Selasa, 06 Januari 2015

Dalil susunan bacaan Tahlil

BENARKAH ADA YANG MENYUSUN KOMPOSISI BACAAN QUR'AN DALAM TAHLILAN?
Yuk Ngaji Yuk: https://www.facebook.com/yukngajiyuk
===========
Bacaan Qur’an Surat al-Fatihah, al-Ikhlas dan al-Falaq, dan an-Nas dalam Tahlil (Tahlilan)
Surat al-Fatihah, al-Ikhlas dan al-Mu’awwidzatain bersumber dari fatwa Imam Ahmad:
( وَتُسْتَحَبُّ قِرَاءَةٌ بِمَقْبَرَةٍ )
 قَالَ الْمَرُّوذِيُّ : سَمِعْتُ أَحْمَدَ يَقُولُ : إذَا دَخَلْتُمْ الْمَقَابِرَ فَاقْرَءُوا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ ، وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ، وَاجْعَلُوا ثَوَابَ ذَلِكَ إلَى أَهْلِ الْمَقَابِرِ ؛ فَإِنَّهُ يَصِلُ إلَيْهِمْ ، وَكَانَتْ هَكَذَا عَادَةُ الْأَنْصَارِ فِي التَّرَدُّدِ إلَى مَوْتَاهُمْ ؛ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ 
(مطالب أولي النهى في شرح غاية المنتهى – ج 5 / ص 9)
“Dianjurkan baca al-Quran di Kubur. Ahmad berkata: ”Jika masuk kubur bacalah Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas, hadiahkan untuk ahli kubur, maka akan sampai. Inilah kebiasaan sahabat Anshor yang bolak-balik kepada orang yang meninggal untuk membaca al-Quran” (Mathalib Uli an-Nuha 5/9).

Bacaan Qur’an Permulaan dan Akhir dalam Tahlil (Tahlilan)

Awal dan Akhir al-Baqarah bersumber dari hadits hasan:
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْعَلاَءِ بْنِ اللَّجْلاَجِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ لِي أَبِي يَا بَنِيَّ إِذَا أَنَا مُتُّ فَأَلْحِدْنِي فَإِذَا وَضَعْتَنِي فِي لَحْدِي فَقُلْ بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللهِ ثُمَّ سِنَّ عَلَيَّ الثَّرَى سِنًّا ثُمَّ اقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِي بِفَاتِحَةِ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتِهَا فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ ذَلِكَ 
(رواه الطبراني في الكبير رقم 15833)
“Dari Abdurrahman bin ‘Ala’ dari bapaknya, bahwa: Bapakku berkata kepadaku: Wahai anak-anakku Jika aku mati, maka buatkan liang lahat untukku. Setelah engkau masukkan aku ke liang lahat, bacalah: Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah. Kemudian ratakanlah tanah kubur perlahan, lalu bacalah di dekat kepalaku permulaan dan penutup surat al-Baqarah. Sebab aku mendengar Rasulullah bersabda demikian” (HR al-Thabrani No 15833).

Al-Hafidz al-Haitsami berkata:
وَرِجَالُهُ مُوَثَّقُوْنَ 
(مجمع الزوائد ومنبع الفوائد للحافظ الهيثمي 3 / 66)
“Perawinya dinilai sebagai orang-orang terpercaya” (Majma’ al-Zawaid III/66).

Bacaan Qur’an Surat Yasin dalam Tahlil (Tahlilan)

Surat Yasin bersumber dari Ijtihad sebagian ulama:
وَقَالَ الْقُرْطُبِي فِي حَدِيْثِ إقْرَؤُوْا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس هَذَا يَحْتَمِلُ أَنْ تَكُوْنَ هَذِهِ الْقِرَاءَةُ عِنْدَ الْمَيِّتِ فِي حَالِ مَوْتِهِ وَيَحْتَمِلُ أَنْ تَكُوْنَ عِنْدَ قَبْرِهِ قُلْتُ وَبِاْلأَوَّلِ قَالَ الْجُمْهُوْرُ كَمَا تَقَدَّمَ فِي أَوَّلِ الْكِتَابِ وَبِالثَّانِي قَالَ إبْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ الْمَقْدِسِي فِي الْجُزْءِ الَّذِي تَقَدَّمَتِ اْلإِشَارَةُ إِلَيْهِ 
(شرح الصدور للحافظ السيوطي 1-304)
“al-Qurthubi berkata mengenai hadis: ‘Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang meninggal’ bahwa Hadis ini bisa jadi dibacakan di dekat orang yang akan meninggal dan bisa jadi yang dimaksud adalah membacanya di kuburnya. Saya (al-Suyuthi) berkata: Pendapat pertama disampaikan oleh mayoritas ulama. Pendapat kedua oleh Ibnu Abdil Wahid al-Maqdisi dalam salah satu kitabnya” (Syarh al-Shudur I/304).

Selengkapnya: http://www.elhooda.net/…/dalil-dan-hujjah-susunan-bacaan-q…/
SEBARKAN DAN TERUSKAN DAKWAH RISALAH RASULULLAH SAW INI KEPADA SAUDARA/I YANG ANDA CINTAI DAN JUGA ORANG-ORANG YANG MENCINTAI ANDA.

Bacaan Qur’an Surat al-Fatihah, al-Ikhlas dan al-Falaq, dan an-Nas dalam Tahlil (Tahlilan)


Surat al-Fatihah, al-Ikhlas dan al-Mu’awwidzatain bersumber dari fatwa Imam Ahmad:
( وَتُسْتَحَبُّ قِرَاءَةٌ بِمَقْبَرَةٍ ) 
قَالَ الْمَرُّوذِيُّ : سَمِعْتُ أَحْمَدَ يَقُولُ : إذَا دَخَلْتُمْ الْمَقَابِرَ فَاقْرَءُوا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ ، وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ، وَاجْعَلُوا ثَوَابَ ذَلِكَ إلَى أَهْلِ الْمَقَابِرِ ؛ فَإِنَّهُ يَصِلُ إلَيْهِمْ ، وَكَانَتْ هَكَذَا عَادَةُ الْأَنْصَارِ فِي التَّرَدُّدِ إلَى مَوْتَاهُمْ ؛ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ 
(مطالب أولي النهى في شرح غاية المنتهى – ج 5 / ص 9)
“Dianjurkan baca al-Quran di Kubur. Ahmad berkata: ”Jika masuk kubur bacalah Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas, hadiahkan untuk ahli kubur, maka akan sampai. Inilah kebiasaan sahabat Anshor yang bolak-balik kepada orang yang meninggal untuk membaca al-Quran” (Mathalib Uli an-Nuha 5/9).
Bacaan Qur’an Permulaan dan Akhir dalam Tahlil (Tahlilan)
Awal dan Akhir al-Baqarah bersumber dari hadits hasan:
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْعَلاَءِ بْنِ اللَّجْلاَجِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ لِي أَبِي يَا بَنِيَّ إِذَا أَنَا مُتُّ فَأَلْحِدْنِي فَإِذَا وَضَعْتَنِي فِي لَحْدِي فَقُلْ بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللهِ ثُمَّ سِنَّ عَلَيَّ الثَّرَى سِنًّا ثُمَّ اقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِي بِفَاتِحَةِ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتِهَا فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ ذَلِكَ 
(رواه الطبراني في الكبير رقم 15833)
“Dari Abdurrahman bin ‘Ala’ dari bapaknya, bahwa: Bapakku berkata kepadaku: Wahai anak-anakku Jika aku mati, maka buatkan liang lahat untukku. Setelah engkau masukkan aku ke liang lahat, bacalah: Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah. Kemudian ratakanlah tanah kubur perlahan, lalu bacalah di dekat kepalaku permulaan dan penutup surat al-Baqarah. Sebab aku mendengar Rasulullah bersabda demikian” (HR al-Thabrani No 15833).
Al-Hafidz al-Haitsami berkata:
وَرِجَالُهُ مُوَثَّقُوْنَ 
(مجمع الزوائد ومنبع الفوائد للحافظ الهيثمي 3 / 66)
“Perawinya dinilai sebagai orang-orang terpercaya” (Majma’ al-Zawaid III/66).
Bacaan Qur’an Surat Yasin dalam Tahlil (Tahlilan)
Surat Yasin bersumber dari Ijtihad sebagian ulama:
وَقَالَ الْقُرْطُبِي فِي حَدِيْثِ إقْرَؤُوْا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس هَذَا يَحْتَمِلُ أَنْ تَكُوْنَ هَذِهِ الْقِرَاءَةُ عِنْدَ الْمَيِّتِ فِي حَالِ مَوْتِهِ وَيَحْتَمِلُ أَنْ تَكُوْنَ عِنْدَ قَبْرِهِ قُلْتُ وَبِاْلأَوَّلِ قَالَ الْجُمْهُوْرُ كَمَا تَقَدَّمَ فِي أَوَّلِ الْكِتَابِ وَبِالثَّانِي قَالَ إبْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ الْمَقْدِسِي فِي الْجُزْءِ الَّذِي تَقَدَّمَتِ اْلإِشَارَةُ إِلَيْهِ 
(شرح الصدور للحافظ السيوطي 1-304)
“al-Qurthubi berkata mengenai hadis: ‘Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang meninggal’ bahwa Hadis ini bisa jadi dibacakan di dekat orang yang akan meninggal dan bisa jadi yang dimaksud adalah membacanya di kuburnya. Saya (al-Suyuthi) berkata: Pendapat pertama disampaikan oleh mayoritas ulama. Pendapat kedua oleh Ibnu Abdil Wahid al-Maqdisi dalam salah satu kitabnya” (Syarh al-Shudur I/304).

Catatan :

Kadang orang bertanya
Kalo menurut kalian wahabi bercokol di Arab Saudi lalu kenapa kalian masih diperbolehkan pergi ber-umrah dan ber-haji disana?
Dan kenapa kalian masih mau pergi ber-umrah dan ber-haji ksana juga?
Lalu apakah 7 harian, tahlilan, yasinan ada tuntunannya dari Rasulullah shalallahualai wassalam?apakah ketika Rasul wafat para sahabat melakukannya?adakah haditsnya?gak usahlah yg shahih,yg dhaif pun adakah haditsnya yg menerangkan ttg para sahabat tahlilan kematian Rasul?kalo tidak lalu kenapa kalian lakukan?
Apakah kyai2 kalian lebih maksum dan yakin dijamin masuk syurganya Allah ta’ala seperti Rasul dan para sahabatnya ?kalau tidak,kenapa kalian masih ikuti juga? Sekarang siapa yg kalian ikuti,kyai2 kalian yg tdk maksum atau Rasul dan para sahabatnya yg dijamin syurga oleh Allah?
Naudzubillahi mindzalik….Allahuakbar…..

Maka jawablah
Ada pertanyaan buat Kang Mas, adakah hadist (yg dho’if sekali pun) yang melarang berdo’a tiga hari atau tujuh hari setelah seseorang kena musibah ? Apakah Kas Mas mau melengkapi (menambah) hadist yg melarang hal tersebut tadi ? Apakah Kas Mas mau menjadi Nabi Tambahan dengan memberikan larangan seperti itu. Mohon kalau Kang Mas nggak tahu dasar dan filosofi orang tahlilan, orang do’a 3 / 7 setelah kena musibah, kalo Kas Mas nggak tahu dasar dan filosofi Talqin di atas Kuburan maka apa pantas penjenengan komentar apalagi men -syirik-kan . Ini bahan renungan buat Kang Mas saja. Oke oke

Tidak ada komentar:

Posting Komentar