah, tidak
berkekuatan sesuatu apapun, maka ia pasti memperoleh penganiayaan yang
berupa pukulan dan juga siksaan sampai setengah mati, sehingga ada yang
sampai menghembuskan nafas yang penghabisan.
Sedang Nabi SAW selain
hati beliau selalu disakiti, beliau pernah diperlakukan dengan
sewenang-wenang, dan dimusuhi dengan cara yang biadab oleh kepala-kepala
kaum Quraisy, juga beliau dimusuhi dengan cara-cara yang sangat halus.
Karena mereka mengetahui bahwa merintangi beliau dengan
perbuatan-perbuatan kasar tidaklah mendatangkan hasil yang mereka
maksudkan, maka mereka lalu merintangi beliau dengan cara yang sangat
halus. Dan andaikata bukanlah dia seorang Nabi dan Rasul yang dipilih
oleh Allah, dengan hati yang terpelihara benar-benar, niscaya akan
terpengaruh dan terpedayalah oleh bujukan dan perbuatan mereka.
Sebagaimana firman Allah yang diturunkan kepadanya pada waktu itu :
وَ
اِنْ كَادُوْا لَـيَفْتِنُوْنَـكَ عَنِ الَّذِىْ اَوْحَيْنَآ اِلَـيْكَ
لِـتَفْتَرِيَ عَلَـيْنَا غَيْرَه وَ اِذًا لاَّ تـَّخَذُوْكَ خَلِـيْلاً.
وَلَوْلاَ اَنْ ثَبَتْنكَ لَـقَدْ كِدْتَّ تَرْكَنُ اِلَـيْهِمْ شَيْئًا
قَلِـيْلاً. اِذًا لاَذَقْنكَ ضِعْفَ اْلحَيوة وَضِعْفَ اْلمَمَاتِ ثُمَّ
لاَ تَجـِدُ لَكَ عَلَـيْنَا نَصِيْرًا. الاسراء:73-75
"Dan
sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap
Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi
shahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya
kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, kalau terjadi
demikian, benar-benarlah Kami akan merasakan kepadamu (siksaan) berlipat
ganda di dunia dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati,
dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap (siksa) Kami."
[Al-Israa' : 73 - 75]
Demikianlah Allah memperingatkan diri Nabi SAW
pada saat itu. Adapun sebab-sebab turunnya wahyu itu menurut satu
riwayat adalah demikian :
Pada suatu ketika Nabi SAW sedang berada disamping Ka'bah. Pada waktu
itu Abu Jahal bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf dan para pemuka musyrikin
Quraisy lainnya kebetulan ada ditempat itu juga. Setelah mereka
mengetahui bahwa Nabi SAW sedang ada di tempat tersebut, maka mereka
bersama-sama menemui beliau, dan salah seorang dari mereka berkata :
Muhammad, kebetulan sekali engkau ada di sini sekarang, karena memang
telah beberapa hari kami mencari engkau, tetapi selalu tidak dapat
betemu. Kami hendak berbicara sedikit kepadamu, dan memang kebetulan
sekali engkau ada di sini. Hai Muhammad, mari kita meminta berkah dari
tuhan kami, nanti kami akan mengikut seruanmu dan memeluk agamamu".
Pada
waktu itu Nabi SAW memang sangat memperhatikan keadaan bangsanya, agar
mereka jangan sampai berpecah belah, dan beliau sangat
mengharap-harapkan keislaman mereka. Karena itu hati beliau timbul
perasaan hendak menuruti keinginan mereka dengan maksud kalau-kalau
mereka nanti sungguh-sungguh akan mengikut seruannya dan memeluk Islam.
Karena peristiwa itu, kemudian Allah menurunkan wahyu tersebut .
Inilah suatu bukti dari pada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa Nabi
SAW itu adalah seorang ma'shum, yang dipelihara Allah dari
perbuatan-perbuatan yang akan membawa atau menimbulkan dosa.
Selanjutnya,
sekalipun Nabi SAW pada masa itu menempuh bermacam-macam ujian dan
rintangan dari kaum Musyrikin Quraisy, tetapi pendirian beliau tetap
teguh, dan iman beliau tetap kuat dan tebal kepada Allah. Namun demikian
setelah beliau setiap hari senantiasa melihat dan menyaksikan
pengikut-pengikut beliau (kaum Muslimin) terus-menerus dianiaya dan
diperlakukan sewenang-wenang oleh mereka itu, terutama dari mereka yang
terpandang lemah, hina dan rendah, maka akhirnya pada suatu hari beliau
memerintahkan kepada kaum Muslimin, baiklaki-laki maupun perempuan,
supaya mereka hijrah ke luar negeri, yaitu ke negeri Habsyi yang disana
tidak ada perbuatan yang sewenang-wenang dan penganiayaan darifihak
pemerintah.
Negeri Habsy atau Abessinia, terletak di benua Afrika.
Gelaran Raja Habsyi dikala itu ialah Najasyi (Negus). Adapun pada masa
itu raja Habsyi dan sebagian besar dari rakyatnya memeluk agama Nasrani
(Kristen).
Oleh sebab itu pada suatu hari beliau mengumpulkan para pengikut beliau (kaum Muslimin) lalu bersabda kepada mereka :
لَوْ
خَرَجْتُمْ اِلَى اَرْضِ اْلحَبَشَةِ فَاِنَّ فِيْهَا مَلِكًا لاَ
يُظْلَمُ اَحَدٌ عِنْدَهُ حَتَّى يَجْعَلَ اللهُ لَكُمْ فَرَجًا
وَمَخْرَجًا مِمَّا اَنـْـتُمْ فِيْهِ.
"Jikalau kamu mau keluar
berpindah ke negeri Habsyi, (adalah lebih baik) karena di sana ada
seorang raja yang di wilayahnya tidak ada seorangpun yang dianiaya,
sehingga Allah menjadikan suatu masa kemudahan dan keluasan kepada kamu,
dari pada keadaanmu yang seperti sekarang ini".
Perintah Nabi SAW
tersebut ditujukan kepada siapa saja yang mau di antara kaum Muslimin.
Maka perintah itu setelah diterima oleh kaum Muslimin, lalu sebagian
dari mereka menjalankan perintah itu dengan tulus ikhlas. Tetapi
sebagian besar di antara mereka (kaum Muslimin) lebih suka tetap
bertempat tinggal di kota Makkah bersama-sama dengan Nabi SAW; senang
atau susah akan dirasakan dan ditanggung bersama-sama dengan beliau.
Adapun
kaum Muslimin yang berhijrah, mereka berangkat dari kota Makkah dengan
sembunyi-sembunyi, supaya tidak diketahui oleh kaum musyrikin, dan
berangkatnyapun seorang demi seorang, atau berdua-dua dengan isterinya
masing-masing. Agar supaya perbuatan mereka itu jangan sampai diketahui
oleh kaum musyrikin, karena jika sampai diketahui oleh mereka, tentu
mereka di tengah jalan akan mendapat rintangan dari fihak kaum
musyrikin.
Kemudian setelah mereka itu sampai dipantai laut Merah,
mereka menyewa sebuah perahu untuk berlayar ke negeri Habsyi, dengan
tidak mendapat halangan sesuatu apa, maka tinggallah mereka di sana
dengan aman dan sejahtera.
Adapun mereka yang berangkat hijrah itu
sebanyak 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, jadi seluruhnya 15
orang. Adapun nama mereka masing-masing adalah sebagai berikut :
1.
Utsman bin Affan (dari Bani Umayyah), 2. Abu Hudzaifah bin Utbah bin
Rabiah (dari Bani Abdu Syamsin), 3. Abu Salamah bin Abdul Asad (dari
Bani Makhzum), 4. Az-Zubair bin Al-Awwam (dari Bani Asad), 5. Mus'ab bin
Umair (dari Bani Abdud Dar), 6. Abdurrahman bin Auf (dari Bani Zuhrah),
7. Amir bin Rabi'ah (dari Bani Ady bin Ka'ab), 8.Utsman bin Madh'un
(dari Bani Jamuh), 9. Abu Sabrah bin Abi Wahmin (dari Bani Amir), 10.
Sahl bin Baidla' (dari Bani Al-Harits) 11. Ruqoyyah binti Muhammad,
puteri Nabi SAW (isteri Utsman bin Affan), 12. Sahlah binti Suhail
(isteri Abu Hudzaifah), 13. Ummu Salamah binti Abi Umayyah (isteri Abu
Salamah), 14. Laila binti Abi Khaitsamah (isteri Amir bin Rabiah), dan
15. Ummu Kultsum (isteri Abu Sabrah).
Hijrah inilah yang disebut di
dalam kitab-kitab tarikh Islam dengan sebutan "Hijratul-Ula" (hijrah
yang pertama). Dan menurut riwayat, berangkat mereka itu dari kota
Makkah pada permulaan bulan Rajab tahun ke 5 dari tahun Bi'tsah.
Setelah mereka sampai di negeri Habsyi, mereka diterima dan dihormati dengan sebaik-baik penghormatan oleh raja Najasyi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar